Paket SOP Toko Retail Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Toko Retail Modern.

Key Performance Indicator (KPI)

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : Key Performance Indicator (KPI).

Konsultan SOP Perusahaan

Master SOP adalah Konsultan SOP dan Sistem Bisnis untuk bisnis yang Autopilot.

Paket SOP Garmen / Konveksi

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Garmen / Konveksi.

Paket SOP Resto Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Resto Modern.

Saturday 28 February 2009

Air Mata saya Menetes di Rumah DR.Hidayat Nurwahid

Penulis: Nabil Almusawa
Email: nabielfuad@yahoo.com


Bismillahhir Rahmaanir Rahiim,
Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk ikut dalam acara buka bersama dengan Ketua MPR-RI, DR Muhammad Hidayat Nurwahid, MA di rumah dinasnya, kompleks Widya Chandra dengan beberapa ikhwah.
Ketika saya masuk ke rumah dinas beliau tersebut, maka dalam hati saya bergumam sendiri: Alangkah sederhananya isi rumah ini. Saya melihat lagi dengan teliti, meja, kursi-kursi, asesori yang ada, hiasan di dinding. Subhanallah, lebih sederhana dari rumah seorang camat sekalipun.

Ketika saya masuk ke rumah tersebut saya memandang ke sekeliling, kebetulan ada disana Ketua DPR Agung Laksono, Wakil Ketua MPR A.M Fatwa, Menteri Agama, dan sejumlah Menteri dari PKS (Mentan & Menpera) serta anggota DPR-RI, serta pejabat-pejabat lainnya.

Lagi-lagi saya bergumam: Alangkah sederhananya pakaian beliau, tidak ada gelang dan cincin (seperti yang dipakai teman-teman pejabat yang lain disana). Ternyata beliau masih ustaz Hidayat yang saya kenal dulu, yang membimbing tesis S2 saya dengan judul: Islam & Perubahan Sosial (kasus di Pesantren PERSIS Tarogong Garut).

Terkenang kembali saat-saat masa bimbingan penulisan tesis tersebut, dimana saya pernah diminta datang malam hari setelah seharian aktifitas penuh beliau sebagai Presiden PKS, dan saya 10 orang tamu yang menunggu ingin bertemu. Saya kebagian yang terakhir, ditengah segala kelelahannya beliau masih menyapa saya dengan senyum : MAA MAADZA MASAA'ILU YA NABIIL?

Lalu saya pandang kembali wajah beliau, kelihatan rambut yang makin memutih, beliau bolak-balik menerima tamu, saat berbuka beliau hanya sempat sebentar makan kurma & air, karena setelah beliau memimpin shalat magrib terus banyak tokoh yg berdatangan, ba'da isya & tarawih kami semua menyantap makanan, tapi beliau menerima antrian wartawan dalam & luar negeri yang ingin wawancara.

Tidak terasa airmata ana menetes, alangkah jauhnya ya ALLAH jihad ana dibandingkan dengan beliau, saya masih punya kesempatan bercanda dengan keluarga, membaca kitab dan sebagainya, sementara beliau benar-benar sudah kehilangan privasi sebagai pejabat publik, sementara beliaupun lebih berat ujian kesabarannya untuk terus konsisten dalam kebenaran dan membela rakyat.

Tidaklah yang disebut istiqamah itu orang yang bisa istiqamah dlm keadaan di tengah-tengah berbagai kitab Fiqh dan Hadits seperti ana yang lemah ini. Adapun yang disebut istiqamah adalah orang yang mampu tetap konsisten di tengah berbagai kemewahan, kesenangan, keburukan, suap-menyuap dan lingkungan yang amat jahat dan menipu.

Ketika keluar dari rumah beliau saya melihat beberapa rumah diseberang yang mewah bagaikan hotel dg asesori lampu-lampu jalan yang mahal dan beberapa buah mobil mewah, lalu ana bertanya pada supir DR Hidayat : Rumah siapa saja yg diseberang itu? Maka jawabnya : Oh, itu rumah pak Fulan dan pak Fulan Menteri dari beberapa partai besar.

Dalam hati saya berkata: AlhamduliLLAH bukan menteri PKS. Saat pulang saya menyempatkan bertanya pada ustaz Hidayat: Ustaz, apakah nomor HP antum masih yang dulu? Jawab beliau:

Benar ya akhi, masih yang dulu, tafadhal antum SMS saja ke ana, cuma afwan kalo jawabannya bisa beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, maklum SMS yang masuk tiap hari ratusan ke saya.

Kembali airmata saya menetes. alangkah beratnya cobaan beliau & khidmah beliau untuk ummat ini, benarlah nabi SAW yang bersabda bahwa orang pertama yang dinaungi oleh ALLAH SWT di Hari Kiamat nanti adalah Pemimpin yang Adil. Sambil berjalan pulang saya berdoa : Ya ALLAH, semoga beliau dijadikan pemimpin yang adil & dipanjangkan umur serta diberikan kemudahan dalam memimpin negara ini. Aaamiin ya RABB.

.::.Alim Mahdi.::.

Membangun dan Membina Militansi Kita

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Ba'da tahmid wa shalawat

Ikhwah rahimakumullah, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an Surat 19 Ayat 12 : .....

Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah ..." (QS. Maryam (19):12)
Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguhan-sungguhan.

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.
Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan: "Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik".

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang da'i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang lemah dan pengorbanan yang sedikit.
Ali sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan kalimatnya yang terkenal tersebut.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di dalamnya sebuah pesan abadi, pelajaran yang mahal dan kesan yang mendalam:
"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada perintah-perintahnya dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq".(QS. Al-A'raaf (7):145)

Demikian juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12 :
"Hudzil kitaab bi quwwah" (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya juga diperintahkan oleh Allah untuk mengemban amanah-Nya dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan). Jiddiyah ini juga nampak pada diri Ulul Azmi (lima orang Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad yang dianggap memiliki azam terkuat).

Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.

Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: "Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian".

Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang. Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dari segi sosok kebapakannya dan lain sebagainya.

Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin meneguhkan hati kita. Seperti digambarkan dalam QS. 11:120, orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita tidak kunjung dapat menarik ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita. Seringkali kurangnya jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dalam diri kita membuat kita mudah berkata hal-hal yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya: "Ah itu kan Nabi, kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan bukan istri Nabi". Padahal memang tanpa jiddiyah sulit bagi kita untuk menarik ibrah dari keteladanan para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta.

Misalnya anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan kemudian dihabiskannya untuk berfoya-foya karena merasa semua itu didapatkannya dengan mudah, bukan dari tetes keringatnya sendiri. Boleh jadi dengan kemiskinan azam yang ada padanya akan membawanya pula pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di keluarga sederhana, namun memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak akan menjadi orang yang berilmu, kaya dan seterusnya.

Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad, kemauan dan kerja keras.

Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana kesabaran, keuletan, ketangguhan dan kedekatan hubungannya dengan Allah membuat Nabi Musa as berhasil membawa umatnya terbebas dari belenggu tirani dan kejahatan Fir'aun.

Berkat do'a Nabi Musa as dan pertolongan Allah melalui cara penyelamatan yang spektakuler, selamatlah Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi Laut Merah yang dengan izin Allah terbelah menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir'aun beserta bala tentaranya.

Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum yang tengah menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala yang serupa untuk disembah. Padahal sewajarnya mereka yang telah lama menderita di bawah kezaliman Fir'aun dan kemudian diselamatkan Allah, tentunya merasa sangat bersyukur kepada Allah dan berusaha mengabdi kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Kurangnya iman, pemahaman dan kesungguh-sungguhan membuat mereka terjerumus kepada kejahiliyahan.

Sekali lagi marilah kita menengok kekayaan sejarah dan mencoba bercermin pada sejarah. Kembali kita akan menarik ibrah dari kisah Nabi Musa as dan kaumnya.

Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 : "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain".

"Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi".
"Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari negri itu. Jika mereka keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya".

"Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".

"Mereka berkata: "Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja".

"Berkata Musa: "Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu".
"Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq itu".
Rangkaian ayat-ayat tersebut memberikan pelajaran yang mahal dan sangat berharga bagi kita, yakni bahwa manusia adalah anak lingkungannya. Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat terpengaruh oleh lingkungannya dan perubahan besar baru akan terjadi jika mereka mau berusaha seperti tertera dalam QS. Ar-Ra'du (13):11, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri".

Nabi Musa as adalah pemimpin yang dipilihkan Allah untuk mereka, seharusnyalah mereka tsiqqah pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti ketika mereka berputus asa dari pengejaran dan pengepungan Fir'aun beserta bala tentaranya yang terkenal ganas, Allah SWT berkenan mengijabahi do'a dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala kecemasan, keraguan dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS. Asy-Syu'ara (26):61-62, "Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan memberi petunjuk kepadaku".

Semestinya kaum Nabi Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran) bahwa apa-apa yang diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan mendapatkan keberhasilan karena jaminan kesuksesan yang diberikan Allah pada orang-orang beriman. Allah pasti akan bersama al-haq dan para pendukung kebenaran. Namun kaum Nabi Musa hanya melihat laut, musuh dan kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua itu sambil di sisi lain bermimpi tentang kesuksesan. Hal itu sungguh merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka menginginkan hasil tanpa kerja keras dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah "qaumun jabbarun" yang rendah, santai dan materialistik. Seharusnya mereka melihat bagaimana kesudahan nasib Fir'aun yang dikaramkan Allah di laut Merah.
Seandainya mereka yakin akan pertolongan Allah dan yakin akan dimenangkan Allah, mereka tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa dan yakin pula bahwa mereka dijamin Allah akan memasuki Palestina dengan selamat.

Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, "In tanshurullah yanshurkum wayutsabbit bihil aqdaam" (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu).
Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah dan taat kepada Nabi-Nya, mereka dengan segala kedegilannya malah menyuruh Nabi Musa as untuk berjuang sendiri. "Pergilah engkau dengan Tuhanmu". Hal itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan militansi, sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki negri itu. Maka selama 40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri itu.

Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi berupa ghomama, manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang dihukum.

Tetapi tetap saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan tidak tahu dirinya mereka mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila hanya mendapat satu jenis makanan.

Orientasi keduniawian yang begitu dominan pada diri mereka membuat mereka begitu kurang ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap pemimpin. Mereka berkata: "Ud'uulanaa robbaka" (Mintakan bagi kami pada Tuhanmu). Seyogyanya mereka berkata: "Pimpinlah kami untuk berdo'a pada Tuhan kita".

Kebodohan seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak keluarga yang berstatus Muslim, tidak pernah ke masjid tapi mampu membayar sehingga banyak orang di masjid yang menyalatkan jenazah salah seorang keluarga mereka, sementara mereka duduk-duduk atau berdiri menonton saja.
Rasulullah saw memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau: "Kelak kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta dan sedepa demi sedepa". Sahabat bertanya: "Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?". Beliau menjawab: "Siapa lagi?".

Kebodohan dalam meneladani Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan para pemikul dakwah sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka mengambil keteladanan dari beliau secara tidak tepat. Banyak ulama atau kiai yang suka disambut, dielu-elukan dan dilayani padahal Rasulullah tidak suka dilayani, dielu-elukan apalagi didewakan. Sebaliknya mereka enggan untuk mewarisi kepahitan, pengorbanan dan perjuangan Rasulullah. Hal itu menunjukkan merosotnya militansi di kalangan ulama-ulama amilin.

Mengapa hal itu juga terjadi di kalangan ulama, orang-orang yang notabene sudah sangat faham. Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya pergeseran dalam hal cinta dan loyalitas, cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia.

Mentalitas Bal'am, ulama di zaman Fir'aun adalah mentalitas anjing sebagaimana digambarkan di Al-Qur'an. Dihalau dia menjulurkan lidah, didiamkan pun tetap menjulurkan lidah. Bal'am bukannya memihak pada Musa, malah memihak pada Fir'aun. Karena ia menyimpang dari jalur kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi syaithan. Ulama jenis Bal'am tidak mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih suka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan duniawi yang rendah.

Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang ada di dekat cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati.

Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian. Nabi Yusuf as sebuah contoh keistiqomahan, ia memilih di penjara daripada harus menuruti hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di penjara, sementara yang salah malah bebas.
Ada satu hal lagi yang bisa kita petik dari kisah Nabi Yusuf as. Wanita-wanita yang mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk melihat Nabi Yusuf. Mereka mengiris-iris jari-jari tangan mereka karena terpesona melihat Nabi Yusuf. "Demi Allah, ini pasti bukan manusia". Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan milik Nabi Yusuf membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris.

Hal yang demikian bisa pula terjadi pada orang-orang yang punya cita-cita mulia ingin bersama para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada dan shalihin. Mereka tentunya akan sanggup melupakan sakitnya penderitaan dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan mereka pada surga dengan segala kenikmatannya yang dijanjikan.

Itulah ibrah yang harus dijadikan pusat perhatian para da'i. Apalagi berkurban di jalan Allah adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq, padahal harta kita dari-Nya. Kita terlalu perhitungan dengan tenaga dan waktu untuk berbuat sesuatu di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa ilmu dan kemuliaan keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan seperti itu dan tetap memiliki jiddiyah, militansi untuk senantiasa berjuang di jalan-Nya. Amin.
Wallahu a'lam bis shawab.
(Ust. Rahmat Abdullah (Alm) - PK-Sejahtera Online)

ADAABUT TA' AAMUL FIL JAMA'AAH

Adab Berinteraksi Dalam Jamaah

Dalam berinteraksi dengan jama'ah pastilah banyak kendala yang akan kita hadapi. untuk itu kita perlu cukup ilmu untuk bisa mewujudkan Amal Jama'i yang ideal. Berikut ini adalah adab-adab dalam berinteraksi dengan Jama'ah. Nah...Selamat membaca dan mari kita praktekkan bersama.

"Sesungguhnya jika engkau tidak bersama mereka, maka engkau tidak akan bersama orang-orang selain mereka. Sementara jika mereka tidak bersamamu, mereka tetap eksis bersama yang lain."

Ungkapan di atas menyadarkan kita tentang kebutuhan kita akan jamaah dan untuk senantiasa berada dalam ruang lingkupnya, karena bila kita tidak lagi bersama mereka, tidak mungkin kita bergaul dengan orang-orang yang standarnya di bawah mereka. Sementara jamaah dan mereka yang ada di dalamnya akan terus eksis dan berjalan dengan atau
tanpa kita. Gamblangnya, masuk dan keluarnya kita dari jamaah tidak akan berpengaruh banyak apalagi sampai mengguncangkan jamaah. Dengan kata lain bila kita keluar dari jamaah, kitalah yang merugi. Sementara bagi jamaah boleh dibilang hampir tidak ada kerugian, karena begitu banyak yang siap menggantikan kita.

Karena itu keberadaan kita di dalam jamaah adalah anugerah Allah yang harus disyukuri dan dipelihara. Salah satu upaya menjaga karunia kesertaan kita dalam jamaah adalah dengan senantiasa berinteraksi secara intensif dengan dakwah itu sendiri dan semua elemen-elemen dakwah atau elemen jamaah. Yang terpenting tentu saja adalah dengan
dakwah atau jamaah itu sendiri, kemudian dengan mas'ul dan dengan sesama ikhwah dan juga dengan murabbi.

*****
A. Ma'ad Dakwah (Interaksi dengan dakwah)

1. At-takhally `an shillati bi ayyi haiatin aw jamaa'atin.Melepaskan diri dari segala keterikatan dengan lembaga-lembaga atau jamaah-jamaah lainnya (terutama apabila diminta oleh jamaah untuk melakukan itu). Salah satu arkanul ba'iah adalah tajarrud yang penjabarannya adalah kita memberikan loyalitas, keterikatan dan ketaatan secara total kepada jamaah. Kalau kita memiliki kritik-kritik yang konstruktif terhadap jamaah bukan karena kita tidak tsiqah atau bahkan melirik jamaah lain. Sehingga bila jamaah menilai kita harus memutuskan ikatan dengan yayasan atau jamaah tertentu, karena dinilai membahayakan, seyogianyalah kita menerima dan menaati. Kecuali bila jamaah menugaskan di lembaga atau jamaah tertentu untuk tujuan tertentu.

2. Ihyaa'ul aadaatil Islamiyah (Menghidupkan kebiasaan-kebiasanIslam).
Tujuannya adalah agar kita tetap terpelihara di dalam ruang lingkup jamaah dengan hidayah yang diberikan Allah. Di antara usaha untuk terus meningkatkan kualitas keislaman dan keimanan adalah dengan selalu menghidupkan kebiasaan-kebiasaan Islami seperti menyebarkan salam, membaca doa-doa harian, mendahulukan anggota tubuh yang kanan dan lain-lain. Karena hanya dengan berupaya meningkatkan kualitas diri sajalah kita akan tetap terjaga, kebersamaannya dengan jamaah, dengan homogenitas kebaikan yang dimilikinya.

3. Ta'arruf alal ikhwati dua'ti ma'rifat taamati wayaal'aksa.
Berkenalan dengan para du'at dengan pengenalan yang sempurna dan sebaliknya mereka juga mengenal kita dengan sempurna. Selain untuk menunaikan hak-hak dan kewajiban ukhuwah, perkenalan yang intensif dan sempurna dengan para duat akan membuat kita dapat saling berkaca dan memacu diri. Apalagi dengan para ikhwah yang lebih dulu memasuki jamaah dibanding kita. Bukankah Rasulullah saw. bersabda, "Al-mu'minu mir'ah li akhihi" (mu'min cermin bagi saudaranya).

4. Adaaul waajibaatil maaliyyah (zakat, infak dsb) Menunaikankewajiban-kewajiban maaliyah seperti zakat, infaq, ta'awun dll). Takpelak lagi masalah ekonomi, maisyah atau maaliyah adalah hal yang penting yang harus diperhatikan oleh anggota jamaah. Untuk menunaikan kewajiban maaliyah di dalam Islam dan jamaah seperti zakat, ta'awun, infaq dan lainnya tentu saja harus diwujudkan dulu karateristik qaadirun alal kasbi di dalam diri anggota tersebut.

5. Nasyrud dakwah fi kulli makaan wa ahli alaa dzaalik. Menyebarkan
dakwah di setiap tempat dan membentuk keluarga-keluarga dakwah. Pembentukan pribadi muslim di dalam jamaah dimaksudkan tidak saja membuat seorang muslim menjadi saleh tetapi juga harus muslih. Jadi tidak hanya sekadar mengupayakan nilai-nilai kebaikan melekat dalam dirinya, melainkan juga mengupayakan agar keluarga dan masyarakatnya pun terwarnai oleh nilai-nilai kebaikan tersebut. Bahkan harus pula menjadikan keluarga sebagai pendukung-pendukungnya yang utama dalam dakwah.

