Paket SOP Toko Retail Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Toko Retail Modern.

Key Performance Indicator (KPI)

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : Key Performance Indicator (KPI).

Konsultan SOP Perusahaan

Master SOP adalah Konsultan SOP dan Sistem Bisnis untuk bisnis yang Autopilot.

Paket SOP Garmen / Konveksi

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Garmen / Konveksi.

Paket SOP Resto Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Resto Modern.

Saturday 21 March 2009

Sajak Nasihat Untuk Para Pemimpin

Suatu siang aku melihat-lihat pemandangan yang membentang luas di sepanjang jalan dari rumahku di pinggiran ibukota, hingga kantor gubernur di Balai Kota. bendera-bendera beraneka warna, indah dipandang mata, kuhitung satu per satu dan kureka-reka, ada tiga puluh empat jumlahnya, kutanyai ibu, yang berjalan gontai di sebelahku; “bu, ibu. bendera partaikah itu?” “bukan, bukan. itu bendera pabrik kecap manis, anakku” (Arif Mahmudi)

Sang Ibu dalam sajak-sajak Arif Mahmudi itu memang sangatlah hafal bendera-bendera itu. Sampai-sampai ia menyebut partai-partai itu sebagai “pabrik kecap manis”. Berpuluh-puluh tahun hidup, janji yang bertaburan saat Pemilu tiba hanyalah berupa kecap manis pemanis bibir. Tak satupun ada yang bisa mengubah nasib keluarganya yang telah puluhan tahun jatuh pada kubang kemiskinan.

Sang Ibu itu seolah mewakili duka dan pilu seluruh penduduk miskin di Indonesia yang pada 2008 lalu meningkat menjadi 41 juta jiwa dari tahun sebelumnya sebesar 37 juta jiwa. Angka tersebut sebagai dampak dari ketidakmandirian Indonesia akan pangan, energi, dan keuangan terhadap kemiskinan dan penggangguran.

Sayangnya, angka itu tak menggoyahkan aksi para calon-calon pemimpin negeri ini untuk berjualan kecap manis, mengobral janji-janji fatamorgana. Seoalah begitu mudahnya mengatasi persoalan bangsa ini, sehingga menyelesaikannya tanpa dibarengi dengan kompetensi dan kapabelitas yang memadai. Sementara begitu mudahnya masyarakat terbuai dengan tawaran-tawaran semu yang menggiurkan.

Apa jadinya jika bangsa ini dipimpin oleh orang-orang pemain sandiwara kehidupan yang tidak memiliki karakter dan arah kerja yang jelas? Wahai para calon pemimpin, belajarlah pada cuplikan kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab ra.

Pernah suatu kali Umar bin Khattab r.a mendengar bahwa salah seorang anaknya membeli cincin bermata seharga seribu dirham. ia segera menulis surat teguran kepadanya dengan kata-kata sebagai berikut: "Aku mendengar bahwa engkau membeli cincin permata seharga seribu dirham. Kalau hal itu benar, maka segera juallah cincin itu dan gunakan uangnya untuk mengenyangkan seribu orang yang lapar, lalu buatlah cincin dari besi dan ukirlah dengan kata-kata, Semoga Allah merahmati orang yang mengenali jati dirinya."

Ada lagi, Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab r.a membutuhkan uang untuk keperluan pribadi. ia menghubungi Abdurrahman bin 'Auf, sahabat yang tergolong kaya, untuk meminjam uang 400 dirham. Abdurrahman bertanya, "mengapa engkau meminjam dari saya? Bukankah kunci baitul maal (kas negara) ada di tanganmu? mengapa engkau tidak meminjam dari sana?" Umar r.a menjawab, Aku tidak mau meminjam dari baitul maal. Aku takut pada saat maut merenggutku, engkau dan segenap kaum muslimin menuduhku sebagai pemakai uang baitul maal. Dan kalau hal itu terjadi, di akhirat amal kebajikanku pasti dikurangi. Sedangkan kalau aku meminjam dari engkau, jika aku meninggal sebelum aku melunasinya, engkau dapat menagih utangku dari ahli warisku."

Begitulah Umar Bin Khattab. Negeri ini membutuhkan Umar Umar yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik. Memiliki pemimpin yang bisa mendengar keluh kesah masyarakat kemudian memberikan solusi mencerahkan. Pastikan, kita bisa menemukan pemimpin itu.


