Paket SOP Toko Retail Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Toko Retail Modern.

Key Performance Indicator (KPI)

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : Key Performance Indicator (KPI).

Konsultan SOP Perusahaan

Master SOP adalah Konsultan SOP dan Sistem Bisnis untuk bisnis yang Autopilot.

Paket SOP Garmen / Konveksi

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Garmen / Konveksi.

Paket SOP Resto Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Resto Modern.

Wednesday 30 June 2010

Suprio Guntoro: Dari Bali Memandirikan Petani

Kiat Guntoro Mandirikan Petani

Berawal dari tekad mencegah kepunahan kambing gembrong (termasuk ”Capra aegragrus”), Suprio Guntoro berhasil membuka cakrawala tentang metode peternakan dan pertanian yang lestari. Hasil penelitiannya tentang probiotik hewan ruminansia atau memamah biak telah memberdayakan sekaligus menjadi tumpuan ribuan peternak dan petani di Bali, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.

Bali menyajikan fenomena subtil sekaligus ironis. Di satu sisi pariwisata diagungkan meski secara fisik mengorbankan sebagian alamnya. Lahan subur pertanian disesaki hotel dan vila. Kaum muda tenggelam dalam bisnis pariwisata, meninggalkan pertanian.

Di sisi lain muncul pribadi dan kelompok yang percaya pertanian lestari adalah sumber dan daya hidup yang sesungguhnya menunjang pariwisata, selain religi dan budayanya. Dalam kerangka itulah Guntoro, panggilannya, memberi warna.

Di Kecamatan Busung Biu, Buleleng, gerakan pertanian integratif atau organik menjadi penegas fenomena itu. Ribuan hektar kebun kopi tumbuh subur dengan hasil melimpah, bersamaan dengan hasil ternak berbagai jenis kambing dan turunannya, seperti susu, keripik susu, hingga produk wine salak bali. Sarjana atau warga setempat yang mengadu nasib ke Denpasar sebagai tukang kebun hotel mewah pun kembali ke kampung. Mereka ikut mengembangkan pertanian di desa.

”Waktu harga kopi jatuh, tanaman kopi sempat akan diganti tanaman semusim. Itu jelas berbahaya dari sisi lingkungan karena kecamatan itu di dataran tinggi yang rawan longsor. Kami lalu kenalkan mereka dengan peternakan kambing yang pakannya antara lain dari kebun kopi,” katanya.

Pengembangan pertanian integratif di Busung Biu bisa pesat karena sentuhan teknologi yang dimotori Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali lewat program Prima Tani. Di lembaga itulah Guntoro menjadi penelitinya.

Di Busung Biu, BPTP antara lain menciptakan mesin pengupas kulit kopi dan kacang, membantu proses pembuatan pupuk cair dari kencing sapi dan kambing, serta cairan probiotik yang dicampur pakan aneka hewan ruminansia sehingga bobot tubuh hewan naik optimal.

Ketika berhasil diterapkan, daerah binaan diperluas. Di Busung Biu, misalnya, ada lima desa dengan puluhan kelompok petani yang menerapkan pertanian integratif. BPTP Bali sekaligus memfasilitasi petani dan kelompok petani daerah lain di Indonesia untuk belajar sistem pertanian ini di Busung Biu.

Gerakan itu menyebar ke beberapa daerah lain di Bali, seperti Sukasada dan Gerokgak di Kabupaten Buleleng, Pupuan (Tabanan), Petang (Badung), Kintamani dan Susut (Bangli), serta Rendang (Karangasem), dengan cakupan areal ribuan hektar.

Ujung timur Bali

Penelitian Guntoro perihal probiotik ruminansia bermula dari pengalamannya di ujung timur Bali, Kabupaten Karangasem. Ia menyurvei desa-desa di Kabupaten Karangasem, habitat asli kambing gembrong, pada 1998. Hasilnya, kambing gembrong tinggal 64 ekor. Ini memprihatinkan. Kambing gembrong harus diselamatkan.

Dengan dana bantuan Yayasan Kehati, BPTP mengembangbiakkan 25 ekor di antaranya dengan sistem gaduh di kalangan petani- nelayan. ”Program itu kurang berhasil, terbentur kondisi perekonomian warga yang rata-rata petani-nelayan. Sejumlah kambing dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup warga,” ujarnya.

Guntoro melihat kambing itu cenderung kurus karena kurang pakan. Hampir tak mungkin memberi makan kambing dengan konsentrat yang dibeli di pasaran. Ia lalu berpikir untuk menghasilkan konsentrat buatan sendiri dengan probiotik hewan ruminansia.

Probiotik itu diisolasi dari rumen (lambung depan) sapi bali. Eksperimen dimulai tahun 2001 dan disempurnakan pada 2004. Selain menggunakan laboratorium di BPTP Bali, ia pun memakai Laboratorium Universitas Udayana sebagai tempat penelitian.

Salah satu hasil penelitian Guntoro yang sudah memperoleh hak paten Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, adalah proses pembuatan tepung sampah dan komposisi pakan untuk menggemukkan ternak ruminansia.

