Paket SOP Toko Retail Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Toko Retail Modern.

Key Performance Indicator (KPI)

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : Key Performance Indicator (KPI).

Konsultan SOP Perusahaan

Master SOP adalah Konsultan SOP dan Sistem Bisnis untuk bisnis yang Autopilot.

Paket SOP Garmen / Konveksi

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Garmen / Konveksi.

Paket SOP Resto Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Resto Modern.

Showing posts with label Seputar Bali. Show all posts
Showing posts with label Seputar Bali. Show all posts

Wednesday, 30 June 2010

Suprio Guntoro: Dari Bali Memandirikan Petani

Kiat Guntoro Mandirikan Petani

Berawal dari tekad mencegah kepunahan kambing gembrong (termasuk ”Capra aegragrus”), Suprio Guntoro berhasil membuka cakrawala tentang metode peternakan dan pertanian yang lestari. Hasil penelitiannya tentang probiotik hewan ruminansia atau memamah biak telah memberdayakan sekaligus menjadi tumpuan ribuan peternak dan petani di Bali, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.

Bali menyajikan fenomena subtil sekaligus ironis. Di satu sisi pariwisata diagungkan meski secara fisik mengorbankan sebagian alamnya. Lahan subur pertanian disesaki hotel dan vila. Kaum muda tenggelam dalam bisnis pariwisata, meninggalkan pertanian.

Di sisi lain muncul pribadi dan kelompok yang percaya pertanian lestari adalah sumber dan daya hidup yang sesungguhnya menunjang pariwisata, selain religi dan budayanya. Dalam kerangka itulah Guntoro, panggilannya, memberi warna.

Di Kecamatan Busung Biu, Buleleng, gerakan pertanian integratif atau organik menjadi penegas fenomena itu. Ribuan hektar kebun kopi tumbuh subur dengan hasil melimpah, bersamaan dengan hasil ternak berbagai jenis kambing dan turunannya, seperti susu, keripik susu, hingga produk wine salak bali. Sarjana atau warga setempat yang mengadu nasib ke Denpasar sebagai tukang kebun hotel mewah pun kembali ke kampung. Mereka ikut mengembangkan pertanian di desa.

”Waktu harga kopi jatuh, tanaman kopi sempat akan diganti tanaman semusim. Itu jelas berbahaya dari sisi lingkungan karena kecamatan itu di dataran tinggi yang rawan longsor. Kami lalu kenalkan mereka dengan peternakan kambing yang pakannya antara lain dari kebun kopi,” katanya.

Pengembangan pertanian integratif di Busung Biu bisa pesat karena sentuhan teknologi yang dimotori Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali lewat program Prima Tani. Di lembaga itulah Guntoro menjadi penelitinya.

Di Busung Biu, BPTP antara lain menciptakan mesin pengupas kulit kopi dan kacang, membantu proses pembuatan pupuk cair dari kencing sapi dan kambing, serta cairan probiotik yang dicampur pakan aneka hewan ruminansia sehingga bobot tubuh hewan naik optimal.

Ketika berhasil diterapkan, daerah binaan diperluas. Di Busung Biu, misalnya, ada lima desa dengan puluhan kelompok petani yang menerapkan pertanian integratif. BPTP Bali sekaligus memfasilitasi petani dan kelompok petani daerah lain di Indonesia untuk belajar sistem pertanian ini di Busung Biu.

Gerakan itu menyebar ke beberapa daerah lain di Bali, seperti Sukasada dan Gerokgak di Kabupaten Buleleng, Pupuan (Tabanan), Petang (Badung), Kintamani dan Susut (Bangli), serta Rendang (Karangasem), dengan cakupan areal ribuan hektar.

Ujung timur Bali

Penelitian Guntoro perihal probiotik ruminansia bermula dari pengalamannya di ujung timur Bali, Kabupaten Karangasem. Ia menyurvei desa-desa di Kabupaten Karangasem, habitat asli kambing gembrong, pada 1998. Hasilnya, kambing gembrong tinggal 64 ekor. Ini memprihatinkan. Kambing gembrong harus diselamatkan.

Dengan dana bantuan Yayasan Kehati, BPTP mengembangbiakkan 25 ekor di antaranya dengan sistem gaduh di kalangan petani- nelayan. ”Program itu kurang berhasil, terbentur kondisi perekonomian warga yang rata-rata petani-nelayan. Sejumlah kambing dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup warga,” ujarnya.

Guntoro melihat kambing itu cenderung kurus karena kurang pakan. Hampir tak mungkin memberi makan kambing dengan konsentrat yang dibeli di pasaran. Ia lalu berpikir untuk menghasilkan konsentrat buatan sendiri dengan probiotik hewan ruminansia.

Probiotik itu diisolasi dari rumen (lambung depan) sapi bali. Eksperimen dimulai tahun 2001 dan disempurnakan pada 2004. Selain menggunakan laboratorium di BPTP Bali, ia pun memakai Laboratorium Universitas Udayana sebagai tempat penelitian.

Salah satu hasil penelitian Guntoro yang sudah memperoleh hak paten Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, adalah proses pembuatan tepung sampah dan komposisi pakan untuk menggemukkan ternak ruminansia.

Bersama lima rekan di BPTP Bali, penelitian Guntoro perihal instalasi biogas, biourine, dan biokultur masuk dalam buku 100 Inovasi Badan Litbang Pertanian 2008. Penelitian itu menjelaskan proses pengolahan aneka limbah ternak, seperti urine ternak yang diolah untuk pupuk, gas untuk memasak dan penerangan, dan sludge (limbah biogas) berbentuk pasta menjadi biokultur.

Ia juga mengembangkan teknologi produksi trichoderma (sejenis jamur tanah) cair. Fermentasi trichoderma digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak, dan pengendalian penyakit (biopestisida), terutama pada tanaman perkebunan seperti mete dan kakao.

Hasil penelitian Guntoro lainnya, cairan probiotik Bio-CAS. Bio-CAS merupakan singkatan dari bio curcumae alicin scordinin. Probiotik itu mempercepat pertumbuhan, menjaga kesehatan, dan menghilangkan bau kotoran ternak. Cairan ini juga meningkatkan bobot lahir anak sapi pada sapi betina bunting.

Umumnya bobot sapi bali lahir sekitar 16 kilogram. Dengan konsumsi Bio-CAS, bobotnya naik menjadi 18-19 kg. Probiotik digunakan sedikitnya oleh 1.500 peternak sapi di Jember (Jawa Timur), Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Bagi Guntoro, pengalaman dengan kambing gembrong itu amat membekas. Ia jadi tahu ternyata uang peternak habis untuk pakan. Maka pilihannya berujung pada dua cara: membuat pakan murah atau mengefisienkan penggunaan pakan. Di Bali, bahan pakan terbatas, demikian pula pabriknya. Maka, efisiensi pakan menjadi pilihan. Ia lalu mengoptimalisasi mikroba di pencernaan hewan ruminansia untuk membuat aneka asupan pakan ternak.

”Saya melakukan ini karena prihatin pada praktik kapitalisasi pertanian. Sebaiknya peneliti tak hanya kaya metodologi, tapi juga ideologi. Bagaimana kekuatan peneliti melawan kapitalisasi pertanian, demi rakyat kecil. Teknologi adalah alat tawar agar kita tidak terkapitalisasi. (Oleh Benny Dwi Koestanto)

Sumber: Kompas
.::.

Wednesday, 19 August 2009

Tembus 250 Visitors per hari, Welcome to my Blog

Selasa, 18 Agustus 2009 kemarin, secara mengejutkan pengunjung blog www.alimmahdi.com tembus angka 250 orang pengunjung. Angka ini merupakan angka tertinggi sejak blog ini dibuat.

Dilihat dari data statistik Histats.com sebuah web traffic analysis bahwa average visitors atau rata-rata pengunjung blog ini dua bulan terakhir sebanyak 150 visitors.

Peningkatan angka kunjungan ini tidak mempengaruhi saya secara 'financial' seperti halnya pengusaha wisata yang sangat tergantung dengan banyaknya kunjungan pariwisata.

Bagi saya yang patut dicermati adalah sebuah "peluang" untuk "dakwah" dan "syiar Islam" di dunia internet/maya semakin terbuka lebar. Artinya ada peluang yang begitu besar untuk menebarkan nilai-nilai kebenaran, kesucian dan kedamaian agama dengan cara yang lebih "smart".