6. At-ta'arrufu alaal harakati Islamiyah. Mengenal harakah-harakahIslam. Keberadaan kita sebagai anggota di dalam jamaah ini tentu saja harus membuat kita semakin mengenal jamaah kita, sejarah, visi dan misinya, tokoh-tokohnya dll., sebagai sebuah harakah Islam. Dan sebagai bahan pembanding kita juga perlu mengenal harakah-harakah Islam lainnya. Tujuan mengenal harakah-harakah lainnya adalah mengambil kebaikan dari harakah lain, meninggalkan dan jika mampu meluruskan kekurangan dan keburukan dari harakah lain, berusaha saling bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati, saling bertoleransi dalam hal-hal yang diperselisihkan, menjaga tali silaturahmi dan komunikasi, minimal antar qiyadah harakah.

*****
B. Ma'al QiyadahQiyadah dalam dakwah memiliki hak seorang bapak dalam ikatan hati, hak seorang ustadz dalam hal menambah dan mentransfer ilmu, hak seorang syekh dalam memberikan tarbiyah ruhiyah dan akhirnya hak seorang komandan dalam menentukan atau memberikan kebijakan-kebijakan umum di lapangan dakwah. Dalam proses interaksi dengan qiyadahnya, seorang al akh dituntut supaya bisa berhubungan dengan baik sebagai perwujudan keqiyadahan
yang terdekat dengannya. Di antaranya ialah memperhatikan hak-hak qiyadah seperti tersebut di atas. Selain itu juga berusaha memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Tha'at.
Seorang akh hendaknya senantiasa taat melaksanakan perintah-perintah dan arahan-arahannya dalam kondisi senang atau susah serta sulit dan mudah.

2. Tsiqah.
Seorang akh dikatakan tsiqah kepada qiyadahnya jika ia memiliki ketenangan dan ketenteraman jiwa terhadap apa-apa yang datang dari sang qiyadah. Ia tidak pernah ragu- ragu terhadap arahan yang datang darinya.

3. Iltizam.Seorang akh harus berupaya menjaga, melanggengkan iltizam atau komitmennya kepada qiyadah dan jamaah dengan jalan keterbukaan menginformasikan kondisi diri secara obyektif, sehingga terjaga pula hubungan ruhiyah dan amaliyah dalam ruang lingkup berjamaah.

4. Memiliki sikap ihtiram (menghormati) qiyadah.Bukanlah suatu ciri feodalisme jika kita menghormati atasan kita yang layak dihormati. Apalagi ia berfungsi sekaligus sebagai orang tua, guru, syekh dan qaid. Bukankah Islam mengajarkan kita menghormati orang yang lebih tua
dari kita dan banyak memberikan kebaikan untuk kita seperti orang tua, guru, syekh dan komandan.

5. Memberi nasihat, masukan, saran dan kritik secara halus dan sembunyi-sembunyi alias tidak di depan orang lain. Memang tak bisa dipungkiri, qiyadah adalah juga manusia biasa yang punya kekurangan dan kelemahan, namun bila kita ingin mengkritisi atau memberi masukan hendaknya dengan memperhatikan adab agar martabat atau izzahnya sebagai qiyadah tidak terlecehkan di hadapan orang lain.

*****
C. Ma'al ikhwah
Terhadap sesama ikhwah atau anggota jamaah kita pun dituntut untuk memiliki adab yang benar dalam berinteraksi. Beberapa hal di bawah ini penting diwujudkan dalam interaksi dengan sesama ikhwah agar suasana
ukhuwah benar-benar tercipta di dalam jamaah.

1. Selalu husnuz zhan (bersangka baik) dan bahkan berusaha mencarikan alasan untuk membelanya jika ada orang lain yang menghujat ikhwah tanpa alasan yang benar.

2. Memperlihatkan mahabbah atau rasa cinta pada mereka dan berusaha menahan emosi atau memaklumi kebodohan-kebodohan mereka.

3. Mendoakan mereka ketika kita berpisah atau sedang tidak bersama mereka. Dalam hadits disebutkan doa seorang muslim untuk saudaranya ketika berpisah atau sedang tidak bersamanya mustajab. Di sisi kepalanya ada malaikat yang setiap kali ia berdoa untuk saudaranya meminta kebaikan berkata malaikat: Amin dan bagimu hal yang seperti itu pula.

4. Tanashur, tolong-menolong sesama ikhwah sebagai realisasi ukhuwah.
"Tolonglah saudaramu yang berbuat zhalim atau dizhalimi," yakni engkau menghalanginya dari berbuat kezhaliman atau membebaskannya dari keteraniayaan.

5. Mengakui dan menghargai bantuan mereka di waktu lapang dan sempit,
serta merasakan dan menyadari bahwa kekuatannya, tidak dapat bergerak dengan sendirinya tanpa andil dan bantuan ikhwah lainnya seperti problem yang dialami dalam masalah maisyah, penyimpangan atau terkena fitnah.

6. Tidak menyukai atau tidak rela jika saudaranya berada dalam bahaya dan bersegera berbuat untuk mencegah atau menolak dan menyelamatkan saudaranya tersebut dari bahaya.

7. Memberikan tadhiyah (pengorbanan) terhadap sesama ikhwah.
Imam Hasan Basri berkata, "Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini, kecuali tiga hal; Pertama saudaramu yang kau dapati berkelakuan baik. Kedua apabila engkau menyimpang dari jalan kebenaran ia meluruskanmu dan mencegahmu dari keburukan. Tidak ada seorang pun selainnya yang mengontrolmu. Ketiga shalat berjamaah menghindarkanmu dari
melupakannya dan meraih ganjarannya."

*****
D. Ma'al Mu'ayidin (Bersama pendukung da'wah)Seorang anggota jamaah adalah seorang murabbi bagi para mutarabbinya. Ia menjadi pintu gerbang yang akan menghantarkan mutarabbinya ke dalam jamaah. Agar bisa menjadi daya tarik dalam merekrut dan menghantarkan
muayidnya ke dalam jamaah, ia dituntut agar bisa berinteraksi dengan baik dan tepat dengan mutarabbinya di antaranya ialah:

1. Menghargai dan menempatkan diri mutarabbi secara seimbang atau
proporsional. Mereka bukan segala-galanya atau yang paling hebat dan penting sehingga seolah olah tidak akan ada yang dapat menggantikan mereka. Tetapi tidak pula meremehkannya, merendahkannya atau menempatkannya secara tidak proporsional di tempat yang tidak bernilai atau rendah dan tidak sesuai dengan mereka. Sehingga terkesan tidak
menghargai potensi dan bakat mereka.

2. Mendahulukan hal yang paling penting di atas hal yang paling
penting atau menggunakan skala prioritas. Dan yang pertama harus dilakukan adalah menumbuhkan akidah di hatinya.

3. Berhemat dalam menasihati mutarabbi sehingga bisa masuk dan meresap.

4. Meninggalkan cara-cara yang keras atau kasar walau dengan hujah yang benar.

5. Menghindari jawaban langsung atau to the point dan sanggahan yang ketus atau mematahkan.

6. Menghindari penghancuran potensi dalam meng'ilaj atau mengatasi permasalahan ringan atau dengan jalan membebani dengan beban berat yang tidak proporsional dan tidak mendidik.

7. Hati-hati terhadap pemborosan tenaga. Hendaknya kita memperhatikan tingkat kecerdasan dan ilmu mutarabbi sehingga tidak perlu berpanjang-panjang dalam membahas hal yang sudah jelas.

8. Setiap perkataan memiliki tempatnya masing-masing dan setiap tempat memiliki jenis perkataan yang cocok. Rasulullah saw. bersabda: "Berbicaralah pada manusia sesuai dengan kemampuan akal mereka."

9. Mempelajari kondisi mereka dan mengenali permasalahan –permasalahan mereka. Misalnya sebagai murabbi tidak langsung mencerca bila mad'u terlambat datang karena boleh jadi ada uzur syar'i yang tidak bisa diatasinya. Kemudian tidak mendikte dalam pekerjaannya dan tidak membebaninya dengan beban yang tidak sanggup ditanggungnya, karena
pepatah mengatakan bahwa Madinah tidak dibangun dalam waktu satu hari.

10. Jadilah teladan baginya dalam segala situasi.

11. Kontinyu mendakwahinya sampai tampak hasilnya.

*****
E. Ma'al Murabbi
Seorang anggota bisa masuk ke dalam jamaah adalah karena jasa murabbinya. Hal itu tidak akan pernah terhilangkan dari catatan malaikat Raqib, sehingga seyogianyalah tidak terhapus dari benak a'dha tersebut.

1. Menghormati mereka karena bagaimanapun Allah telah menjadikan
mereka sebagai sebab tergabungnya kita menjadi anggota jamaah ini. Dengan kata lain merekalah yang telah menghantarkan kita masuk ke dalam jamaah ini, walaupun kini kita telah menyamai atau bahkan mungkin melebihi atau melampaui mereka dalam hal wazhifah tanzhimiyah. misalnya.