.::.Alim Mahdi.::.

Friday 13 March 2009

KAU RINDUKAN MEREKA, YA RASUL ALLAH

Dini hari di Madinah Al Munawwarah.
Kusaksikan para sahabat berkumpul di masjidmu. Angin gurun membekukan kulitku. Gigiku gemeretak. Kakiku terguncang.
Tiba-tiba pintu hujrahmu terbuka. Engkau datang, ya Rasul Allah. Kupandang dikau...

Assalamu'alaika ya Nabi wa rahmatullah.
Assalamu'alaika ya Nabi wa rahmatullah.

Kudengar salam bersahut-sahutan. Engkau tersenyum, ya Rasul Allah, wajahmu bersinar. Angin gurun berubah hangat.
Cahayamu menyusup seluruh daging dan darahku.

Dini hari Madinah berubah siang yang cerah. Kudengar engkau berkata, "Adakah air pada kalian?". Kutengok cepat gharibah-ku. Para sahabat sibuk memperlihatkan kantong kosong.
Tidak ada setetespun air, ya Rasul Allah. Kusesali diriku.
Mengapa tak kucari air sebelum tiba di masjidmu. Duhai bahagianya jika kubasahi wajah dan tanganmu dengan percikan-percikan air dari gharibah-ku. Tapi ratusan sahabat berdesakan mendekatimu.

Kau mengambil gharibah kosong. Kau celupkan jari-jarimu.
Subhanallah, kulihat air mengalir dari sela-sela jarimu. Kami berdecak, berebut wudlu dari pancaran sucimu. Betapa sejuk air itu ya Rasul Allah. Betapa harum air itu, ya Habib Allah. Kulihat Ibnu Mas'ud mereguk air itu sepuas-puasnya.

Qod qomatish sholah Qod qomatish sholah.
Duhai bahagianya sholat di belakangmu. Ayat-ayat suci mengalir di belakangmu. Melimpah memasuki jantung dan pembuluh darahku.

Usai sholat kau pandangi kami. Masih dengan senyum sejuk itu. Cahayamu, ya Rasul Allah, tak mungkin kulupakan. Ingin kubenamkan setetes diriku dalam samudra dirimu. Ingin kujatuhkan sebutir debuku dalam sahara tak terhinggamu.

Kudengar kau berkata lirih, "Ayyuhal halqi a'jabu ilaikum imanan?" ("Siapa makhluk yang imannya paling mempesona?")
"Malaikat ya Rasul Allah," "Bagaimana mereka tidak beriman?
Bukankah mereka berada di samping Allah?"

"Para Nabi, ya Rasul Allah?" "Bagaimana Nabi tidak beriman?
Bukankah kepada mereka turun wahyu Allah?"

"Kami, para sahabatmu," "Bagaimana kalian tidak beriman?
Bukankah aku berada di tengah-tengah kalian? Telah kalian saksikan apa yang kalian saksikan,"

"Kalau begitu, siapa mereka ya Rasul Allah?"

Langit Madinah bening.
Bumi Madinah hening.
Kami termangu.

Siapakah gerangan yang imannya paling mempesona?
Kutahan nafasku, kuhentikan detak jantungku. Kudengar sabdamu,
"Yang paling menakjubkan imannya, mereka yang datang sesudahku, beriman kepadaku, padahal tidak pernah berjumpa dan melihatku. Yang mempesona imannya, mereka yang tiba setelah aku tiada, yang membenarkanku tanpa pernah melihatku,"

"Bukankah kami ini saudaramu juga, ya Rasul Allah?"
"Kalian sahabat-sahabatku. Saudaraku adalah mereka yang tidak pernah berjumpa denganku. Mereka beriman kepada yang ghaib, menginfakkan sebagian rizqi yang diberikan kepada mereka,"

Kami terpaku.
Langit Madinah bening.
Bumi Madinah hening.

Kudengar lagi engkau berkata, "Alangkah rindunya daku kepada mereka. Alangkah bahagianya aku memenuhi mereka,"Suaramu parau, butur-butir air matamu tergenang.
Kau rindukan mereka, ya Rasul Allah.
Kau dambakan pertemuan dengan mereka, ya Nabi Allah...
Kau dambakan mereka, ya Habiballah....