Cukup posting tulisan maka "mad'u" kita di dunia online akan datang dan dengan sukarela membaca sendiri tulisan-tulisan kita yang di blog. Mereka "Mad'u Online" akan dengan senang hati menyimak materi-materi yang kita tulis di Blog tanpa undangan maupun SMS kehadiran di liqo' atau halaqah.

Hehehe..., Mungkin Anda tertarik dengan cara ini, eigttt,,, ternyata di dunia maya bisa menjadi Murobbi juga ya.., mungkin ini yang disebut "passive murobby" dengan berpenghasilan "passive pahala" mirip passive income seperti pada multilevel marketing!

Dalam dakwah ada yang disebut "tarbiyah fadhiyah" yaitu tarbiyah yang dilakukan dengan interaksi secara personal. Dengan jumlah 250 orang rasanya tidak mungkin kita melakukan tarbiyah fardhiyah menjumpai satu-persatu sendirian. Ok, jika kita bagi menjadi 10 orang per halaqah maka ada 25 halaqah, Wow! gak mungkin juga bisa menghandle 25 halaqah dalam sehari....

Nah! jadi pusing deh,,, mungkin ini cara terbaik untuk dakwah versi ini!... So far jangan pikir terlalu serius, jalani saja yang ada dan tetap berbuat yang terbaik!

Pamit dulu ya... Terimakasih atas kunjungannya... karena setiap kunjungan Anda menambah hit visitors blog saya. hihihi


.::.Alim Mahdi.::.


Thursday, 6 August 2009

Denpasar Car Free Day

Salah satu bentuk komitmen dari Pemerintah Kota Denpasar untuk mengurangi tingkat polusi udara yang semakin parah akibat jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun terus meningkat maka akan dibuatkan julur khusus untuk bebas kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua. Jalur bebas kendaraan atau Car Free Day akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk beraktivitas tanpa rasa takut ditabrak motor seperti jalan-jalan, jogging, naik sepeda, duduk santai, bermain skateboad, Fasihon show selama seharian penuh.

Car Free Day perdana ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2009. Sedangkan ruas jalan yang akan dipakai Car Free Day yaitu di Jln Raya Puputan, Jln Cuk Nyak Dien,Jln Basuki Rahmat dan Jln Juanda Renon. Sehari sebelumnya pada tanggal 15 Agustus 2009 akan diadakan deklarasi Denpasar Go Green oleh Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra di Lapangan Puputan Badung.

Selanjutnya Car Free Day akan dilaksanakan setiap minggu dengan tujuan mengkampanyekan sepeda untuk kesehatan,menghemat energi. Disamping itu juga Walikota akan mengukuhkan Brigade bersepeda siaga bencana yaitu kelompok bersepeda yang dilatih khusus penanganan bencana guna dapat menjangkau pelosok – pelosok untuk memberikan pertolongan pertama bila terjadi bencana .

Sementara itu Sekretariat Bersama Sepeda (Samas) Denpasar menyambut positif ide Walikota Denpasar IB Rai Mantra yang memberikan ruang kepada para pencinta sepeda. Untuk itu pihaknya pada saat deklarasi akan mengerahkan 2000 orang untuk keliling bersepeda catur desa dengan konsep Purwa Daksina dan menggelar musik di lapangan Puputan Badung dengan mengundang artis lokal untuk memeriahkan acara tersebut. (FB Kota Denpasar) .::.

Saturday, 7 March 2009

Selamat Jalan KH. Habib Adnan

Innalillahi wainnailaihi rojiun telah meninggal dunia bapak Habib Adnan (mantan ketua MUI Bali) Subuh tadi di RS Sanglah dlm usia 88 tahun. tria-bi

Denpasar (07/03/09) - Itulah sms pertama yang saya terima pada Sabtu pagi pukul 08:29:30 wita dari seorang sahabat di Bank Indonesia tentang meninggalnya KH.Habib Adnan. Saat itu saya bersama dengan peserta R2C (Riyadho & Rihlah Club) masih menuruni alur sungai setelah berjalan menyusuri tracking di pedesaan sekitar Payangan – Ubud.

Benar, KH. Habib Adnan (mantan ketua MUI Propinsi Bali) telah berpulang ke Rahmatullah di rumah sakit umum Sanglah Denpasar Bali pukul 07.10 wita pada hari ini Sabtu, 7 Maret 2009.

Saat menerima berita meninggalnya KH. Habib Adnan pun kami umumkan ke semua peserta di sela istirahat di sungai jalur tracking R2C tersebut. Inna-Lillahi-Wa Inna Ilaihi Raji'un – Selamat jalan eyang, ayah, guru, Kiai Habib Adnan – Semoga Allah SWT menempatkan Beliau di barisan orang-orang yang beriman dan para mujahid dakwah yaitu dengan balasan terbaik yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dan semoga kami yang ditinggalkan beliau dapat menteladani kebaikan dan perjuangan dakwah beliau di Pulau Bali ini. Amin.

“Bapak Toleransi” yang banyak dikagumi tokoh Nasional ini wafat pada umur 88 tahun dengan meninggalkan seorang istri Hj. Aisyah, anak dan puluhan cucu. Prosesi Kifayah Jenazah Beliau dimakamkan di Makam Islam Kepaon. Masjid Annur dibanjiri orang yang akan mensholati jenazah Almarhum begitupun ketika di Pemakaman, ratusan orang mengiringi pemakaman jenazah beliau. Tidak ketinggalan para tokoh agama baik tokoh Islam maupun agama lain seperti Tokoh atau pemuka agama Hindu, dan agama Kristen tak luput merasa kehilangan dan mengucapkan berdukacita atas meninggalnya KH. Habib Adnan.

Ust.Roichan Mukhlis (Ketua MUI Bali), dalam sambutan mewakili keluarga Almarhum dalam proses pemakaman tersebut mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak. Terutama kepada Pemerintah, Pemuka agama-agama baik Islam maupun agama selain Islam, juga para tokoh dan ormas Islam yang menaruh perhatian besar kepada Almarhum. Beliau juga menyampaikan salam dari Ketua Umum MUI Bali, A.Hasan Ali yang sedang dalam perjalanan ke Bali. Karena kebetulan beliau tidak sedang berada di Bali karena sedang menghadiri pernikahan mas Sigit Sunaryo (Sekretaris umum MUI Bali) yang dilangsungkan di Medan. Ary Ginanjar Agustian (ESQ) pun hadir dalam prosesi pemakaman Almarhum.

Siapa yang tidak kenal dengan KH. Habib Adnan. Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama RI menjuluki beliau sebagai “Bapak Toleransi”. Tokoh mana pun harus hormat kepada beliau. Bukan karena ketuaannya, melainkan karena keluasan pengetahuannya tentang agama. Sikap toleransi beragamanya luar biasa. Beliau menyadari betul bahwa Islam di Bali ini banyak dibantu oleh raja-raja Bali. Karenanya hal ini beliau tanamkan betul kepada umat Islam, agar terus menjaga hubungan baik itu.

KH. Habib Adnan dalam setiap ceramahnya, sering menekakan kebersamaan bukan perbedaan. Agama menuntun manusia menjadi lebih baik, menjadi lebih lembut dan arif dan menawarkan keteladanan. Inilah yang lebih penting bagi semua umat beragama di Bali. Banyak yang tahu bahwa materi training ESQ yang diformulasikan oleh Ary Ginanjar Agustian yang berpusat di Jakarta bermula dari forum pengajian Pak Habib Adnan di Denpasar, Bali.

Sosok KH.Habib Adnan adalah sebagai sosok intelektual atau kiai Islam yang tidak pernah berhenti membaca, sehingga wawasan beliau terasa selalu segar dan relevan dengan kenyataan kehidupan masyarakat Indonesia modern pada umumnya dan masyarakat Bali pada khususnya.

Semoga keteladanan Beliau menginspirasi kita untuk meneruskan perjuangannya. "SELAMAT JALAN KH. HABIB ADNAN"

Tuesday, 13 January 2009

Potensi UKM di Bali

Di dalam Harian Sinar Harapan tahun 21 Oktober 2006, disebutkan bahwa Ketua Bidang UKM Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali Supartha Yuma pekan ini di Denpasar menjelaskan, beratnya tekanan ekonomi yang dihadapi menyebabkan kondisi UKM Bali berada di fase kritis."Bila tidak segera diselamatkan dengan sejumlah terobosan baru dalam beberapa bulan ke depan akan banyak UKM yang gulung tikar," ucapnya.