2. Sesungguhnya mereka tetap gurumu dan bukan mantan guru atau sekadar orang yang pernah menjadi gurumu.

3. Terus mengingat-ingat kebaikan mereka dan melupakan kelemahan-kelemahan mereka jika memang ada.

Jika kesemua interaksi dengan keseluruhan elemen jamaah itu terjalin dengan baik, insya Allah akan terpeliharalah kekokohan iltizam kita dengan jamaah itu sendiri. Wallahu a'lam

source : unknown dari sini

Ruhiyah Adalah Bekal Kemenangan

Ruhiyah adalah bekal yang terbaik bagi setiap muslim, terutama bagi seorang da’i. Ruhiyah inilah yang akan memotivasi, menggerakkan dan kemudian menilai setiap perbuatan yang dilakukannya.. Keberadaan ruhiyah yang baik dan stabil menentukan kualitas sukses hidup seseorang, demikian juga dengan dakwah. Sangat tepat ungkapan yang menyatakan, “Ar-Ruhiyah qablad dakwah kama Annal Ilma qablal qauli wal amal”. Ungkapan ini merupakan “iqtibas” (Kutipan) dari salah satu judul bab dalam kitab shahih Al-Bukhari:
“Berilmu sebelum berbicara dan beramal, demikian juga memiliki ruhiyah yang baik sebelum berdakwah dan berjuang”.


Dalam konteks dakwah, menjaga dan mempertahankan ruhiyah harus senantiasa dilakukan sebelum beranjak ke medan dakwah, sehingga sangat ironis jika seseorang berdakwah tanpa mempersiapkan bekal ruhiyah yang maksimal, bisa jadi dakwahnya akan ”hambar” seperti juga ruhiyahnya yang sedang ”kering”. Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kalian bersama-sama, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu, kemudian lakukanlah amal kebaikan, dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad”. (Al-Hajj: 77-78)

Menurut susunannya, ayat di atas memuat perintah Allah kepada orang-orang yang beriman berdasarkan skala prioritas; diawali dengan perintah menjaga dan memperbaiki kualitas ruhiyah yang tercermin dalam tiga perintah Allah: ruku’, sujud dan ibadah, kemudian diiringi dengan implementasi dari ruhiyah tersebut dalam bentuk amal dan jihad yang benar. Yang diharapkan dari menjalankan perintah ayat ini sesuai dengan urutannya adalah agar kalian meraih kemenangan dan keberuntungan dalam seluruh aspek kehidupan, terlebih urusan yang kental dengan ruhiyah yaitu dakwah. Tentunya susunan ayat Al-Qur’an yang demikian bijak dan tepat bukan semata-mata hanya memenuhi aspek keindahan bahasa atau ketepatan makna, namun lebih dari itu, terdapat hikmah yang layak untuk digali karena susunan ayat atau surah dalam Al-Qur’an memang bersifat “tauqifiy” (berdasarkan wahyu, bukan ijtihad).

Pentingnya ruhiyah dalam dakwah dapat dipahami juga dari sejarah turunnya surah Al-Muzzammil. Surah ini secara hukum dapat dibagikan menjadi dua kelompok; kelompok yang pertama dari awal surah hingga ayat 19 yang berisi instruksi kewajiban shalat malam dan kelompok kedua yang berisi rukhshah dalam hukum qiyamul lail menjadi sunnah mu’akkadah, yaitu pada ayat yang terakhir, ayat 20. Bisa dibayangkan satu tahun lamanya generasi terbaik dari umat ini melaksanakan kewajiban qiyamul lail layaknya sholat lima waktu semata-mata untuk mengisi dan memperkuat ruhiyah mereka sebelun segala sesuatunya. Baru di tahun berikutnya turun rukhshah dalam menjalankan sholat malam yang merupakan inti dari aktivitas memperkuat ruhiyah. Hal ini dilakukan, karena mereka memang dipersiapkan untuk mengemban amanah dakwah yang berat dan berkesinambungan.

Pada tataran aplikasinya, stabilitas ruhiyah harus diuji dengan dua ujian sekaligus, yaitu ujian nikmat dan ujian cobaan atau musibah. Karena bisa jadi seseorang mampu mempertahankan ruhiyahnya dalam keadaan susah dan banyak mengalami ujian dan cobaan, namun saat dalam keadaan lapang dan senang, bisa saja ia lengah dan lupa dengan tugas utamanya. Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya,
“Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya”. (Bukhari dan Muslim).
Maka seorang mukmin yang kualitas ruhiyahnya baik adalah yang mampu mempertahankannya dalam dua keadaan sekaligus. Demikianlah yang pernah Rasulullah isyaratkan dalam sabdanya, “Sungguh mempesona keadaan orang beriman itu; jika ia mendapat anugerah nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Namun jika ia ditimpa musibah ia bersabar dan itu juga baik baginya. Sikap sedemikian ini tidak akan muncul kecuali dari seorang mukmin”. (Al-Bukhari)


Dalam konteks ini, contoh yang sempurna adalah Muhammad saw. Beliau mampu memelihara stabilitas ruhiyahnya dalam keadaan apapun; dalam keadaan suka dan duka, senang dan sukar, ringan dan berat. Justru, semakin besar nikmat yang diterima seseorang, mestinya semakin bertambah volume syukurnya. Semakin besar rasa syukurnya, maka akan semakin tinggi voltase dakwahnya. Begitu seterusnya sehingga wajar jika Rasulullah tampil sebagai abdan syakuran. Karena memang demikian jaminan Allah swt, “Barangsiapa yang bersyukur, maka pada hakikatnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya” (Luqman: 12).
Orang yang bersyukur akan memperoleh hasil syukurnya, yaitu kenikmatan ruhiyah yang ditandai dengan hidup menjadi lebih bahagia, tenteram dan sejahtera. Karena bersyukur hakikatnya adalah untuk dirinya sendiri.

Dan ternyata kesuksesan dakwah Rasulullah saw yang diteruskan oleh para sahabatnya sangat ditentukan –selain dari pertolongan Allah- dengan kekuatan ruhiyahnya. Selain dari qiyamul lail yang menjadi amaliyah rutin sepanjang masa, cahaya Al-Qur’an juga senantiasa menyinari hatinya. Allah swt menegaskan dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”. (Asy-Syu’ara’: 192-194). Demikian persiapan Muhammad sebelum menjadi Rasul yang akan memberi peringatan yang merupakan tugas yang berat dan mengandung resiko adalah dengan dibekali Al-Qur’an yang akan senantiasa mengarahkan hatinya.
Dalam hal ini, Dr. Yusuf Al-Qaradawi pernah menyatakan dengan tegas rahasia kekuatan Al-Qur’an : “Al-Qur’an adalah kekuatan Rabbani yang akan menghidupkan hati dan pikiran”.

Pada masa yang sama, agar ruhiyah tetap stabil terpelihara, maka harus dijaga dengan banyak beramal, meskipun hanya sedikit. Karena amal yang terbaik menurut Rasulullah saw adalah amal yang berkesinambungan,
“Sebaik-baik amal adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit demi sedikit”. (Tirmidzi).

Dalam konteks ini, orang yang Inkonsistensi ruhiyah disindir oleh Rasulullah saw, “Janganlah kamu seperti si fulan; dahulu ia rajin qiyamul lail, kemudian ia tinggalkan”. Penguatan aspek ruhiyah sebelum yang lainnya pada hakikatnya merupakan bentuk kewaspadaan seorang mukmin di hadapan musuh besarnya yaitu setan yang seringkali bergandeng bahu dengan manusia untuk melancarkan serangannya dan merealisasikan misinya.
Tepat ungkapan Prof. Muhammad Mutawlli Asy-Sya’rawi: “Setan akan senantiasa mengintai dan mencari titik lemah manusia”. Dengan licik dan komit, setan senantiasa mengincar kelemahan manusia tanpa henti, karena ia tahu bahwa setiap manusia memiliki kelemahan dan oleh karenanya manusia diperintahkan untuk berlindung hanya kepada Allah dengan memperkuat aspek ruhiyahnya.

Demikianlah, aspek ruhiyah selalu menjadi potensi andalan para pemimpin dakwah yang telah menoreh tinta emas dalam sejarah dakwah ini. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dalam kualitas ruhiyah dan amalnya.
“Ruhbanun bil Lail wa Fursanun bin Nahar”.”.

Bisa jadi kelemahan dan kelesuan dakwah memang berpangkal dari kelemahan dan kelesuan ruhiyah. Saatnya para da’i menyadari urgensi ruhiyah sebelum amal dakwah dengan memberi perhatian yang besar tentang aspek ini dalam pembinaan. Karena demikianlah memang dakwah mengajari kita melalui generasi terbaiknya. Wallahu ‘alam bis shawab (Attabiq Luthfi)

Tuesday 24 February 2009

Doa Cinta Sang Imam

Ya Allah Engkau tahu, Hati-hati ini telah Berkumpul dalam cinta-Mu, Bertemu dalam taat-Mu, Menyatu menolong dakwah-Mu, Berjanji perjuangkan syariat-Mu, Maka eratkan ikatannya, Dan abadikan cintanya. (Do'a Rabithah)

Tidak ada penjelasan historis tentang suasana yang melatari Imam Syahid Hasan Al Banna saat menulis potongan doa itu. Ia menyebutnya Wirid Pengikat. Pengikat hati. Hati yang sedang dibangunkan untuk memikul beban kebangkitan umat. Beban mereka berat. Jumlah mereka sedikit. Musuh mereka banyak. Jadi mereka butuh landasan yang kokoh dan pengikat yang kuat. Landasannya adalah iman. Pengikatnya adalah cinta.