Wahai Rasulullah, kau ingin bertemu dengan mereka yang tak pernah dijumpaimu, mereka yang bibirnya selalu bergetar menggumamkan shalawat untukmu. Kau ingin datang memeluk mereka, memuaskan kerinduanmu. Kau akan datang kepada mereka yang mengunjungimu dengan shalawat. Masih kuingat sabdamu, "Barangsiapa yang datang kepadaku, aku akan memberinya syafaat di hari kiamat."
Yâ wajîhan 'indallâh, isyfa'lanâ 'indallâh.
Wahai yang mulia di sisi Allah, berikanlah syafaat kepada
kami di sisi Allah...

(Hadits pada tafsir Ad Durr Mantsur, berkenaan dengan Q.S. Al Baqarah:03)

Sebuah catatan untuk hati yang sering "lupa" tentang....
betapa beruntungnya diri ini sebenarnya

Sumber: Santos

Thursday 12 March 2009

Sinergi Tak Berkesudahan

Akhir desember lalu, ada cerita apik dari pemukiman Sari Kuning Tohpati. Warga muslim di sana sudah lama resah dengan aksi pengkaburan aqidah anak-anak mereka oleh sekelompok orang yang melakukan misis-misi terselubung. Dengan berkedok sekolah bagi anak-anak warga disana, maka pengaburan aqidah pun dimulai.
Namun alhamdulillah, tokoh masyatakat di sana pun tanggap terhadap bahaya yang sedang mengancam. Sampailah berita itu kepada DSM Bali, Yayasan Talitha, dan juga Forum Arimatea.

Tiga lembaga ini menjalin komunikasi intensif untuk menyelamatkan aqidah anak-anak Sari Kuning. Sinergi pun terjadi. Perlahan anak-anak itu pun ditarik dari ‘sekolah pemurtadan’ tadi. Mereka dibina secara khusus dalam Taman Pendidikan Al Qur’an Sari Kuning. Dengan para ustadz dan ustadzah yang tentu saja mumpuni dan mendapat tambahan ma’isyah dari tiga lembaga tadi, alhamdulillah. Tak hanya itu, anak-anak itu juga mendapat santunan dana pendidikan yang jumlahnya lumayan besar. Satu persoalan besar pun teratasi dari sebuah sinergi yang indah.
Kita tentu merindukan sinergi-sinergi lain yang lebih besar dan mengena dalam mengatasi persoalan umat. Namun persoalannya memang tidak mudah dalam melakukan sinergi itu. Harus diakui, adanya golongan dan aliran-aliran pemahaman di negeri ini membawa dampak negatif dalam sebuah konsep amal jama’i sesama umat Islam. Ada sekat-sekat yang tidak tampak sehingga sebuah sinergi dirasakan sangat susah terjalin.
Tengoklah berapa banyak yayasan-yayasan sosial pengentasan kemiskinan, lembaga-lembaga kemanusiaan pemberi bantuan, LSM atau NGO di bidang kemanusian, semuanya bertaburan di negeri ini, tak terkecuali di Bali. Namun ukurlah seberapa besar capaian terhadap peanggulangan kemiskinan di negeri ini? Ujung-ujungnya adalah, kemiskinan tetap menjadi momok yang memilukan.
Bukan mustahil bila kita tetap pada pola penanggulangan masing-masing, maka misi-misi kebaikan dan perbaikan akan semakin jauh dari pandangan mata. Karena itu, tak ada pilihan lain yang lebih cepat hasilnya selain merapatkan barisan antar lembaga dan yayasan bahkan juga pemerintah dalam sebuah sinergi yang tak berkesudahan.
Sinergi yang dilakukan oleh DSM bersama Yayasan Talitha dan Forum Arimatea barang kali memang spektrumnya diperluas pada persoalan-persoalan lain yang juga urgen. Bahkan peserta sinerginya pun bisa diperluas.
Bila hal itu terwujud maka bukan mustahil akan tercipta banyak akselerasi hasil kebaikan yang membawa perbaikan dan kesejahteraan di negeri ini. Sebab yang namanya sinergi bukanlah 10 orang menghasilkan 10 kekuatan. Namun sinergi 10 orang itu akan melahirkan 100 kekuatan yang mampu mengatasi beragam persoalan bagaimanapun peliknya. Akhirnya, marilah kita bersinergi untuk masa depan yang lebih baik. Semoga!