Bersama lima rekan di BPTP Bali, penelitian Guntoro perihal instalasi biogas, biourine, dan biokultur masuk dalam buku 100 Inovasi Badan Litbang Pertanian 2008. Penelitian itu menjelaskan proses pengolahan aneka limbah ternak, seperti urine ternak yang diolah untuk pupuk, gas untuk memasak dan penerangan, dan sludge (limbah biogas) berbentuk pasta menjadi biokultur.

Ia juga mengembangkan teknologi produksi trichoderma (sejenis jamur tanah) cair. Fermentasi trichoderma digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak, dan pengendalian penyakit (biopestisida), terutama pada tanaman perkebunan seperti mete dan kakao.

Hasil penelitian Guntoro lainnya, cairan probiotik Bio-CAS. Bio-CAS merupakan singkatan dari bio curcumae alicin scordinin. Probiotik itu mempercepat pertumbuhan, menjaga kesehatan, dan menghilangkan bau kotoran ternak. Cairan ini juga meningkatkan bobot lahir anak sapi pada sapi betina bunting.

Umumnya bobot sapi bali lahir sekitar 16 kilogram. Dengan konsumsi Bio-CAS, bobotnya naik menjadi 18-19 kg. Probiotik digunakan sedikitnya oleh 1.500 peternak sapi di Jember (Jawa Timur), Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Bagi Guntoro, pengalaman dengan kambing gembrong itu amat membekas. Ia jadi tahu ternyata uang peternak habis untuk pakan. Maka pilihannya berujung pada dua cara: membuat pakan murah atau mengefisienkan penggunaan pakan. Di Bali, bahan pakan terbatas, demikian pula pabriknya. Maka, efisiensi pakan menjadi pilihan. Ia lalu mengoptimalisasi mikroba di pencernaan hewan ruminansia untuk membuat aneka asupan pakan ternak.

”Saya melakukan ini karena prihatin pada praktik kapitalisasi pertanian. Sebaiknya peneliti tak hanya kaya metodologi, tapi juga ideologi. Bagaimana kekuatan peneliti melawan kapitalisasi pertanian, demi rakyat kecil. Teknologi adalah alat tawar agar kita tidak terkapitalisasi. (Oleh Benny Dwi Koestanto)

Sumber: Kompas
.::.

Sunday 27 June 2010

Otak-Otak Bandeng Plus Sambel Bajak

Sungguh menakjubkan memang hasil kerja team work kami bertiga (Ibu, istri dan saya sendiri). Dengan sentuhan chef istri tercinta (Novi Tri Rahmasari) dan Ibu (Kholifah) sekaligus pembuat formula resep asli perpaduan racikan bumbu Mojokerto dan Lamongan, saya bagian memisahkan durinya..he..he..he. Akhirnya otak-otak bandeng sukses dibuat dengan hasil menakjubkan, Nikmat dan Sehat.

Nikmat dengan rasa dan aroma daging bandeng dan rasa bumbu rempah-rempah yang sungguh menggoda. Dan sehat karena diolah dari bumbu-bumbu asli tradisional tanpa MSG/penyedap buatan dan bahan pengawet. Plus sambel bajak khas Mojokerto sebagai pelengkap hidangan otak-otak bandeng yang makyusss….

Tidak disangka banyak pesanan, antar-antar….. siapa pesan lagi!....

.::.
Ilustrasi gambar dari sini.
.::.

Saturday 5 June 2010

KISAH: Kekayaan, Kesuksesan dan Cinta

KISAH TIGA ORANG BERJANGGUT

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.
Wanita itu berkata, "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut. Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang ? "Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar. "Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini. Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam".

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan. "Lho, kenapa ?" tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, "Sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu?"

Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminyapun merasa heran. "Ohho ... menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan. "Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen kebun kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam ? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta."Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita."

Wanita itu kembali keluar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Cinta ? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini. "Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho .. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan " Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?"

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemanapun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta."

"Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."**

.::dari banyak sumber::.

Thursday 3 June 2010

Gaza Tidak Membutuhkan Aku

Ini tulisan dari mbak Santi Soekanto, wartawati senior, istri mas Dzikrullah. Wisnu Ramudya (wartawan juga) yang keduanya ikut dalam rombongan kapal Mavi Marvara. Tulisan ini dibuat hari Sabtu, 29 Mei 2010. Isinya sangat menggugah. Semoga bermanfaat!

GAZA TIDAK MEMBUTUHKANMU !
Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza. Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism
Ada begitu banyak activism, heroism…. Bahkan ada seorang peserta kafilah yang mengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala. Yang wartawan sering merasa hebat dan *powerful* karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza. Kalau dibiarkan riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.

Mengerem
Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidak-ikhlasan dan riya’? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya… Dari para ‘ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka. Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

Gaza Tak Butuh Aku
Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku. Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagi-Nya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.

Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agama-Nya.

Menolong membebaskan Al-Quds. Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha…Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza! Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

Cara Allah Mengingatkan
Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku. Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku. Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat…menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung- jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg… Kucoba lagi menyiram… Masih ndableg. Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri…
Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush.Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet…Blus! Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana…
Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.

Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.

Allahumaj’alni minat tawwabiin…

Allahumaj’alni minal mutatahirin…

Allahumaj’alni min ibadikas-salihin…
.::.
Sumber: al-ikhwan.net