Cinta menjalin jiwa-jiwa mereka dalam kelembutan yang menyamankan: maka setiap mereka adalah pernadani sutera yang empuk, setiap orang dengan tipenya bisa duduk santai di situ. Cinta mereka selalu mampu menampung semua bentuk perbedaan: ada kebebasan berpendapat tapi tidak ada sikap yang melukai, ada keterbukaan tapi objektivitas tetap di atas segalanya. Cinta melahirkan pertanggungjawaban: setiap mereka selalu bertanya tentang sejauh mana mereka mampu mempertanggungjawabkan sikap mereka di depan Allah?

Tapi cinta juga melahirkan kelembutan: maka prbedaan-perbedaan mereka terkelola dalam etika yang menyamankan jiwa. Karena setiap pembicaraan mereka selalu berujung amal. Beban. Perbedaan diantara mereka tidak akan mengubah situasi mereka, seperti kata Iqbal, sebagai sapu lidi yang diikat cinta untuk membersihkan kehidupan.

Tapi cinta juga memberi mereka energi: Para pemikul beban kebangkitan itu pastilah akan menempuh jalan perjuangan penuh liku dan pendakian. Pada setiap satu jarak waktu dan tempat beban mereka bertambah. Mereka pasti mengalami penuaan dini, seperti kata Rasulullah saw: "Surat Hud dan saudara-saudaranya telah mengubankan rambutku." Kalau bukan dengan energi yang dahsyat, siapakah yang sanggup mendaki gunung sembari memikul beban? Dan cintalah sumbernya.

Energi cinta memicu mereka untuk bergerak dan bertumbuh dalam tempo yang cepat. Tapi ikatan cinta mengatur irama mereka dalam keserasian yang indah. Itu sebabnya mereka kuat. Nyaman. Dan abadi. Jadi biarkan Sang Imam mengumumkan kembali cintanya dia:

Maka eratkan ikatannya. Dan abadikan cintanya?

(~Anis Matta~, Sumber: http://serialcinta.blogspot.com)

Dikutip dari: http://aktivis02.blogspot.com/

Saturday 21 February 2009

Booking Tempat di Neraka

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab memang memiliki multifungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan, berpakaian sangat minim, bahkan tipis dan tembus pandang. Semula dia tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri, dan "terlihat" oleh semua penumpang. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.

Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.

Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!

"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Telpon Tuhan Anda! Tolong pesankan saya, tempat di neraka!"

Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.

Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.

Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.

"Bangunkan saja!" kata seorang penumpang.
"Iya, bangunkan saja!" teriak yang lainnya.

Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.

Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!

Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.
Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat.

Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar...
mumpung kesempatan itu masih ada!

Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallahu a'lam.

Seperti dikutip dalam http://religiusta.multiply.com/journal/item/233

Dikutip dari blog Nashiyah


Tuesday 17 February 2009

Katanya, Anak Adalah Anugerah

Katanya, Anak Adalah Anugerah

Katanya, Anak adalah anugerah.
Tapi, mengapa tak sedikit orangtua
yang kerepotan mengendalikan anak?

Katanya, Anak adalah anugerah.
Tapi, mengapa sebagian ayah
Justru melemparkan tanggung jawab
Perilaku anak hanya pada istrinya?


Katanya, Anak adalah anugerah.
Tapi, mengapa sebagian ibu
Yang memilih membesarkan anak secara penuh,
Justru malah terlihat lelah dan stress menjalankannya?

Katanya, Anak adalah anugerah,
Tapi, mengapa sebagian besar anak
Justru dijatuhkan harga dirinya di rumah?
Dengan disalahkan setiap hari
Dan dimarahi 3x sehari (atau sehari 3x?)

Sebenarnya,
Anak bisa patuh tanpa DITERIAKI
senang berbuat baik tanpa DIMINTA
Anak akan belajar tanpa DIPAKSA
Anak dapat mandiri tanpa DIGURUI
Anak punya ketahanan diri tanpa DIISOLASI



Orangtua Biasa, Memberitahu;
Orangtua Baik, Menjelaskan;
Orangtua Bijak, Meneladani;
Orangtua Cerdas, Menginspirasi
(Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari)


Tahukah Anda:
Sebagian masalah anak, orangtua sendiri yang jadi penyebabnya?
Anak malas belajar, tidak mandiri dan tidak patuh pada orangtua,
Orangtua sendiri yang jadi penyebabnya?

Ikuti

Program Sekolah Orangtua PSPA
Sebuah Program Terpadu tentang Pendidikan Anak untuk Memberdayakan Orangtua, Melejitkan Potensi Anak dan Membina Hubungan Berkualitas dengan Anak

Bersama

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
(National Master Trainer dengan pengalaman training
di 16 Kota, 9 Propinsi di Indonesia)


“I thought that this is just another variant of parenting product like everyone else offered by motivational consultant or EO folks to attract parents who put concern on their children. But, really, all bless to the almighty God who had lead me to the course, the event was sooo deeply touching my very heart as a dad. All material are so highly motivating, easily understood and really practical based. Sometime we forgot that children are not ours. They are both Allah bless and His mandate for us to look after before returning back to Him in a original condition.”
Hamzahritchi, Bandung

“Subhanallah, indah sekali hidup dengan anak kalau kita tahu ilmunya”
Elly Faizah, Mojokerto

“Insya Allah saya berjanji di sini dan di hadapan Allah SWT saya akan jadi ayah yang shalih. Memberikan haq anak, sesuai perintah Allah & Rasul-Nya, sampai saya mati!”
Ust. M. Ghazali, Ketua Ikatan Da’I Indonesia Wilayah Riau

“Saya akan benar-benar menyesal jika tidak datang ke acara ini.”
Cheke Karai, Pelatih BKKBN, Makassar

“Selama ini kita menyuruh anak belajar, padahal kita juga harus belajar. Program orangtua yang menyentuh & Empowering”,
Irfan Amalee, CEO Pelangi Mizan, penulis buku-buku anak

“Dulu saya menganggap anak ini beban, sekarang saya anak ini memang anugerah. Saya dan istri merasa mendapat hidayah melalui PSPA atas pendidikan orangtua terhadap anak-anak”,
Chairul, Karyawan Chevron Pacific Indonesia, Riau

"Sistematis, lugas, lucu.. Dari awal hingga akhir tidak membosankan",
Rodhiatul Hasanah Siregar, Psi. Dosen Psikologi Universitas Sumatera Utara, Medan


Rasakan Indahnya Jadi Orangtua!
Jadilah 1 Diantara Ribuan orang
yang telah rasakan manfaatnya!


BANDUNG

Sabtu-Minggu,
7-8 Februari 2009
Registrasi:
Komite
SDIT LH
(022) 7093.1894
0817.2710.11

MAKASSAR

Sabtu-Minggu,
14-15 Februari 2009
Registrasi:
Kids-O & Rumah Sekolah Cendekia
(0411) 5753.763

DENPASAR
Sabtu-Minggu,
28 Februari & 1 Maret 2009
Registrasi:
Salimah Bali
0852.3023.7139
(0361) 786.1648

KUTAI
Sabtu-Minggu,
7-8 Maret 2009
Registrasi:
Salimah
Kutai Kartanegara
0811.582..1633

BALIKPAPAN
Sabtu-Minggu,
14-15 Maret 2009
Registrasi:
Muslimat hidayatullah Balikpapan
0813.4657.7716

DURI-RIAU
Sabtu-Minggu,
28-29 Maret 2009
Registrasi:
Himpaudi Duri &
TK Putih Melati
0813.7128..5292

PEKANBARU
Sabtu-Minggu,
4-5 April 2009
Registrasi:
Rumah Sakit Ibu & Anak Zainab
0812.7632.748

JAMBI
Sabtu-Minggu,
9-10 Mei 2009
Registrasi:
J-Organizer
(0741) 7141774
0815.4855.7799

Sumber dari: Salimah Bali.

Monday 16 February 2009

SEDEKAH NGUTANG

Artikel - Cahaya Langit

Sebuah mushalla rencananya hendak dibangun di sebuah perumahan di daerah Cibinong, Bogor. Malam itu awal bulan Sya'ban beberapa tahun yang lalu para penghuni perumahan bertekad ingin menjalani shalat Tarawih bersama di mushalla yang akan mereka bikin. Semua warga dikomandani pak RT tengah bermusyawarah. Satu kata bulat, "Kita harus punya mushalla saat bulan puasa tahun ini menjelang!"

Itulah cita-cita mulia mereka semua. Dan masing-masing mereka berinfaq dan berwakaf di jalan Allah dengan harta terbaik yang mereka miliki.
Terdengar suara pak RT menanyakan satu per satu warga yang hadir, "Pak anu mau nyumbang berapa..., bapak fulan mau sedekah berapa....?" Lalu setiap warga yang hadir dengan antusias menjawab dengan harta yang hendak mereka sumbangkan.
Ada yang berinfak dalam ratusan ribu rupiah, juga ada yang berinfak dalam jutaan rupiah. Sebagian mereka ada juga yang memberikan dalam bentuk material bangunan.
Semua mereka seolah berlomba memberikan harta terbaik yang mereka miliki untuk membangun rumah Allah Swt.

Semua terlihat begitu antusias untuk membangun mushalla di lingkungan mereka dalam tempo kurang dari sebulan.

Malam itu juga ada seseorang yang bernama Arif yang berkomitmen untuk menyumbang seluruh lantai keramik yang diperlukan mushalla. Itulah yang ia janjikan kepada pak RT dan seluruh peserta rapat. Sengaja ia menyumbang lantai keramik, sebab ia beranggapan bahwa setiap orang akan menggunakannya untuk berdiri dan sujud oleh karena itu akan mendapat pahala yang lebih banyak dari material bangunan lainnya. Setidaknya itulah anggapannya!