.::.Alim Mahdi.::.

Wednesday 11 March 2009

Media AS Sebut Israel Terkait Serangan 11 September

Ramadhian Fadillah - detikNews
Jakarta - Isu bahwa Israel terlibat dalam serangan 11 September 2001 lalu memang sudah lama muncul ke publik. Namun, baru-baru ini, media AS, New York Times (NYT), berani mengaitkan Israel dalam serangan yang membuat luluh lantak gedung World Trade Center (WTC) itu.

NYT mengaitkan adanya keterlibatan Israel karena terungkapnya sebuah nama Ali al Jarrah. Ali adalah seorang agen Mossad, dinas rahasia Israel. Nah, Ali ini merupakan sepupu Ziad al-Jarrah, yang merupakan salah satu pembajak pesawat dalam tragedi itu. Tulisan NYT ini juga dibahas oleh American Free Press.

Namun, tidak dijelaskan secara jelas bagaimana hubungan Ali Al Jarrah dengan Ziad al Jarrah. Apakah karena saudara sepupu, sehingga Ziad juga pasti menjadi agen Mossad juga? Tidak jelas.

Namun, NYT menulis ada kemungkinan Ziad al-Jarrah direkrut Ali al Jarrah sebagai agen Mossad. Bisa jadi Ali menginginkan kader yang lebih muda untuk Mossad. NYT juga menulis bahwa antara Ali dan Ziad mungkin tidak mengenal satu sama lain.

Ali al-Jarrah telah bekerja sebagai agen Mossad selama 25 tahun. Pria muslim dari Libanon ini mengkhianati negaranya sendiri. Ia bertugas untuk mengumpulkan data intelijen tentang kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan Hizbullah. .

Jika kemungkinan Ziad juga agen Mossad, berarti bukan pertama kali Israel merekrut orang Muslim untuk bekerja untuk dinas rahasia. Pada serangan bom pertama terhadap WTC tahun 1993 lalu, Israel juga merekrut Ahmad Ajaj, seorang warga muslim dari Tepi Barat Palestina.

Ajaj disebut-sebut merupakan pentolan Intifada. Tetapi faktanya dia tidak pernah terlibat dalam gerakan Intifada, Hamas atau gerakan perlawanan Palestina lainnya.

Israel memang sudah dikaitkan dengan serangan 11 September sejak dulu. Namun, belum ada fakta yang kuat mengenai hal ini. Indikasi yang pernah disebut adalah tidak satu pun dari 3.000 pegawai Yahudi masuk kerja pada hari itu. Tidak mungkin 3.000 orang sakit atau cuti secara bersamaan, tanpa ada sesuatu di baliknya. Namun, data ini juga telah diragukan kebenarannya. (rdf/Rez)

.::.Alim Mahdi.::.

Monday 9 March 2009

MAULID NABI: Tidak Sekedar Memperingati..!

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah". (Qur’an Surat: Al Ahzab: 21)
Rasulullah SAW adalah hamba Allah yang luar biasa, namun bukan tidak mungkin untuk diteladani dan diikuti jejak-jejak kesuksesannya.

Rasulullah meninggalkan teladan yang bisa langsung dicopy paste, dan ada yang harus kita kembangkan karena banyak berupa inspirasi dan kebijaksanaan.
Dengan cara mengkaji dan mendalami serta tarbiyah yang instensif terhadap Islam dan keteladanan Rasulullah Saw yang lengkap dan holistik, sehingga kita menjadi pribadi muslim yang beraqidah lurus, ibadah yang benar sampai kemudian menjadi pribadi yang bermanfaat bagi keluarga, umat, bangsa dan Negara.

