Friday 1 May 2015

Menakar Cinta Kita Pada Rasulullah

Sahabat, kita kerap berderai air mata tanda cinta pada Nabi Agung Muhammad saw. Bahkan di pusara beliau bagi yg sudah haji/umroh tangis itu menjadi-jadi. Rindu itu menggunung.

Tapi, sungguhkah kita cinta beliau? Apakah kita juga mencintai segala hal yg beliau cintai? Sebagian kita kerap tdk tau kenapa menangis. Apakah karna ingin jumpa? Jikapun berjumpa apakah wajahnya mau menatap kita dg cinta atau malah berpaling?

Sahabat, dalam hari2 kita sungguh banyak yg berat untuk kita cintai pada apa yg dicintai kanjeng Nabi. Pun, kita jga sulit menghindari apa2 yg tdk disuka oleh Nabi meski itu halal.

Seberapa sering kita antar sepiring nasi dg tangan kita untuk fakir miskin? Seberapa sering kita cium kening dan tangan anak2 miskin dan yatim? Seberapa cepat kaki melangkah menyambut fakir miskin dg senyum cerah kita?
Itu mengalahkan cara kita memuliakan tamu2 terhormat. Mencium tangan2 pejabat dan orang hebat, dan menyambut orang2 besar nan saudagar dg amat mulianya.
Sebagian kita datang pada fakir miskin dan yatim lantara punya hajat. Kita mengharap doa2 mereka lantaran ragu, bahwa doa kita diterima Alloh karena kehinaan diri dan belenggu dosa. Tapi, Rasulullah yg agung itu mendatangi mereka karena cintanya pada Alloh SWT.
Dalam banyak kesempatan Rasulullah yang Raja, Pemimpin, dan saudagar itu berusaha menjaga jarak dg orang2 kaya dan pejabat-pejabat. Beliau akan memilih duduk dengan kaum fakir miskin dalam banyak kesempatan. Beliau mendedikasikan bahwa kenabiannya untuk menyelamatkan orang lemah dan tertindas.
Sementara kita? Ponsel dan kamera kita dipenuhi foto2 keakraban kita dg mobil2 mewah, orang2 besar, dan tokoh2 idola. Nyaris tak punya dokumentasi dalam privasi kita hubungan yg tulus dg manusia2 yg dicintai Rasulullah itu.
Sebagian kita telah merasa cukup bahwa tugas2 humanis itu dilakukan orang2 yg mampu kita bayar untuk mengantar zakat dan sedekah. Kita seakan mengalahkan Kanjeng Nabi Muhammad yg super sibuk yang presiden juga pengusaha, tetap melayani orang2 lemah dan tertindas tanpa mengurangi keagungannya sebagai pemimpin.
Sahabat, pada saatnya kita semua akan takut bahwa derai air mata cinta kita itu jangan-jangan palsu. Kita meneladani Rasulullah pada sisi2 yang nyaman, tak mau bersusah payah pada yg amat rutin dilakukan kanjeng Nabi.
Duhai Nabi, Rasulullah yang mulia... Sungguhkah tangis2 kami ini karena kecintaan yg tulus padamu. Atau karena kami menangis lantaran engkau berpaling muka kelak di hari penghisapan. Syafaatmu menjauh lantaran kami hanya berkumpul dg orang2 dan benda2 dunia yg pada masa hidupmu engkau jaga jarak, sedang engkau habiskan waktu hidup menggembirakan kaum fakir miskin dan anak yatim.
Ya habibi, ya muhammad. Ya nabi salam alayka. Ya rasol salam alayka. Ya habib salam alayka ....
Dari seorang hamba: @sunaryojati
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!











6 komentar:

  1. meski dah jauh dari zaman Rosululloh tapi ada penerusnya yaitu para sahabat dan para ulama yang jadi tuntunan

    ReplyDelete
  2. Rosulluloh saw sangat mencintai umatnya yang mencintai anak yatim

    ReplyDelete
  3. Subhanallah, Terkadang Kemilau duniawi membuat kita lupa akan akhir hayat, Kesibukan membuat kita lupa akan amal ibadah. naudzubillahiminzalik

    ReplyDelete
  4. meski tidak mengalami zaman rosulloh tapi sejarah tentangnya tak akan bisa di lupakan

    ReplyDelete
  5. perjuangan rosullulah yang tak ada habisnya

    ReplyDelete

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"