"Saya insya Allah mau menyumbang semua lantai keramik yang diperlukan mushalla ini!" seru Arif. "Apakah semua lantai keramik atau sebagiannya saja, pak Arif?" tanya ketua RT menegaskan. "Semuanya insya Allah, pak!" tandas Arif.

Arif tidak khawatir untuk menutupi sumbangan seluruh lantai keramik mushalla. Di benaknya esok pagi ia akan meminta orang tuanya, neneknya, sepupu, paman, bibi dan seluruh saudaranya untuk turut menyumbang. "Insya Allah bila dijinjing ramai-ramai, tidak akan ada beban yang berat!" gumamnya.

Benar juga... begitu Arif menghubungi seluruh kerabatnya, mereka semua bersedia turut menyumbang pembelian lantai keramik mushalla. Hati Arif pun tenang. Ia senang telah bisa menyumbang dan lebih senangnya lagi ia dapat mengajak keluarganya untuk melakukan kebaikan di jalan agama ini.

***

Bulan Ramadhan 7 hari lagi akan menjelang. Bangunan mushalla atas izin Allah sudah rampung kurang lebih 65%. Namun untuk bisa dipakai shalat, setidaknya harus sudah berlantai hingga orang-orang akan merasa nyaman saat berdiri dan sujud. Maka malam itu adalah rapat kesekian kalinya digelar ketua RT bersama panitia pembangunan mushalla. Dalam rapat itu, Arif ditanya tentang kapan lantai bisa dikirimkan ke mushalla. Dengan tenang ia berujar, "Paling lambat lusa, saya akan kirim lantai tersebut!"

Namun apa yang terjadi saat ia menghubungi satu per satu keluarga yang sudah berjanji untuk menyumbang. Sungguh aneh, semua keluarga yang berjanji sepertinya amat kompak dalam satu alasan. Mereka semua BOKEK, alias lagi gak punya uang!
"Celaka...!" keluh Arif. Padahal ia sendiri pun sedang tidak punya duit. Bagaimana ia bisa memberi jawaban atas hal ini kepada warga lingkungannya. Padahal Ramadhan akan tiba sebentar lagi. Tidak ada uang yang bisa ia gunakan untuk membeli keramik, namun ada beberapa kartu kredit di dompetnya yang dapat ia gunakan. Saat hendak menggunakannya terbersit di benaknya wajah angker sang istri berkata mengancam, "Awas ya kalau kamu berani pakai kartu kredit lagi. Aku akan minta cerai!!!'

Ya, Arif meski bekerja di sebuah bank swasta namun ia adalah orang yang susah menjaga syahwat dalam penggunaan kartu kredit. Sering kali rumahnya disatroni debt-collector tak bermoral yang bicara kasar bahkan mengancam di rumahnya. Istri dan anak-anak Arif sudah tidak kuat dengan teror para debt-collector. Karena itu ia pernah diancam oleh sang istri dengan ultimatum tuntutan cerai.
Kini Arif berada di dua ujung tanduk. Antara membeli keramik mushalla dengan kartu kredit & ancaman cerai dari sang istri. Setelah menimbang sebaik mungkin, ia bulatkan tekad untuk membeli lantai keramik. "Urusan masalah kartu kredit, itu urusan nanti!" gumamnya. Lalu ia pun pergi ke kawasan Percetakan Negara, Jakarta untuk memilih lantai keramik yang cocok. Usai ia memilih lantai keramik, ia pun menggesek kartu kreditnya dengan total tagihan Rp. 2,8 juta. Tak lupa ia mengucap bismillah. Maka Arif kini bersedekah lantai keramik di jalan Allah meski dengan cara berutang lewat kartu kredit.

***

Jelang Ramadhan pun ada agenda keluarga yang sudah dirancang oleh Arif. Ia ingin tahun ini dapat mudik ke kampung halaman dengan berkendara mobil. Hari itu ia memberanikan diri datang ke manager SDM tempatnya bekerja sambil berkata dengan penuh semangat, "Pak boleh gak saya mengajukan permohonan kredit mobil?!" Sayangnya, Arif mengajukan permohonan itu pada momen yang tidak tepat. Awal Ramadhan itu di perusahaannya sedang ada rasionalisasi pegawai besar-besaran. Sebuah langkah yang amat pahit dialami oleh tim SDM, sebab dari atas mereka mendapat tekanan. Sedangkan dari para pegawai di bawah mereka mendapat kecaman. Dalam kondisi tim SDM sedang pusing, Arif malah mengajukan kredit mobil. Dengan sengit manajer SDM itu berkata, "Tidak ada fasilitas seperti itu saat ini. Anda tidak paham ya bahwa kami sedang amat sibuk?!"

Mendapat tanggapan seperti itu, maka Arif pun beringsut.

Namun mungkin ini adalah balasan Allah Swt setelah sedekah lantai keramik itu sudah digunakan oleh warga perumahan untuk lebih dari seminggu.

Siang itu usai shalat Zhuhur dan mendengarkan kuliah agama di mushalla kantor, Arif kembali masuk ke ruang kerja. Pesawat telpon di mejanya berdering. Ternyata di sana adalah suara manager SDM yang memintanya datang segera.

Arif pun datang. Sesampainya di ruangan manager SDM ia disuruh menunggu di ruangan meeting. Sampai saat itu Arif belum tahu ada pasal apa manager SDM memanggilnya. Arif berprasangka buruk, "Mungkinkah aku termasuk karyawan yang akan dirumahkan?" lamunnya.

Lama ia menunggu hingga akhirnya sang manajer SDM datang ke ruang meeting. Di tangannya ada sebuah folder berisikan banyak berkas. Folder itu dibanting di atas meja, dan Arif terkejut mendengar folder itu dibanting.

Sang manajer SDM itu kini sudah duduk berseberangan dari Arif. Ia membuka berkas yang ada di dalam folder lalu ia dapatkan secarik kertas yang bentuknya seperti kertas cheque.

Dengan cara yang tidak sopan, selembar kertas kecil itu dilemparkan ke arah Arif dan ia pun menangkapnya. "Surat apa ini, Pak?!" tanya Arif. Dibenaknya ia masih menduga bahwa ia bakal di-PHK dan ini adalah surat pemberitahuannya.

"Baca saja dan jangan banyak tanya!" bentak manajer SDM.

Arif membaca selembar kertas itu yang ternyata adalah sebuah voucher pembelian sebuah mobil. Di dalamnya terdapat nama lengkap Arif, nomor induk kepegawaiannya dan sebuah nominal sebesar Rp 60 juta. Voucher pembelian mobil itu ditandatangani oleh
Direktur Operasional.

Usai membaca barulah Arif mengerti bahwa kertas itu ada sebuah persetujuan direktur operasional atas fasilitas kredit mobil untuk dirinya. Namun hal yang tidak ia mengerti adalah mengapa sikap manajer SDM menjadi garang seperti ini?

"Saya paling tidak suka bila pak Arif main belakang seperti ini...!!! Saya khan sudah bilang kepada bapak bahwa perusahaan tidak menyediakan fasilitas mobil untuk karyawan dalam masa-masa seperti ini, lalu kenapa bapak bicara langsung kepada direktur operasional...? Itu sama saja mencoreng reputasi saya!!!"

Arif hanya terdiam mendengar celotehan sang manajer. Rasanya ia belum pernah menceritakan hal ini kepada siapapun selain kepada manajer SDM, apalagi sampai menghadap direktur. Namun ia gembira dalam hati sebab ia membayangkan bahwa lebaran ini ia dapat mudik ke kampung bersama keluarga dengan mobil baru. Terserah manajer SDM apakah dia mau marah atau tidak yang penting Arif sudah mendapatkan voucher pembelian mobil di tangannya.

***

Sore itu Arif pulang menuju rumahnya di Cibinong dengan hati penuh kegembiraan. Sesampainya di rumah kira-kira pukul setengah enam sore. Ia bernyanyi riang dan terus bernyanyi. Ia tidak masuk ke kamar untuk berganti pakaian namun bahkan ia duduk-duduk di ruang tamu. Ada gelagat yang tidak biasa sepertinya pada diri Arif, hingga istrinya pun menanyakan ada apa gerangan.

Arif masih terus bernyanyi gembira sambil mengeluarkan dari tas kerja secarik kertas voucher pembelian mobil itu lalu ia letakkan di atas meja.
"Apa itu, Pa?" tanya sang istri. "Baca saja sendiri!" tukas Arif sambil terus bernyanyi. Istrinya pun membaca voucher itu. Namun tidak seperti dugaan Arif, sang istri tidak terlihat gembira membacanya. Bahkan sang istri pergi ke arah lemari dan mengambil secarik kertas.

Bila tadi Arif meletakkan secarik kertas di atas meja. Kini sang istri pun melatakkan secarik kertas pula di atas meja. "Apa itu, Ma?!" Arif balik bertanya. Sang istri menukas dengan ketus, "Baca saja sendiri!!!"

Ternyata itu adalah surat tagihan penggunaan kartu kredit. "Celaka!" gumam Arif. Akhirnya dia ketahuan oleh sang istri telah menggunakan kartu kredit untuk pembelian lantai mushalla. Ia amat takut sekali bila sang istri menuntut cerai.
"Ayo cepat buka...!" sang istri berkata dengan suara meninggi. Arif hanya diam tak berkutik, sungguh ia amat merasa takut. Tidak sedikit pun gurat kebahagiaan tersisa di wajahnya.