Sebagai bahan renungan, berikut adalah sebuah iklan Lowongan yang ditulis pada masa Pemerintahan Sultan Sulaiman Basya al Qanuni, Sultan Turki:

LOWONGAN IMAM MASJID ISTAMBULSyarat-syarat :
1. Menguasai bahasa Arab, Latin, Turki, dan Persia
2. Menguasi Al Qur’an, Injil dan Taurat
3. Menguasai Ilmu Syari’at
4. Menguasai Ilmu Alam, Matematika, & mampu mengajarkannya.
5. Pandai menunggang kuda, bermain pedang, dan berperang
6. Bernampilan menarik
7. Bersuara indah

Iklan lowongan masjid Istambul itu kurang lebih 400 tahun lalu. Walaupun sangat sulit, bahkan mustahil dipenuhi untuk ukuran sekarang, kala itu merupakan syarat yang biasa dan wajar. Islam ketika itu tengah mencapai puncak kejayaannya. Tak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, tidak ada pemisahan antara ulama dan mujahid. Imam masjid adalah jabatan prestisius karena peran yang harus dimainkan sangat penting dalam penyebaran dakwah. Bila masyarakat Islam kita umpamakan dengan satu tubuh, maka sel tubuh pertama yang menjadi inti kehidupannya adalah masjid.

Adakah ini menjadi bahan pelajaran bagi kita?. Wallahu'alam

.::. Alim Mahdi.::.

Photo1 = benteng Shalahuddin Al-Ayyuby, di Mesir
Photo2 = Masjid Amru Bin Ash, di Mesir.

Saturday 7 March 2009

Selamat Jalan KH. Habib Adnan

Innalillahi wainnailaihi rojiun telah meninggal dunia bapak Habib Adnan (mantan ketua MUI Bali) Subuh tadi di RS Sanglah dlm usia 88 tahun. tria-bi

Denpasar (07/03/09) - Itulah sms pertama yang saya terima pada Sabtu pagi pukul 08:29:30 wita dari seorang sahabat di Bank Indonesia tentang meninggalnya KH.Habib Adnan. Saat itu saya bersama dengan peserta R2C (Riyadho & Rihlah Club) masih menuruni alur sungai setelah berjalan menyusuri tracking di pedesaan sekitar Payangan – Ubud.

Benar, KH. Habib Adnan (mantan ketua MUI Propinsi Bali) telah berpulang ke Rahmatullah di rumah sakit umum Sanglah Denpasar Bali pukul 07.10 wita pada hari ini Sabtu, 7 Maret 2009.

Saat menerima berita meninggalnya KH. Habib Adnan pun kami umumkan ke semua peserta di sela istirahat di sungai jalur tracking R2C tersebut. Inna-Lillahi-Wa Inna Ilaihi Raji'un – Selamat jalan eyang, ayah, guru, Kiai Habib Adnan – Semoga Allah SWT menempatkan Beliau di barisan orang-orang yang beriman dan para mujahid dakwah yaitu dengan balasan terbaik yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dan semoga kami yang ditinggalkan beliau dapat menteladani kebaikan dan perjuangan dakwah beliau di Pulau Bali ini. Amin.

“Bapak Toleransi” yang banyak dikagumi tokoh Nasional ini wafat pada umur 88 tahun dengan meninggalkan seorang istri Hj. Aisyah, anak dan puluhan cucu. Prosesi Kifayah Jenazah Beliau dimakamkan di Makam Islam Kepaon. Masjid Annur dibanjiri orang yang akan mensholati jenazah Almarhum begitupun ketika di Pemakaman, ratusan orang mengiringi pemakaman jenazah beliau. Tidak ketinggalan para tokoh agama baik tokoh Islam maupun agama lain seperti Tokoh atau pemuka agama Hindu, dan agama Kristen tak luput merasa kehilangan dan mengucapkan berdukacita atas meninggalnya KH. Habib Adnan.

Ust.Roichan Mukhlis (Ketua MUI Bali), dalam sambutan mewakili keluarga Almarhum dalam proses pemakaman tersebut mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak. Terutama kepada Pemerintah, Pemuka agama-agama baik Islam maupun agama selain Islam, juga para tokoh dan ormas Islam yang menaruh perhatian besar kepada Almarhum. Beliau juga menyampaikan salam dari Ketua Umum MUI Bali, A.Hasan Ali yang sedang dalam perjalanan ke Bali. Karena kebetulan beliau tidak sedang berada di Bali karena sedang menghadiri pernikahan mas Sigit Sunaryo (Sekretaris umum MUI Bali) yang dilangsungkan di Medan. Ary Ginanjar Agustian (ESQ) pun hadir dalam prosesi pemakaman Almarhum.