Hal ini terkait dengan bahan baku, dan pasar yang selama ini sangat tergantung pada pasar Eropa, Amerika dan Asia. Persoalan lain yang kini juga melilit UKM di Bali adalah sulitnya untuk mendapatkan kredit dari perbankan. Saat ini kalangan perbankan sangat hati-hati dalam menyalurkan kredit.

Bagaimana sikap Muslim Bali dengan hal ini?
Jika dilihat dari data Kanwil Depag Provinsi Bali jumlah penduduk yang beragama Islam di propinsi Bali tahun 2007 sesuai pendataan Kantor Urusan Agama (KUA) se-Bali sebesar 558.515 jiwa. Ini adalah angka yang sangat tinggi. Dan sebagian dari penduduk itu adalah pedagang/ indusri/pelaku pasar.

Jika kita melihat lebih jauh tentang Pulau Bali, atau pernah singgah di Bali pas Hari Raya Idul Fitri. Di situlah akan sangat terlihat bahwa pemain-pemain pasar, pedagang kaki lima dan usaha-usaha mikro (UKM) lainnya terlihat lengang/ sepi, mo cari makan yang berlabel Muslim susah. Karena pada pulang kampung merayakan Idul Fitri. Dari situ nampak jelas bahwa sesungguhnya umat Muslim di Bali banyak yang terjun di bidang wirausaha.

Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dampak krisis tersebut juga berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Muslim Bali. Nah, mensikapi hal itu saat ini sebuah Lembaga Sosial yang bergerak di bidang Zakat Infaq Shodaqoh yang cukup dikenal di Bali yaitu DSM Bali menggalakkan koperasi yang diberi nama Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Bina Mandiri.

Koperasi yang bernuansa syari'ah dengan pengelolaan Islami tersebut diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat Bali khususnya umat Muslim.

Adapun Sistem Operasional BMT bina Mandiri tersebut dikelola dengan sistem yang Islami.

Saat ini memiliki 6 tenaga profesional yang bekerja bahu-membahu untuk melayani masyarakat kecil dan memajukan ekonomi Islam. Saat ini masih beroperasi di sekitar Denpasar, karena aset masih kurang jika mau bergerak di sektor yang lebih luas. Namun, jika melihat potensi pasar yang begitu luas, Ustad Tumaji, SE direktur BMT Bina Mandiri mengatakan optimis 2009 mampu meraih market yang cukup luas. Bahkan beliau sepakat dengan timnya mentargetkan tahun 2009 ini insyaAllah akan mampu menembu angka 1 Milyar. Karena dengan begitu, fungsi pemberdayaan masyarakat akan tercapai dan insyaAllah sedikit demi sedikit ekonomi Bali akan pulih dengan menerapkan Ekonomi yang Islami. (Amru Sholihin)


Sunday, 19 October 2008

Eep Syaifullah Fattah: The Political Quation

Hari minggu kemarin (9 Oktober 2008), saya menghadiri Diskusi Panel Tentang Kepedulian Sosial dan Kesadaran Berbangsa di Mutiara Room, Hotel NIKKI Denpasar dari jam 09.00 Wita – 12.30 Wita. Diskusi yang menampilkan Pengamat Politik Nasional Eep Saifullah Fatah (Jakarta), H. Hasan Basri, SE, MBA (Ketua FUI Bali) dan Ir. H. Maman Supratman (Tokoh Masyarakat, Calon Anggota DPD RI dari Bali) diselenggarakan oleh Forum Umat Islam (FUI) Bali bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali.

Diskusi panel yang dimoderatori oleh Yusar Hilmi ini menghadirkan sekitar 250 orang tokoh Ormas Islam dan Parpol Islam Bali ini cukup menarik dan memberikan wawasan baru. Alhamdulillah saya yang diundang secara pribadi dan mewakili DSM Bali (undangannya ada dua) berkesempatan hadir dan mendapat tempat duduk VIP bersama tokoh-tokoh umat Islam di bagian depan. Saya juga tidak tahu, benar apa tidak tempat duduk saya, wong saya tiba-tiba sama panitia di antar di tempat itu. He.he..

Acara yang dikemas dalam rangka silaturrahim (halal bihalal) tersebut saya coba rangkum dalam tulisan ini dengan harapan bermanfaat bagi umat khususnya dan Bali pada umumnya.


Bumi Dipijak, Langit Dijunjung

Dalam Iftitah Diskusi Panel Tentang Kepedulian Sosial dan Kesadaran Berbangsa, ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Bali, H. A Hasan Ali, BA. Menyatakan bahwa Acara Halal Bihalal model sarasehan seperti ini telah di dimulai sejak tahun 2002 sampai sekarang. A. Hasan Ali mengingatkan kembali kepada para peserta diskusi bahwa halal bihalal 2 tahun lalu tepatnya pada bulan Oktober 2006 di Masjid Ibnu Batutah (Komplek Puja Mandala), Nusa Dua Bali. MUI Bali telah merekomendasikan Catur Program Umat (CAPU) sebagai berikut: meningkatkan kualitas beragama, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, meningkatkan Sosial Ekonomi Umat (Ekonomi syari’ah) dan meningkatkan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. Empat program inilah yang menjadi program utama dan unggulan MUI Propinsi Bali.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. A. Hasan Ali menyatakan perlu kesadaran berpolitik setiap umat Islam di Bali dalam rangka berperan aktif memberikan sumbangsih terhadap Bali. ”Bumi dipijak di sana langit dijunjung” kata A. Hasan Ali. Itulah istilah yang harus diupayakan dalam rangka dalam sumbangsih umat terhadap Bali. Maka dalam mewujudkan hal tersebut segala komponen umat yang ada di Bali, baik ormas Islam, parpol Islam dan tokoh umat Islam di Bali tidak memandang perbedaan harus menjalin kebersamaan.

Dalam kilas balik sejarah Bali tidak terbantahkan lagi bahwa peran Islam untuk Bali telah tercatat dalam sejarah sejak tahun 1460 pada masa kerajaan Gelgel di Klungkung. Oleh karena itu kebersamaan dan keharmonisan amat Islam dan masyarakat hindu di Bali yang lama diperjuangkan pendahulu kita itu harus tetap dijaga.


Bali Memerlukan Corong Umat

Ir. H. Maman Supratman yang juga Calon Anggota DPD RI dari Dapil Bali, didapok sebagai pemateri pertama mengusung tentang Bali Harmoni. Menurut H. Maman Supratman Bali dapat dilihat dari Tataran Nilai dan Tataran Sosial Budaya. Tataran Nilai adalah Bali yang tidak tertandingi keindahannya, alam Bali tidak tertandingi oleh seluruh dunia. Bali menganut nilai-nilai Tri Hitakarana dan Tat Twam Asi yang tetap dipegang oleh orang Bali.

Dalam tataran Sosial Budaya, Bali dengan keterbukaannya tetap melestarikan budaya nyama braya, segilik seguluk, beda paksi bina paksa dan lainnya yang secara universal adalah sangat Islami. Maka dalam sejarah Islam di Bali sejak masuknya Islam ke Kelungkung dan kabupaten lain di Bali pada abad 14 sampai dengan abad 17 masehi tidak lepas dari faktor Penerimaan orang Bali dan faktor Kerukunan yang dibina selama ini.

Jika sekarang terjadi disharmonisasi, apalagi sejak terjadi tragedi Bom Bali oleh orang yang tidak bertanggungjawab itu tidak terlepas dari faktor Intenal dan Eksternal kita sendiri. Maka tugas kitalah untuk mengembalikan keharmonisan antar umat di Bali yang telah diperjuangkan oleh pendahulu kita sejak abad 14 yang lalu. Maka Bali memerlukan corong yaitu hadirnya satu orang Islam sebagai anggota DPD RI dari Bali. ”Jika dari Bali ada empat orang anggota DPD, maka ikhlaskan satu saja untuk orang Islam”. Kata H. Maman Supratman berapi-api.