Dengan perlahan ia buka amplop tagihan kartu kredit itu dan kemudian ia baca seluruh isi surat. Namun anehnya, ia tidak mendapati tagihan senilai Rp2,8 juta atas pembelian lantai keramik!!!

Seolah tidak percaya, ia ulangi membaca dan tetap saja ia tidak mendapatkan nilai tagihan atas lantai keramik!!!

"Subhanallah...., kok bisa gak ada ya?" Arif berteriak keheranan. Ia pun menelpon pihak bank dan lagi-lagi anehnya bank tidak membaca pada data mereka bahwa Arif melakukan transaksi sebesar Rp 2,8 juta.

***

Itulah kisah yang Arif sampaikan kepada saya bahwa ia telah menuai pertolongan Allah Swt untuk pembelian mobil, namun apa yang ia sumbangkan untuk rumah-Nya dengan cara berhutang rupanya tidak dianggap demikian oleh Allah Swt. Demikianlah sebuah kisah yang menakjubkan tentang pertolongan Allah Swt melalui sedekah. Tidakkah Anda meyakininya?


Salam,
Bobby Herwibowo
0817200456

Disalin dari sini atas ijin langsung Ust.Bobby Herwibowo.

Tuesday 10 February 2009

Universitas Muhammadiyah Magelang, KKL ke DSM Bali

Akhirnya rombongan mahasiswa S-1 program jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Muamalat, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang tiba di LAZ DSM Bali, Jl. Diponegoro 157 Denpasar. Hari Ahad, 8 Februari 2008 rombongan kami diterima di Lantai 2, Graha Zakat DSM Bali. Terdiri dari 28 orang mahasiswa dan 4 Dosen pendamping, yaitu Bapak Mahmud Hadi, Teguh Budiono, Ibu Candra Kusuma Dewi dan Bapak Andi.

Pak Andi salah satu pendaping KKL (Kuliah Kerja Lapangan), mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan pelaksanaan dari Studi Pengembangan Model Pengajaran (SPMP) dan memilih Bali karena walaupun penduduk muslimnya minoritas tetapi perkembangan ekonomi syariah termasuk pengolaan zakat cukup berkembang. Karena itu secara khusus mengambil studi tentang ekonomi syariah khususnya perbankan syariah dan manajemen zakat di Bali dan DSM Bali sebagai salah satu tujuan KKL ini.

Setelah acara kami buka dengan diawali ta’aruf maka pada sesi pertama di isi oleh Mas Firman dari Bank Muamalat Indonesia. Dan giliran saya pada sesi kedua menyampaikan materi dengan mengambil tema manajemen pengelolaan zakat. Beberapa poin yang saya sampaikan adalah tentang susunan pengurus/amil zakat DSM Bali, program penyaluran dan pemberdayaan, fundraising, program layanan muzakki dan mustahik, media publikasi dan strategy lembaga.

Pertanyaan yang cukup antusias dilontarkan oleh mahasiswa adalah tentang fundraising strategy, partnership dan sistem penyaluran dan bagaimana cara memotivasi personil/amil supaya bekerja tetap semangat.

Pada akhir acara dilakukan acara saling memberikan cinderamata antara DSM Bali dan Universitas Muhammadiyah Magelang dan berfoto bersama. Dan rombongan segera melanjutkan perjalanan. Selamat jalan dan semoga sukses!.

Terima kasih kepada Civitas Akademika Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang yang telah berkenan mengunjungi kami.

Foto dokumen bisa dilihat di sini.

Dokumen: KKL Universitas Muhammadiyah Magelang ke DSM Bali














Monday 9 February 2009

ON ON: Club Olah Raga Ba’da Shubuh

Hari Sabtu (7/02/09) kemarin saya berkesempatan turut serta acara On-On yang diselenggarakan di kawasan Canggu. Acara di mulai dengan sholat shubuh berjama’ah di masjid Al Furqon – Gatsu Denpasar. Ternyata tidak semua peserta berjamaah shubuh di Masjid al Furqon, tetapi ba’da shubuh peserta mulai berdatangan. Setelah berkumpul semua kita berangkat beriringan naik mobil masing-masing ke tempat tujuan, kecuali beberapa orang termasuk saya bergabung ke mobil peserta lain dan motor saya parkir di halaman masjid.

Penasaran ya? Apa sih itu On On itu? Saya pun masih asing dengan istilah ini dan saat itu baru pertama kali ikut. Dengan bahasa dan definisi yang saya pahami kira-kira On On adalah Club atau perkumpulan olahraga pagi bersama, dengan mengambil tempat dan menyusuri track tertentu di pedesaan, melintasi hutan atau sawah-sawah yang alami dan jauh dari polusi dan kebisingan. Biasanya perkumpulan olahraga semacam ini dilakukan oleh para profesional secara internasional. Ketika mengikuti acara ini ada beberapa manfaat yang saya rasakan: pertama, menjalin silaturrahim dan persaudaraan. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan olahraga dan kebugaran tubuh. Ketiga, mengembangkan jaringan sosial dan kepedulian terhadap sesama.

Beruntunglah saya bisa hadir pada acara ini... On On yang pada awalnya digagas oleh beberapa pengusaha muslim yang sering bertemu dalam kajian keislaman yang berbasis di de Surau restaurant tersebut mengambil start dan finish di Villa milik pak Lalu Satriawardi di kawasan pedesaan di Canggu, Kuta Utara - Badung. Yang hadir saat itu berjumlah 22 orang terdiri dari para pengusaha, profesional, dan karyawan atau pegawai.

Track yang dilalui sangat seruh dan menantang, lintasan yang berupa pematang sawah, sungai, tanjakan sangat mengasyikkan. Suasana alami dan asri di pedesaan seperti ini memang lagi gemar dicari oleh para profesional dan tak jarang dalam perjalanan kaki sekitar 7 kilo itu kita menyebrangi sungai dengan jembatan kayu atau sekedar sebatang pohon yang dibentangkan. Bahkan saya sendiri sempat terjatuh ke sungai kecil saat jembatan kayu yang saya injak patah sehingga kaki saya tercebur ke air.

Rasa letih tak terasa ketika tiupan angin yang sejuk dan kicauan burung menemani perjalanan kami menyusuri sepanjang pematang sawah yang padinya mulai menguning. Sungguh panorama dan moment yang luar biasa dan mulai jarang saya rasakan akhir-akhir ini. Setelah memutari sawah akhirnya kamipun sampai ke villa tempat tujuan. Kesempatan ini tidak kami lewatkan dengan mandi di kolam renang yang tersedia. Setelah bersih-bersih kita menikmati nasi kuning dan sate serta beberapa jajanan yang telah disediakan oleh panitia.

Sambil makan kita mengadakan musyawarah membentuk kepengurusan. Dan secara aklamasi memilih ketuanya Ekky Cules (Kencana Tekstil) dan Zainal Sania (House of Bali). Sekretaris saya sendiri (DSM Bali, bendahara Yazid (BSM) dan Mardi Sumitro (Master Gym). Dan seksi publikasi Hanafi (DSM Bali) dan Azrin Dirhamsjah. Dan kedepannya keanggotaan akan diperluas untuk mengajak semua rekan-rekan yang kita kenal, siapa saja lintas suku dan agama. Dan hari Sabtu depan (1402/09) acara di tempat yang sama, berangkat ba’da shubuh kumpul di De Surau Restaurant. Gimana tertarik? Gabung yok!!!

Foto-foto dokumentasi bisa dilihat disini.

NB: yang hadir saat itu : Yazid, Hary Purwoko, Endra Budi Susanto, A Kadir Makaramat, Bambang Santoso, Fathuri, Alim Mahdi, Ekky C, Diyanto, Azrin Dirhamsjah, Ali Utih, Yudhi Sektiadji, Edy Kurniawan, Frans Edieth S.Y, Hanafi, Slamet Sugiono, Pinto Wahyudi, Erfian, Mardi Sumitro, Lalu Satriawardi, Firdaus Dj., Zainal Sania.

Saturday 7 February 2009

PHOTO: ON ON - Club Olah Raga Ba’da Shubuh





































Tuesday 3 February 2009

Andai Pahlawan Penakluk ‘DAVOS’ itu SBY, Presiden kita!

Rakyat Indonesia sambut kepulangan SBY atas keberaniannya melawan kecongkakan Perez di Davos. Maka, negara mana lagi yang akan meniru keberanian Indonesia?

Itulah bentuk dukungan kepada Perdana Menteri Turki , Recep Tayep Erdogan. Sejak pukul sembilan malam, ribuan orang telah bergerak menuju bandara internasional Ataturk, Istanbul. Mereka tampak melambai-lambaikan kain berwarna merah, yang ditengahnya terlukis bintang terapit bulan sabit: bendera Turki. Sebagian yang lain lagi mengibarkan bendera Palestina. Mereka berteriak: "O, büyük bir lider", "Selamat datang pahlawan kami!", "Selamat Datang 'Penakluk' Davos!", "Ahlan wa Sahlan Pemimpin Baru Dunia!".

Di malam yang gigil itu, mereka bergerak berduyun-duyun untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri mereka, "Khoja Haji" Rajab Thayyib Erdogan (Turki: Recep Tayep Erdogan), yang baru saja meninggalkan KTT Ekonomi Internasional Davos yang digelar di Swiss.