Siapa yang tidak kenal dengan KH. Habib Adnan. Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama RI menjuluki beliau sebagai “Bapak Toleransi”. Tokoh mana pun harus hormat kepada beliau. Bukan karena ketuaannya, melainkan karena keluasan pengetahuannya tentang agama. Sikap toleransi beragamanya luar biasa. Beliau menyadari betul bahwa Islam di Bali ini banyak dibantu oleh raja-raja Bali. Karenanya hal ini beliau tanamkan betul kepada umat Islam, agar terus menjaga hubungan baik itu.

KH. Habib Adnan dalam setiap ceramahnya, sering menekakan kebersamaan bukan perbedaan. Agama menuntun manusia menjadi lebih baik, menjadi lebih lembut dan arif dan menawarkan keteladanan. Inilah yang lebih penting bagi semua umat beragama di Bali. Banyak yang tahu bahwa materi training ESQ yang diformulasikan oleh Ary Ginanjar Agustian yang berpusat di Jakarta bermula dari forum pengajian Pak Habib Adnan di Denpasar, Bali.

Sosok KH.Habib Adnan adalah sebagai sosok intelektual atau kiai Islam yang tidak pernah berhenti membaca, sehingga wawasan beliau terasa selalu segar dan relevan dengan kenyataan kehidupan masyarakat Indonesia modern pada umumnya dan masyarakat Bali pada khususnya.

Semoga keteladanan Beliau menginspirasi kita untuk meneruskan perjuangannya. "SELAMAT JALAN KH. HABIB ADNAN"

Kapolda Jatim: Himbau Polwan Berjilbab

Kemarin (04/03/09)Kapolda Jatim Bapak Brigjen Pol Anton Bachrul Alam menghimbau para Polwan (polisi Wanita) untuk mengenakan Jilbab. Ini adalah merupakan kedua setelah meminta seluruh anggotanya untuk menjalankan sholat lima waktu.

Sungguh saya menilai himbauan tersebut merupakan upaya kemajuan sekaligus menggembirakan bagi semua pihak terutama Polwan yang ingin menunaikan kehidupannya dalam ketaatan yang utuh dalam menjalankan kehidupan beragama. Jilbab adalah bagian realitas ibadah kehidupan umat islam yang tidak bisa dihindarkan.

POlisi sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat akan mudah terwujud secara kultur dengan mendekatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya termasuk dalam hal berpakaian.

Kerinduan akan hal ini sebenarnya sudah lama. Makanya saat kabar ini kami dengar, ekspresi ke-haruan menghinggapi jiwa-jiwa kami. Dan tiada kata lain selain I Love u pak Bahrul Alam.

Harapannya, himbauan ini tidak dijadikan sebagai isu sara, karena bagaimanapun kita juga saling menghormati dan menghargai termasuk bagi mereka yang ingin hidup untuk mengenakan jilbab. Yang ingin memakai silahkan memakai, dan yang belum juga tidak jadi masalah. Demikian juga dengan umat yang lain, kita yakin bahwa kehidupan dengan keimanan itu akan membuahkan keindahan untuk semua dan bagi kehidupan bersama. Wallau 'alam

gambar dari detik.com
Dikutip dari :http://mojokerto-blog.blogspot.com/2009/03/himbau-polwan-berjilbab-i-love-you.html

Monday 2 March 2009

Jangan Jadikan Air Itu Berhenti

Perang Ahzab atau perang Khandaq adalah pertempuran yang sangat melelahkan. Memang pertempuran dalam arti saling membunuh dalam jarak dekat tidak banyak terjadi. Namun, sepuluh ribu pasukan multinasional yang mengepung Madinah telah membuat kaum Muslimin tidak sempat melakukan shalat Zhuhur, Ashar, dan Maghrib. Bahkan hanya sekedar kencing pun tidak sempat.

Selesai perang yang sangat melelahkan secara fisik dan psikis itu, Rasulullah saw. Hendak beristirahat barang sejanak. Karenanya, beliau sarungkan dan gantungkan pedang dan senjata beliau.