Berpolitik adalah Warisan Ulama

Nasionalisme itu dilahirkan oleh Islam, maka salah jika membenturkan antara Nasionalisme dan Islam. Itulah yang selama ini dibenturkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam. Jika kita telurusi sejarah bangsa Indonesia, maka pelopor pergerakan-pergerakan nasional yang dibentuk di Indonesia adalah oleh ulama dan tokoh-tokoh Islam misalnya berdirinya Syarikat Dagang Islam (SI) bukannya Boedi Utomo yang hari lahirnya dijadikan Kebangkitan Nasional. Nah lho...

Boedhi Oetomo (BO) didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.

Seharusnya Momentum Kebangkitan Indonesia adalah berdirinya Syarikat Dagang Islam (SI). Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.

Demikian pemaparan yang disampaikan oleh panelis kedua. Hasan Basri, SE, MBA (Ketua FUI – Bali). Menyitir tulisan Endang Saefuddin Anshari, Nasionalis Islam dan Nasionalis Sekuler, Hasan Basri menambahkan bahwa ”Muslim di Indonesia pasti Nasionalis dan tidak bisa sebaliknya”. dan melanjutkan: ”Politik pada saat lampau diperankan oleh para ulama, maka orang yang berpolitik sekarang adalah orang yang mewarisi ulama. Orang yang alergi dengan politik berarti dia menganggap bahwa Islam belum sempurna”. Ujar Ustad Hasan Basri yang disambut dengan tepuk tangan peserta diskusi.


Kecerdasan Politik

Political Question Quation adalah tema yang diangkat oleh Pengamat Politik Eep Syaifullah Fattah. Analisis-analisis tajamnya sangat memukau dan mencerahkan. Berbicara tentang kancah perpolitikan Partai Islam di Indonesia setelah sepuluh tahun berdemokrasi, perlu kita bertanya tentang apa dampak demokrasi kepada Islam, apa keliruan kita dan apa agenda perbaikan ke depan.

Nilai positif demokrasi setelah renovasi adalah sistem dan tatacara demokrasi Indonesia yang sangat maju tapi hasilnya jauh tidak sebaik tata caranya. Selama mengikuti pemilu di masa reformasi, suara partai-partai Islam atau yang berbasis pemilih Islam apabila dikumpulkan tidak lebih dari 40 persen. Sedangkan 60 persen lebih dikuasai oleh Partai Non Islam. Jika mau jujur mayoritas umat Islam mempunyai kecerdasan yang rendah, dan mempunyai kebiasaan mencari - cari faktor kesalahan dari luar dirinya yaitu dengan menyalahkan orang lain. Dan ini adalah sebuah kekeliruan.

Maka umat Islam harus segera memperbaiki kekeliruan ini. Diperlukan suatu Political Question Quation atau Kecerdasan Politik dari setiap orang muslim. Menciptakan Political Quation dengan cara: Pertama adalah membangun Kesadaran Politik. Kesadaran tiap warga negara tidak terkecuali umat Islam untuk mengetahui hal-hak politik mereka. Kedua Membangkitkan empati umat terhadap hak-hak pribadi dan orang lain. Ketiga adalah menumbuhkan motivasi tiap umat Islam untuk menjaga, melindungi, mempejuangkan hak-hak politiknya, sehingga tiap warga negara menjadi kuat kualitas kewarganegaraannya.

Warga Negara yang berkualitas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tahu hak dan menjaganya, 2. Tahu persis hak-hak orang lain dan pandai menunaikan kewajibannya, 3. Bertumpu kepada diri sendiri bukan pada orang lain, jangan hak diri dititipkan kepada orang lain. 4. Setiap orang tidak pasif tapi aktif terhadap setiap permasalahan dan 5. Mempunyai kemampuan untuk 'melawan' ketika hak-haknya diciderai. Ingat loh! Melawan berbeda dengan emosial! Melawan berarti perlu strategi, perencanaan dan pemikiran yang matang.

Maka ketika kita berkelompok, bangunlah 'barisan' bukan 'kerumunan'. Kita sering senang membuat organisasi tetapi tidak senang membuat jaringan. Berpolitik tidak harus semua jadi caleg atau aleg. Dan atau tidak harus partai berkuasa, tidak mungkin semua menjadi eksekutif atau kepala daerah. Berpolitik berarti masuk dalam kelompok untuk mengambil peluang, yaitu 'merebut kekuasaan' atau 'mempengaruhi kebijakan'. Organisasi yang mempunyai jaringan kuatlah akan memenangi pertarungan.

Ingatlah kemenangan partai Islam FIS (Islamic Salvation Front) atas partai sekuler FLN (National Liberation Front) dalam pemilu parlemen Al Jazair di penghujung 1991. FIS yang merupakan representasi kekuatan muslim terpelajar Al Jazair menang telak dalam pemilu parlemen dengan perolehan 188 kursi (82 %) dari 231 kursi. Tak puas menerima kekalahan, rezim otoriter Al Jazair dukungan Barat menganulir kemenangan tersebut. Kendati diulang, pemilu kedua kalinya masih dimenangkan FIS. FIS saat itu tidak mempunyai banyak kantor dan kantornyapun seadanya. Ternyata kunci kemenangannya adalah kuatnya jaringan yang dimiliki. Jaringan kasat mata melalui masjid-masjid. Di masjid-masjid itulah para da'i menanamkan kesadaran akan hak-hak warga negara dalam khutbah-khutbah jum'at mereka. Bagaimana di Indonesia? Masjid-masjid di Indonesia telah mengalami pelucutan-pelucutan fungsi yang sejatinya dari masjid itulah seharusnya pusat peradaban Islam dibangun.

Terakhir kang Eep bercerita. Ketika Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela dalam posisi di atas dan sangat populer dan dicintai rakyatnya sampai jika Mandela mencalonkan kembali dalam Pemilu hampir 100% rakyat akan memilihnya kembali. Namun Mandela memilih untuk tidak mencalonkan lagi. Seorang wartawan bertanya kepada Mandela: "Kenapa Anda memilih untuk tidak mecalonkan lagi padahal Anda ada jalan lebar untuk berkuasa kembali?". Mandela manjawab: "Saudaraku, berkuasa atau tidak, bisa sama artinya. Karena penguasa yang tidak bertanggungjawab nilainya kalah dengan warga negara biasa yang bertanggungjawab". Lanjut sang Mandela: "Maka ijinkanlah saya menjadi warga negara biasa yang bertanggungjawab!". pintanya. Wallahu'alam

Friday, 17 October 2008

Denpasar: 95 Persen AIDS Menimpa Usia Muda

Kasus HIV/AIDS di Denpasar Bali cukup tinggi mencapai 1.085 orang dari 2.208 orang penderita HIV/AIDS di Bali. Dan dari jumlah tersebut sekitar 95 persen diderita para usia muda. Ini tentunya sangat menghawatirkan karena HIV/AIDS seperti musuh yang tidak diketahui dan sangat membahayakan apalagi banyak menyerang para usia produktif. Hal ini dikatakan oleh Aryana yang mewakili Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra pada acara pembukaan Pelatihan Kader Desa Peduli AIDS (KDPA) di Desa Sanur Kecamatan Denpasar Selatan (16/10/08).

Jumlah terinveksi sebannyak 1.085 orang adalah penduduk Denpasar, dari jumlah tersebut, 736 positif menghidap HIV dan 349 kasus AIDS serta 85 orang diantaranya telah meninggal.

Sumber: Republika (17/10/08)

Wednesday, 8 October 2008

'Arus Banjir Lebaran' di Denpasar

Selepas maghrib saya terima SMS dari pak Saifuzzuhri yang diforward dari SMS sahabat (saudara) lama, isinya sebagai berikut: “Banjir bandang di padang asri. Saat ini trbesar sepanjang sejarah. SAR dan Relawan PKS on the way, ibu, nana, via dll aman di lantai 2. Ruang tamu n lantai 1 terendam. Warung jd posko. Heru” SMS itu saya terima jam 18.54 Wita (Selasa, 7 Oktober 2008).

Saat itu saya bersama keluarga (saya, istri dan anak-anak) masih di Mojosari, Mojokerto, menunggu rombongan dari Madiun yang akan balik ke Bali bersama. Cuaca di jawa saat itu sangat panas khususnya di Mojokerto, jangankan hujan, awanpun gak ada. Pokoknya panas.. nas..nas… Makanya ketika dapat kabar tersebut sempat terkejut juga.