Sebagaimana diketahui, di forum internasional World Economic Forum (WEF) yang digelar pada Kamis (29/1) kemarin itu, Erdogan melakukan aksi walk out sebagai protes keras kepada forum yang tidak memberikannya waktu untuk memberikan tanggapan atas pernyataan Presiden Israel, Simon Perez.

Perez, yang duduk tepat di samping kiri Erdogan, berbicara sekitar setengah jam mengenai alasan dan "pembelaan diri" Israel yang menyerang Gaza. Perez menyatakan jika serangan “teror” yang terus dilakukan Hamas adalah penyebab utama kenapa Israel pada akhirnya memutuskan untuk menyerbu Gaza.

"Hamas terus menembakkan roket-roket ke pemukiman Israel. Sebab itulah pada akhirnya Israel memutuskan untuk menyerang Gaza, markas Hamas," ungkap Perez dengan nada berapi-api.

Saat mengemukakan pernyataannya, Perez berbicara dengan nada tinggi,
juga beberapa kali menatap wajah dan mata PM Turki yang duduk tepat di samping kanannya.
Ketika giliran berbicara tiba pada Erdogan, PM Turki tersebut menanggapi pernyataan Peres dengan tanggapan yang tak kalah tegas, namun tetap dengan nada bicara yang kalem.

Ini sebagian cuplikan dialog tersebut:

Transkrip :
(moderator):
this has been a powerfull and passionate debate
ini telah menjadi perdebatan yang sangat seru dan penuh kemarahan
it’s a debate that could go on tonight for hours
ini debat yang bisa berlangsung sampai larut
but we’ve already gone well passed our closing time
Akan tetapi kita telah melewati batas waktu akhir
(erdogan: excuse me)
(erdogan: Maafkan saya)
(moderator): mr. prime minister…i would apologize to prime minister eragon
(moderator) : Pak Perdana Menteri… Saya mohon maaf kepada Perdana Menteri Erdogan
(erdogan: one minute.. one minute)
(erdogan: Satu Menit.. satu Menit)
(moderator: ) well..ok..but i’m gonna hold you to one minute please
(moderator: ) Baiklah.. ok.. tapi saya hanya akan membatasi satu menit saja
(PM Erdogan)
president perez you are older than i am and you have a very strong voice
presiden peres anda lebih tua dari saya dan anda bersuara keras anda
i feel that you perhaps feel a bit guilty and that’s why perhaps you have been so storng in your voice ..so loud
Aku rasa anda memiliki sedikit perasaan bersalah dan mungkin karena itulah anda bersuara keras.. sangat keras
but you killed people i remember the children who died on the beaches
Akan tetapi anda membunuh banyak orang, Aku ingat anak-anak yang terbunuh di pantai-pantai
and i remember two former prime ministers in your country who said that they felt they were very happy when they were able to enter palestine on tanks
dan aku ingat dua mantan perdana menteri di negaramu yang berkata bahwa mereka merasa amat Senang ketika mereka berhasil memasuki palestina dengan tank-tank.
now there were former prime minister who have said that they have been very satisfied with themselves when they entered palestine on tanks
Juga ada bekas perdana menteri yang mengatakan Sangat berPuas diri ketika tank-tank mereka menyerbu Palestina.
and i find it very sad that people applaud to wht you have said because there were many people who have been killed
dan menyedihkan sekali ketika orang-orang memberikan tepuk tangan kepada apa yang telah anda ungkapkan /utarakan /katakan karena telah begitu banyak orang yang terbunuh
and i think it is very wrong and it is not humanitarian to applaud to any action which have had that kind of a result
dan aku kira sangat salah dan sangat tidak berperikemanusiaan untuk memberikan tepuktangan kepada tindakan yang telah menimbulkan banyak korban
i’ve taken many notes but unfortunately there is no time to respond to all of them but i will just say two things
Saya telah membuat banyak catatan tapi kurang beruntung karena tidak banyak waktu untuk merespon semuanya tapi saya akan mengungkapkan dua hal saja
moderator: (excuse me.. we can’t start the debate again..pls.. we just dont hv time.. we really do need to take people to dinner)
moderator: Maaf..Kita tidak bisa memulai debat ini lagi.. Maaf.. Kita tidak mempunyai waktu.. kita harus segera untuk makan malam)
pls let me finish, let me finish
ijinkan saya menyelesaikannya..ijinkan saya menyelesaikannya.
First: sixth commandement: “thus shall not killed” but we are talking about killing.
Pertama: Poin ke Enam (dari 10 commandment) mengatakan : “maka janganlah membunuh” tapi yang terjadi adalah pembunuhan.
second point: Gilad Atzmon, says that it’s really barbarian.. and way beyond what it should be
Point Kedua : Gilad Atzmon, mengatakan itu perbuatan yang benar-benar Barbar… dan jauh melampaui batas..
then there is the international proffessor from Oxford university Avi Shlaim has said that .. this…
Kemudian seorang profesor dari Universitas Oxford, Avi Shlaim mengatakan demikian juga.
thank you very much 2x
Terima kasih ..terima kasih sekali
so i dont think i will come back to Davos after this because you dont let me speak
aku pikir aku tidak akan datang lagi ke Davos Setelah ini karena anda tidak mengijinkan aku untuk bicara
the president spoke for 25 minutes and i hv spoken only half of that.
presiden perez berbicara selama 25 menit dan saya hanya berbicara separo waktu dari itu.

Kemudian Erdogan Meninggalkan mengambil catatannya dan meninggalkan forum tanpa menengok kepada perez dan Ban ki-moon. dan di sambut oleh Amr Musa (ketua liga arab) dan dijabat tangannya.

Sungguh tindakan yang Berani yang semestinya di lakukan oleh seorang Muslim, melihat saudara-saudaranya di bantai. Seandainya para pemimpin dunia Islam termasuk Indonesia, khususnya dunia Arab, Punya Nyali seperti Erdogan tentulah, Darah Saudara kita di Gaza tidak akan begitu saja tertumpahkan, Namun nyatanya para pemimpin Arab utamanya, tidak lain hanyalah menjadi kaki tangan israel. Bahkan sampai detik inipun mesir masih menjadi penghalang di perbatasan Rafah.

Erdogan dengan Partai Keadilan dan Pembangungannya bukan kali ini saja berusaha memperjuangkan Nilai-nilai Islam, bahkan sebelumnya Partai yang dipimpinnya telah berhasil menggolkan masalah Jilbab, Sesuatu yang selama bertahun-tahun menjadi barang Haram dipakai di lembaga-lembaga resmi kenegaraan di Turki, Namun Alhamdulillah berkat perjuangan Partai Islamnya, sedikit demi sedikit nilai nilai Islam itu mulai di kembalikan, semoga saja Turki yang dahulu menjadi Pusat kekuasaan Islam dengan Khilafah Ustmaniyahnya akan kembali menjadi Benteng Umat lagi setelah di hancur leburkan oleh Mustafa Kamal ataturk, seorang laki-laki bejat keturunan Yahudi sisilia yang di susupkan ke militer Turki untuk kemudian mengkudeta Sang Khalifah Abdul Hamid II dan mengganti sistem khilafah menjadi sistem sekuler, saking sekulernya sampai Azan pun tidak boleh pakai Bahasa Arab.

Demi Allah saudaraku, Kalau saja semua pemimpin pemerintahan Berani dan hanya takut kepada Allah saja, Niscaya Masjidil Aqso, tempat suci Ketiga setelah Makah dan Madinah, tidak akan di injak-injak kaki-kaki najis Yahudi. Wallahu’alam.

Sunday 1 February 2009

Kenapa Anda Harus Menjadi Bola Pimpong?

Dalam kultum apel pagi hari Sabtu kemarin (31/01/09), Mbak Aulia menyampaikan materi yang sangat bermanfaat, menginspiransi juga memotivasi. Yaitu tentang tipe-tipe manusia dalam menghadapi tekanan. Dalam hidup memang kita sehari-hari tidak lepas dari tekanan, ujian dan kesulitan-kesulitan yang sering tidak bisa kita hindari.

Berbagai tekanan tersebut sesungguhnya membentuk karakter, watak, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Ada empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut.

1. Tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia itu patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatannya bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya, orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi, sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tidak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.

2. Tipe Lempeng Besi. Tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya, Namun seperti layaknya besi, ketika situasi semakin menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini, mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak mampu dalam kondisi yang berlarut-larut. Tambahan tekanan sedikit saja membuat mereka menyerah dan putus asa, untungnya orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah Tipe lempeng besi masih belum terlatih. Tapi , kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

3. Tipe Kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersifat fleksibel, ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan yang semula, ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ketitik awal untuk memulai lagi.

4. Tipe Bola PimPong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat Jangan menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pimpong, saat di tekan, justru dia memantul ke atas dengan lebih dahsyat.

Itulah tipe-tipe manusia dalam menghadapi tekanan dan ujian. Tidak penting kita sekarang berada di type mana? Yang terpenting adalah memperbaiki mental kita menjadi manusia yang tahan banting bahakn dengan berbagai tekanan dan ujian itu membuat kita lebih dasyat yaitu hingga ke level bola pimpong, saat itulah kesulitan dan tantangan hidup tidak lagi menjadi suatu yang ditakuti. Banyak contoh karya besar lahir dari situasi yang sulit dan dibawah tekanan.

“Semua Kesulitan Sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh”.