Namun, Allah Swt. tidak menginginkan beliau dan kaum Muslimin beristirahat. Karenanya, Allah mengutus malaikat Jibril kepada Rasulullah saw. sambil tetap berada di atas bighal, malaikat Jibril berkata, “Sepertinya engkau sudah meletakkan senjatamu, wahai Rasulullah saw? Sesungguhnya para malaikat belum meletakkan senjata mereka…” (Tahdzrib Sirah Ibnu Hiysam)

Riwayat ini menggambarkan kepada kita agar tidak berhenti dari berjihad.
Pada suatu hari, beberapa orang Anshar sedang berkumpul kumpul. Mereka saling berkata di antara mereka,”Sekarang Islam telah jaya, telah eksis, dan telah kokoh. Sebaiknya kita kembali ke ladang-ladang kita dan kebun-kebun kita. Kita urus kembali harta kekayaan kita yang selama ini terbengkalai. Kita garap lagi lahan-lahan itu dengan serius. Lahan yang selama ini telah kita tinggalkan dalam rangka berjihad fi sabilillah, dan hasilnya kita infaqkan fi sabilillah juga. Sementara jihad di medan laga biar ditangani oleh saudara-saudara kita lainnya.”

Allah SWT berfirman:
وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al Baqarah: 195)

Riwayat yang satu ini menggambarkan kepada kita bahwa kehancuran, kebinasaanm, atau istilah dalam Al Qurannya Tahlukah adalah pada saat meninggalkan jihad. Jika dua riwayat ini kita hubungkan dengan sirah Rasulullah Sawl. Lainnya, kita akan menemukan angka-angka berikut:

1. Peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah saw. secara langsung (ghazwah) jumlahnya 26.
2. Peperangan yang tidak dipimpin oleh Rasulullah saw. Secara langsung (sariyyah) jumlahnya 38.

Maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa manuver Rasulullah saw dan para sahabatnya itu tiada henti dan tanpa putus. Bagaimana tidak, waktu yang kurang lebih sepuluh tahun itu terisi 64 kali peperangan. Sungguh, sebuah manuver yang menggambarkan betapa Rasulullah saw dan para sahabatnya senantiasa menumpahkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal dan tiada henti. Sehingga, tidak ada waktu untuk beristirahat dan mengandai-andaikan hal-hal yang sifatnya duniawi.

Kalau hal itu kita ibaratkan sebagai air yang mempunyai potensi besar untuk menerjang apa saja, maka aliran air itu tiada pernah berhenti. Jika Al Aquran surat Al Baqarah 195 itu kita hubungkan dengan pengibaratan air ini. Kita bisa katakan bahwa, jika air itu berhenti dan tidak lagi mengalir, maka air itu akan rusak, kotor, menjadi sarang nyamuk, bau, dan berubah warnanya.

Begitu pun dengan potensi jihad yang ada pada diri kita. Bila potensi jihad itu kita berhentikan, baik jihad da’awi, jihad ta’limi, jihad irsyadi, jihad tarbawi, jihad bina’i, jihad qitali dan jihad-jihad lainnya, maka potensi itu pun akan bernasib sama dengan air itu. Oleh karena itu wajar jika Allah Swt memperingatkan para sahabat akan datangnya tahlukah kepada mereka, bila mereka meninggalkan jihad, menyibukkkan diri dengan urusan pertanian dan perkebunan.

Sayyid Qutub dalam bukunya, Hadzad-diin, Kerusakan akan terjadi pada diri dan jiwa manusia (nafsul insan) karena rukud (diam, tidak bergerak, atau istilahnya tidak berharakah, tidak mengalir). Akibat rukud adalah:

- Ruhnya membusuk akibat stagnasi.
- Himmah-nya (semangatnya) istirkha’ (mengendor, lembek, loyo, tidak kenceng).
- Nafs (jiwanya) rusak dikarenakan rakha’ (bergelimang harta dunia) dan tharawah (tidak teruji dan terlatihnya jiwa itu dengan hal-hal yang berat).
- Pada akhirnya, seluruh kehidupan menjadi rusak gara-gara rukud, atau hanya bergerak pada bidang syahwat saja, sebagaimana yang terjadi pada bangsa-bangsa yang mendapat cobaan dalam bentuk kemewahan hidup.

(Dikutip dari Buku Musyafa Abdurrahim, Membina Ruh Baru, Hal 89-93)


.::.Alim Mahdi.::.