Malam hari ketika kami dalam perjalanan ke Bali tepatnya sekitar Probolinggo, kami mendengar kembali tentang banjir di Bali tersebut via Radio Elsinta dengan jaringan nasionalnya, yang kebetulan sepanjang perjalanan Radio yang ada di Mobil kami hidupkan terus untuk mendengar informasi arus mudik lebaran. Dari informasi tersebut ternyata banjir tidak hanya terjadi di daerah Padang Asri (sebuah perumahan di daerah Padang Sambian, Denpasar) saja. Tetapi terjadi juga di kawasan Pura Demak, Jl.Teuku Umar Barat, Gatot Subroto, Kawasan Monang-maning, Gianyar bahkan tiga kendaraan roda empat terseret arus saat sedang melintas di Jalan Siulan hingga terjerembab ke Sungai Tohpati. Tak luput lantai satu Rumah Asuh Madani di Jalan Gunung Talang pun ikut terendam, pun karpet tempat anak-anak belajar dan sholat bersama ikut menjadi korban padahal bangunan lantai empat itu pondasinya paling tinggi dibanding rumah sekitar sehingga penghuninyapun tidak menyangka jika air bisa masuk.

Masih teringat di benak saya, dulu pernah terjadi banjir di Denpasar yang memakan korban tewas di seret arus Tukad Badung yang naik sejajar mencapai jembatan diatasnya. Selasa lalu sebagian wilayah Denpasar kembali di landa banjir setelah didera hujan seharian dan Kawasan Pura Demak (JL. Teuku Umar Barat) yang memang menjadi daerah rawan banjir karena berada di sejajar dengan bibir sungai Tukad Mati, kembali terendam air mencapi tinggi 2,5 meter.

Banjir di kota tercinta ini mulai mengkhawatirkan, terutama karena sedikitnya perhatian aparat berwenang mengantisipasi permasalahan dan ketidakpedulian masyarakat menjaga kebersihan sungai. Tanggul jebol di daerah Pura Demak ini bukan pertama kali terjadi, Maret 2007 lalu kawasan Pura Demak ini juga dilanda banjir akibat tanggul yang jebol, dan sekarang terulang kembali. uh..terlalu..! Semoga tidak semakin parah seperti di Jakarta.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa topology kota Denpasar yang landai ini memiliki system drainase yang lemah, sehingga Denpasar menjadi daerah rawan banjir dari tahun ke tahun. Disadari atau tidak, kebiasaan masyarakat melakukan pembetonan terhadap halaman dan pemapingan yang tidak tepat telah menghilangkan fungsi resapan air ke tanah dan air mengalir ke daerah yang lebih landai dan diperparah oleh ketiadaan system drainase yang memadai.

Informasi lain menyatakan bahwa banjir, Selasa (7/10) malam itu, menyeret tiga mobil milik warga yang tengah melintas di Jalan Siulan, Toh Pati, hingga masuk ke dalam sungai. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Banjir yang menerjang kawasan Toh Pati berasal dari luapan Bendungan Wongan lantaran sudah melebihi kapasitas daya tampung setelah hujan deras mengguyur seharian. Banjir juga menyebabkan belasan rumah warga rusak parah.

Banjir juga menerjang Desa Buruan, Blahbatuh, Gianyar, yang berjarak 30 kilometer dari Kota Denpasar. Satu rumah yang berada di tepi sungai bahkan amblas karena tanahnya longsor. Nyoman Ginarti, sang pemilik rumah, mengaku masih trauma dan berencana pindah ke tempat lain.

Meski air telah surut, warga yang tinggal di tepi sungai masih khawatir banjir susulan akan datang. Saat ini yang dilakukan warga sebatas membersihkan rumah tapi belum berani menempatinya. Banjir yang terjadi di Denpasar dan Gianyar sejauh ini tak mengganggu aktivitas para wisatawan karena jauh dari lokasi wisata.

Sunday, 10 August 2008

MUI Bali melantik Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Bali

Ruang VIP Wong Solo Renon, menjadi saksi atas pelantikan pengurus Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Provinsi Bali pada hari minggu, 9 Agustus 2008 jam 10 wita. FUI Bali yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali ini di ketuai oleh H. Hasan Basri, SE, MBA yang beranggotakan berbagai unsur umat Islam. Setelah pelantikan ini rencananya ke depan akan dibentuk Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) di seluruh tingkat kota dan kabupaten di Bali.

Dalam sambutannya ketua MUI Bali, A. Hasan Ali mengingatkan bahwa banyaknya kelompok muslim di Bali termasuk berbagai macam organisasi keislaman bukanlah merupakan bentuk perpecahan tetapi harus saling menguatkan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Bahwa antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya itu sebagaimana bangunan yang satu, mereka saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya.

Ditambahkan beliau bahwa ibarat bangunan rumah, disitu ada lantai, ada tembok, ada tiang, dan atapnya, yang masing-masing punya peran yang sesuai dengan fungsinya. Begitu juga dengan adanya berbagai Ormas, mereka semua sudah semestinya dirangkul untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah sesuai perannya masing-masing. Antar Ormas akan saling menguatkan dan mengisi ibarat bangunan tadi ada yang berfungsi sebagai lantai, tembok, atap dan sebagainya.

Pelantikan yang diadakan di Renon Denpasar tersebut dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai elemen Islam di Bali. Dengan terbentuknya FUI ini diharapkan dapat mewadahi berbagai komponen muslim yang ada di Bali. Amin... Selamat berjuang!. Wallahu’alam.

Monday, 21 July 2008

LPPOM MUI Bali Terbitkan Sertifikat Halal

Sebenarnya Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Bali sendiri telah lama menerbitkan sertifikat halal terhadap produk halal dari perusahaan yang ada di Bali. Saya sendiri baru terpikir untuk memposting Daftar Penerima Sertifikat Halal LPPOM MUI Bali ketika mendapat masukan dari teman. Pak Subiyantoro, pengawas pasca sertifikasi LPPOM MUI Bali. Daftar ini sangat penting karena di Bali harus lebih hati-hati untuk mencari produk halal baik bagi warga muslim Bali maupun wisatawan muslim yang berkunjung ke Bali.

Di Indonesia sendiri LPPOM MUI sudah berusia 17 tahun. Menariknya upaya LPPOM MUI ini menarik banyak komunitas Muslim mancanegara yang juga tertarik dengan konsep sertifikasi halal ini.

Banyak negara yang kemudian mengikuti langkah LPPOM MUI dalam melakukan proses sertifikasi. Salah satunya adalah Australia. Menurut Ketua Halal Certification Authority Australia, Mohammed Mouelhy, standar sertifikasi kehalalan yang dilakukan MUI saat ini telah menjadi landasan bagi banyak organisasi sejenis di seluruh dunia.

Selain Australia, negara yang mengadopsi konsep sertifikasi halal LPPOM MUI adalah negeri matahari terbit, Jepang. Lewat Japan Muslim Association (JMA), komunitas Muslim Jepang melindungi dirinya dari produk-produk yang tidak halal. Upaya sertifikasi halal dilakukan JMA selaku pemberi sertifikat halal dengan Takushoku University Shariah Research Center yang melakukan riset atas kandungan produk yang diuji.

Sementara itu, konsep, sistem dan prosedur sertifikasi halal yang dianut negara ini, seperti diakui oleh Profesor Hideotomi MUTO atau Tayeb El-Mokhtar dari Takushoku University, sepenuhnya mengacu pada apa yang dijalankan LPPOM MUI.

Bagaimana dengan di Bali? ternyata LPPOM MUI Bali telah mengeluarkan Daftar Penerima Sertifikat Halal MUI Provinsi Bali. Dan menurut Subiyantoro tiap 2 bulan sekali daftar tersebut dimuat di Jurnal halal MUI yang terbit setiap 2 bulan sekali dari LPPOM MUI pusat. Tentang info halal MUI bisa dilihat di sini atau di sini.

Daftar Penerima Sertifikat Halal MUI Provinsi Bali per 1 Juli 2008 dapat di download di sini. Daftar sertifikat halal ini juga dimuat dalam majalah 'Dinamika Umat' yang diterbitkan MUI Bali setiap bulan sekali.

Download daftar sertifikat halal bulan Juli 2008
Download daftar sertifikat halal bulan Agustus 2008
Download daftar sertifikat halal bulan September 2008

Monday, 14 July 2008

Kemiskinan di Bali Turun 13.400 Orang

Angka kemiskinan di Bali per Maret 2008 tercatat mengalami penurunan 13.400 orang. Pada bulan Maret 2007 tercatat ada 229.100 orang di Bali yang berada di bawah kemiskinan atau mencapai 6,63 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Bali. Jumlah itu menurun menjadi 215.700 orang pada bulan Maret 2008 atau sekitar 6,17 persen dari total penduduk Bali.

Kepala BPS Bali Ida Komang Wisnu menyampaikan hal itu di Denpasar, Selasa (1/7) kemarin. Didampingi jajarannya, ia menyebutkan garis kemiskinan sendiri justru meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 6,4 persen. Pada Maret 2007 sebesar Rp 165.954,00 per kapita menjadi Rp 176.569,00 per kapita per bulan Maret 2008. 'Kemiskinan dimungkinkan menurun dengan adanya pertumbuhan ekonomi kita yang cukup baik dan sejalan dengan peningkatan di sektor pariwisata,' ujar Wisnu.

Di pihak lain, seperti yang diprediksi sebelumnya, kenaikan harga BBM memicu tingkat inflasi di Bali. Data yang diperoleh dari Berita Resmi Statistik BPS Propinsi Bali menyebutkan, inflasi Kota Denpasar pada bulan Juni 2008 mencapai 1,78 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 106,95 (perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007=100). Padahal, trend tahun-tahun sebelumnya menunjukkan, tingkat inflasi bulan Juni cukup rendah.

'Bulan Juni 2006 inflasi hanya 0,47 persen. Kemudian turun untuk tahun berikutnya menjadi 0,06 persen. Namun tahun ini karena kenaikan harga BBM, inflasinya jadi setinggi itu,' ujar Wisnu.

Meski meningkat, inflasi di Bali masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,46 persen. Hal ini dikatakan Wisnu, disebabkan faktor psikologis masyarakat Bali yang tidak serta merta bergejolak dengan adanya kenaikan harga BBM. Pola konsumsi di Bali dinilai stabil meskipun dihadapkan pada situasi kenaikan harga BBM tersebut.

Dilanjutkan Wisnu, sumbangan terhadap inflasi dipicu kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,02 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,65 persen, kelompok sandang 0,03 persen, kelompok kesehatan 0,05 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,28 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 7,71 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks 0,09 persen. (Sumber: Bali Post - Rabu, 02 Juli 2008)

Thursday, 3 July 2008

Setiap Dua Hari Remaja di Bali Bunuh Diri

Hubungan seks di luar nikah dijadikan salah satu syarat untuk bisa masuk dalan kelompok mereka.
Prof Dr dr LK Suryani SpKJ (K), ahli kesehatan jiwa Universitas Udayana Denpasar mengatakan bahwa tercatat sebanyak 952 orang remaja mati bunuh diri dalam lima tahun terakhir. Atau sekitar 190 orang dalam setahun atau setiap dua hari remaja Bali mati karena bunuh diri.

“Mereka terdiri atas kalangan remaja laki-laki sebanyak 66,5 persen. Mayoritas dari usia kurang 20 tahun sebesar 13,7 persen,” kata Suryani di hadapan 200 guru SMP dan SMA di Denpasar, Selasa (1/7/08) dalam seminar Guru “Memahami Perkembangan Mental Anak Didik” yang diselenggarakan oleh PT Telkomsel.

Menurut Suryani, seiring kemajuan teknologi dan arus globalisasi, anak-anak semakin pandai, tapi mentalnya melemah. Para remaja tidak lagi mewarisi semangat berjuang sehingga menjadi malas bekerja, tidak mau susah, dan sebaliknya hanya mau menerima enaknya saja. Akibatnya mereka tidak memiliki daya saing dan akhirnya sulit mendapatkan pekerjaan.

Di sisi lain, Suryani juga menyoroti menurunnya kebanggaan para remaja terhadap nilai-nilai moral. Ada sekelompok masyarakat remaja merasa bangga kalau mereka bisa melakukan hubungan seks sebelum menikah dan merasa malu kalau belum melakukan hal itu. Bahkan hubungan seks di luar nikah dijadikan salah satu syarat untuk bisa masuk dalan kelompok mereka.

Dari penelitian yang dilakukannya, kebanyakan anak-anak yang sikap mentalnya berkembang negatif dikarenakan kurangnya komunikasi dengan orang tua. Dari 100 responden yang diteliti, Suryani menyimpulkan perkembangan sikap mental anak sangat tergantung pada intensitas komunikasi dengan orang tua di rumah.

“Kalau ingin mental anak berkembang secara positif, orang tua harus menyediakan waktu yang cukup bagi anak-anaknya, “kata Suryani.

Ditulis kembali dari Republika (02/07/08)

Monday, 23 June 2008

HOTSPOT Gratis di Jalan Kamboja

Di sela-sela saya browsing di internet tanpa sengaja saya jumpai informasi yang cukup menarik. Maka saya pikir informasi ini akan bermanfaat khususnya bagi warga Denpasar maka saya coba tulis kembali dari sumber aslinya situs resmi pemerintah kota Denpasar.

Sebagaimana seperti dirilis dalam situs Pemkot Denpasar - Bali. Wakil Walikota Denpasar, I.B. Rai Mantra, SE, Msi. Senin (23/6/08), menyatakan bahwa Pemerintah Kota Denpasar melalui Kantor Pengolahan Data Elektronik dan Komunikasi (KPDEKom) memberikan fasilitas hotspot gratis di kawasan pedestrian Jalan Kamboja khususnya di ”Rumah Pintar” bagi masyarakat umum.

Adapun fasilitas ini bisa diakses setiap hari Senin sampai Jumat setelah jam kerja namun untuk hari Sabtu dan Minggu bisa diakses 24 jam.

Sedangkan khusus hari Jumat pukul 17.00 s/d 19.00 wita akan diadakan Knowledge Sharing sebagai ajang untuk bertukar pikiran dan wawasan di bidang IT antar siswa dan masyarakat pencinta IT.

Menurut Kepala KPDEKom, I Dewa Made Agung, SE, MSi juga menambahkan bahwa setiap hari Jumat sore KPDEKom bersama beberapa sekolah yang ada di Denpasar beserta partisipasi dari masyarakat akan mengadakan “Knowledge Sharing” sebagai ajang untuk bertukar pikiran dan wawasan di bidang IT antar siswa dan masyarakat pencinta IT. Mobile Community Access Point (MCAP) pun akan turut hadir untuk menyediakan empat perangkat komputer, hotspot dan LCD untuk penayangan informasi pelayanan publik maupun penayangan video pendidikan.

Kita patut memberi apresiasi kepada Pemkot Denpasar, semoga saja dengan adanya fasilitas internet gratis dan knowledge sharing ini, masyarakat dapat meningkatkan minat dan pengetahuannya di bidang IT.

Monday, 21 April 2008

BALI: The Best Island VS Poverty

Kemiskinan dibalik gemerlap Bali
The Best Island in Asia Pasific itulah penghargaan yang diberikan oleh Destin Asian Award 2008 baru-baru ini. Wajar saja karena nama Bali lebih dikenal oleh wisatawan mancanegara daripada nama Indonesia. Menyaksikan Bali dari kemasyuran tempat wisatanya seperti Kuta, Sanur, Nusadua, Tanah lot adalah gambaran kemakmuran, eksotis, serba mentereng, megah, mewah, dan bahkan glamor. Potret wisata Bali terutama di daerah Badung dan sebagian Kota Denpasar, seakan mengisahkan Bali bebas dari kontaminasi virus kemiskinan. Sungguh, Bali dari tampilan wajah pariwisatanya, seakan meyakinkan pengunjung bahwa provinsi ini tidak lagi tersentuh kemiskinan. Benarkah sebuah kesimpulan yang hanya berdasarkan kesaksian empiris seperti itu?

Kemiskinan merupakan suatu keadaan, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup yang menggambarkan kekurangan materi, biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, dan kesempatan pendidikan. Menurut Bank Dunia orang dikatakan miskin apabila pendapatannya tidak lebih

Mari kita tengok hasil survey DSM Bali pada tahun 2006. Survei dilakukan selama 3 bulan di 67 kampung/desa di Bali yang meliputi wilayah Karangasem, Klungkung, Gianyar, Bangli, Buleleng, Tabanan, Jembrana, Badung dan Denpasar. Desa/kampung tersebut diambil sebagai lokasi survei berdasarkan banyaknya penduduk muslim yang bertempat tinggal di desa/kampung tersebut dan juga bedasarkan rekomendasi dari tokoh-tokoh muslim di Bali. Dari hasil survei yang dilakukan, dapat diketahui bahwa dari 413 responden yang meliputi 67 desa/kampung di seluruh Bali, diketahui bahwa sebagian besar bermatapencaharian sebagai buruh/tukang (29,5%), pedagang (21,1%), dan petani (16,5%) dengan penghasilan rata-rata kurang dari 200 ribu/bulan (52,5%) dan sebagian besar memiliki hutang (77,5%). Dilihat dari latar belakang pendidikan, sebagian besar responden telah tamat SD (33,7%) dan tidak tamat SD (27%).

Data BPS 2006 tentang angka kemiskinan di Bali menunjukkan masih cukup tinggi jumlah keluarga miskin di Bali yaitu 147.044 KK. Jumlah terbesar berada di Buleleng, yaitu 47.908 KK. Berikutnya di Karangasem (41.826 KK), Bangli (13.191 KK), Tabanan (11.672 KK), Klungkung (8.460 KK), Gianyar (7.629 KK), Jembrana (6.998 KK), Badung (5.201 KK), dan Denpasar sebanyak 4.159 KK.

Menarik apa yang diungkapkan oleh Ketua DPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Bali A.A. Ngurah Gede Widiada. Bahwa, ketergantungan Bali terhadap industri pariwisata sangat jelas dirasakan pada saat Bali mengalami krisis kunjungan wisatawan pascaserangan teroris yang meledakkan bom di Bali. Kenyataannya mayoritas masyarakat miskin Indonesia bekerja di sektor pertanian dan mayoritas masyarakat Bali adalah petani. Sedangkan proyek pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah diprediksi tak akan menyentuh akar permasalahan. Anggaran yang dialokasikan untuk meningkatkan taraf hidup rumah tangga miskin (RTM) masih dikelola dengan pendekatan politik bahkan masih menjadi media propaganda politik dan pencitraan. Menurutnya, sering gagalnya penanganan kemiskinan akibat strategi yang dilakukan beredar di permukaan bukan melakukan bedah langsung terhadap indikator-indikator kemiskinan. ''Saya melihat penanganan kemiskinan masih menjadi proyek politik bukan keikhlasan membantu RTM keluar dari beban kehidupan. Strateginya pun masih menjauh dari upaya-upaya meningkatkan taraf hidup RTM,'' ujarnya.

Di beritabali, Wakil Gubernur Bali I Gusti Ngurah Alit Kelakan mengatakan bahwa pemerintah memiliki target penurunan angka kemiskinan di Bali mencapai 5% per tahun. Kelakan mengakui kesulitan mengatasi kemiskinan di Bali karena telah bersifat struktural serta kodrat. "Jika kita berhasil menghilangkan angka kemiskinan dua orang maka jumlah penduduk miskin bertambah empat orang," ujarnya. Kelakan menyatakan akan membuatkan kartu identitas penduduk miskin agar pemberian bantuan tidak salah sasaran. Wallahu’alam.

Saturday, 19 April 2008

Kemiskinan Dan Ritual Mewah

Putu Setia, Kemiskinan Dan Ritual Mewah
Ironis sekali, angka kemiskinan di Bali terus meningkat dari tahun ketahun. Pulau Bali yang dijuluki Pulau Sorga, Pulau Dewata, dan entah apalagi, kini merana karena salah urus. Konsep pembangunannya tidak jelas. Tidak ada kebijakan yang strategis tentang masa depan Pulau ini.

Yang lebih tragis lagi angka kemiskinan juga muncul di pinggir-pinggir kawasan wisata. Nelayan Bali di Bualu dan Benoa misalnya, tetap terhimpit beban hidup karena sulitnya mencari sumber penghasilan.

Sementara pantai mereka sudah “tergadaikan” kepada hotel-hotel besar dan mereka tak mendapat apapun dari gurita pariwisata ini. Jadi sama sekali tidak benar, kawasan wisata memberikan perbaikan hidup untuk lingkungan masyarakat sekitarnya.

Inipun bisa dilihat dikawasan kuta. Selintas nampak masyarakat hidup berkecukupan. Tapi masyarakat mana? Bukan masyarakat Bali, mereka adalah pendatang yang memang lebih tangguh. Penduduk pendatang di Kuta sudah melebihi dari penduduk asli.
Pertumbuhan penduduk pendatang memang sangat luar biasa di Kabupaten Badung da Kodya Denpasar. Bisa jadi ramalan orang bahwa di tahun 2010 jumlah orang Bali yang beragama Hindu sudah kalah dibandingkan dengan jumlah pendatang yang umumnya beragama Islam, terutama di Kodya Denpasar da Kabupaten Badung. Dengan begitu suatu saat ada kabupaten di Bali yang memberlakukan syariat Islam.

Kemiskinan di pedesaan juga semakin kentara. Sudah banyak gelanangan dan pengemis (gepeng) yang ternyata adalah orang Bali pedesaan. Mereka sudah tidak tahan mengalami tekanan hidup dan lari ke tengah kota menadahkan tangannya untuk meminta-minta. Sementara pekerjaan yang tabuh dilakukan orang Bali di masa lalu, seperti menjadi pelacur sekarang sudah mulai “dikerjakan” wanita muda Bali, apalagi pemerintah memperkenalkan istilah Pekerja Seks Komersial.

Adakah orang-roang Bali yang serius membantu mereka? Mungkin ada, tetapi jumlahnya tidak banyak, dan jauh dibandingkan dengan selayaknya. Yang justru banyak membantu orang-orang Bali yang miskin ini adalah yayasan atau lembaga yang bernapaskan agama bukan Hindu, dan yang paling gencar adalah yayasan atau lembaga dari kalangan Kristiani, apa boleh buat ini harus disebutkan. Tentu saja, secara formal bantuan mereka itu tidak ada kaitannya dengan agama, misalnya, dibantu tetapi harus pindah agama. Tidak seformal itu. Mereka membantu berdasarkan alasan kemanusiaan. Cuma, lambat laun yang terjadi adalah beralihnya agama dan konon hal ini lebih disebabkan oleh orang Bali yang dibantu itu ingin “membalas jasa”, bukan dipaksa pindah agama. Bagaimana kebenaran sejatinya, tentu sulit untuk diketahui.

Diam-diam, selain yayasan yang bernapaskan Kristiani, ternyata yayasan atau lembaga yang bernapaskan Buddhis juga banyak bergerak”mengatasnamakan kemiskinan” di Bali. Seiring dengan semakin banyaknya muncul Vihara di Bali, gerakan kaum Buddhis ini “berjasa” menolong orang-orang miskin di Bali melalui lapangan pekerjaan.

Lalu, kemana orang-orang Bali yang beragama Hindu yang mempunyai ajaran Manusa Yadnya? Mereka melihat kemiskinan itu sebagai karma yang dibawa dari kehidupannya terdahulu, sehingga mereka tak perlu dibantu, mereka harus mengangkat harkat dirinya sendiri. Kalaupun ada orang Bali yang kaya dan mau menyumbang, mereka akan menyumbang pembangunan pura, atau menyumbang untuk ritual mecaru, pekelem, dan sebagainya, dibandingkan menolong sesame manusia. Ajaran Manusa Yadnya mereka yakini sebagai ritual semata-mata, yaitu nelu bulanan,otonan, mesangih, pewiwahan dan sebagainya. Bukan membantu sesame manusia untuk terbebas dari penderitaan hidup.

Ritual-ritual itupun dilakukan dengan serba mewah. Orang-orang kaya di Bali banyak memberi contoh bagaimana melaksanakan ritual dengan kemewahan. Mereka mendatangkan Sulinggih dalam jumlah banyak, membeli banten yang seabrek, membuat peralatan yang wah, dan waktu yang dihabiskan untuk ritual ini berhari-hari. Celakanya, perilaku orang kaya ini menjadi teladan dilapisan menengah, bahkan turun kebawah. Orang yang tidak punya, ikut-ikutan membuat ritual yang besar. Bisa dibayangkan apa yang kemudian dilakukannya, menjual harta warisan untuk membiayai ritual itu. Mereka pun menganggap hal ini tidak salah, malah sangat wajar dengan alasan: “warisan itu memang disiapkan oleh leluhur untuk ritual”.

Maka, kemiskinan terus menjalar di Bali. Kemiskinan yang sambung-menyambung karena biaya yadnya yang sangat tinggi. Orang-orang Bali menjual tanahnya untuk membeli janur, kelapa, itik, buah impor, sementara pedagang yang dating dari jawa memberikan pasokan barang itu dengan senang, sambil lambat laun membeli tanah-tanah orang Bali.

Sebenarnya pencerahan sudah banyak dilakukan oleh para Sulinggih agar umat Hindu di Bali mulai mengurangi biaya yadnya dengan membuat ritual yang sederhana. Namun, pencerahan para Sulinggih ini kalah karena masih ada Sulinggih lain yang dalam prakteknya sering muput upacara yang ritualnya besar. Bahkan mereka terlibat dalam karya itu. Ini sebuah lingkaran setan yang harus segera dihentikan. Perlu gerakan penyadaran dharma untuk menyelamatkan Bali.
(Putu Setia, Bali yang Meradang - Putu Setia dikenal kritis menyikapi agama, pendiri Ashram Manikgeni, Wakil Ketua Sabha Walaka. Buku yang langka dan penting untuk melihat perjalanan agama Hindu di Bali).

Friday, 7 March 2008

KEKHUSUKAN SHOLAT JUM’AT DI HARI RAYA NYEPI

Saya dan bapak-bapak tetangga rumah satu gang berangkat berbarengan ke masjid An-Nur, yaitu masjid terdekat tempat kami tinggal di Denpasar. Dengan berjalan kaki sejauh sekitar 2 kilo meter lebih kami saling berbincang berbagai hal. Maklum selama ini jarang berangkat ke masjid bersama-sama tetangga apalagi jalan kaki seperti ini, sehingga terasa lebih kompak dan lebih akrab dalam kebersamaan. Dalam perjalanan banyak juga berbarengan umat muslim yang keluar dari gangnya masing-masing untuk bergabung menuju ke masjid Aneh memang, jalan raya yang biasanya selalu padat dan macet hari ini keliatan lenggang, sepi, tanpa ada kendaraan satupun, dan kalaupun ada manusia itu adalah pecalang atau orang yang berangkat sholat jum’at, selainnya tidak ada kecuali ada ijin khusus.

Jum’at, 7 Maret 2008 menjadi hari yang istimewa bagi umat muslim di Bali. Karena hari itu bertepatan Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu 2008 (tahun baru Saka 1930). Khusus di Bali umat muslim adalah minoritas sehingga sholat Jum’at saat itu adalah terasa berbeda dengan sholat jumat di derah lain.

Kesepian jalan di Bali tidak menghalangi umat muslim Bali untuk berbondong-bondong menuju masjid tempat sholat jum’at diadakan. Di tempat-tempat tertentu banyak dijumpai ‘pecalang’, petugas keamanan adat Bali berjaga-jaga mengamankan prosesi nyepi. Karena memang di hari Nyepi dilarang warga untuk keluar rumah kecuali ada ijin dari banjar atau desa setempat.

Berbeda dengan pawai “ogoh-ogoh” di hari sebelumnya, di hari jum’at akan benar-benar sepi. Kondisi sepi ini sangat terasa, sehingga suasana sholat jum’at pun menjadi begitu hening dan menambah kekhusukan. Tiada suara deru kendaraan atau klakson mobil dari jalan raya. Tiada kemacetan dan teriakan yang mengganggu. Pun tiada pula “sempritan” dan aba-aba dari juru parkir. Dan herannya “pengemis” yang biasanya berjubel di pintu-pintu masjid sekarang hilang entah kemana.

Iya, itulah gambaran dan kesan saya pada nyepi kali ini, itulah pengalaman saya sholat jumat kali ini. Mungkin itu juga gambaran toleransi antara umat muslim dan hindu di Bali, khususnya di dekat tempat tinggal saya. Wallahu’alam.


Hari Raya Nyepi
Sumber & Lengkapnya di sini.

Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada tanggal 1 sasih Kedasa. Secara lebih jelas, arti perayaan nyepi dijelaskan pada tajuk lain.

Kegiatan dalam menyambut Hari Raya Nyepi ini ada dua macam yaitu:

1. Sehari sebelum hari raya Nyepi, tepat pada bulan mati (tilem) melaksanakan upacara Bhuta Yadnya (mecaru).
2. Pada hari raya Nyepi yaitu awal tahun baru Saka yang jatuh pada tanggal 1 sasih Kedasa dilaksanakan upacara Yoga Samadhi.

Ada empat berata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya Nyepi, disebut Catur Berata Penyepian, yaitu:

1. Amati Geni berpantang menyalakan api
2. Amati Karya menghentikan aktivitas kerja
3. Amati Lelanguan berpantang menghibur diri / menghentikan kesenangan
4. Amati Lelungan berpantang bepergian

Dalam kesenyapan hari suci Nyepi ini kita mengadakan mawas diri, menyatukan pikiran, serta menyatukan cipta, rasa, dan karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri kita dan inti sari kehidupan semesta. Keesokan harinya yaitu hari raya Ngembak Geni, segenap isi rumah keluar pekarangan dan bermaaf-maafan dengan tetangga dan handai tolan yang ditemui, dalam suasana batin yang telah bersih dan dipenuhi kebijaksanaan.

Source: foto ogoh-ogoh

Saturday, 26 January 2008

Aturan Mabuk: efektif menekan bentrok antar warga

Pararem mabuk Bentrokan antar warga akibat mabuk karena miras telah banyak menelan kurban, insiden yang sering terjadi akibat pengaruh miras ini,misalnya perkelaian, bentrokan antar warga sampai bentrokan antar banjar.
Sering terjadinya keributan akibat oknum warga mabuk karena menenggak minuman keras (miras), membuat tiga banjar (Banjar Kawan, Pande, Bebalang) di Bangli - Bali menelurkan aturan adat berupa pararem mabuk.

Selain sanksi berupa uang denda dikalikan jumlah krama pengarep, mereka yang mabuk atau penjual miras diganjar melakukan ritual upacara pembersihan pura secara niskala (yadnya prayascita), dan pemabuk juga diwajibkan meminta maaf dalam paruman banjar.

Menurut klian Adat Banjar pande I Wayan Nyepek, S.H. bahwa latar belakang dikeluarkannya aturan adat ini karena dirinya sering mendapat laporan kasus mabuk dan perkelaihan, Untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan dan pencitraan kurang baik menimpa nama banjar, dibuatkanlah pararem yang disuratkan dalam awig adat. Hal senada diungkapkan oleh Klian Adat Bebalang I Gusti Ngurah Wijaya. “Itu dilakukan lantaran pihaknya sering mendapatkan laporan ada warga mabuk. Agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dalam paruman disepakati untuk menetapkan pararem itu”. Katanya. (Dikutip dari Bali Post, 25 Januari 2008)

Aturan Mabuk yang dibuat oleh banjar sangat efektif karena menyentuh langsung kepada krama banjar yang bersangkutan dengan aturan ini secara langsung dapat menekan angka pemabuk dan bentrokan antar warga yang kerap terjadi. Indikasi positif yang bisa dirasakan dari efek aturan ini adalah meningkatnya rasa aman dan tenang diantara warga banjar.

Sayangnya aturan ini dibuat oleh masing-masing banjar yang tidak semuanya menerapkan aturan ini (pararem mabuk), padahal fenomena mabuk ini bisa terjadi di banjar manapun. Hematnya akan lebih efektif aturan semacam pararem mabuk ini dibuat juga pada aturan daerah yang lebih tinggi misalnya dalam perda, kemudian pelaksanaan aturan di dibawahnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa dan banjar.
Banjar mana yang akan menyusul?

Monday, 21 January 2008

Sisi Lain Pulau Bali

Potensi kekayaan alam Indonesia dan keindahannya bisa untuk mensejahterakan rakyatnya, Pulau Bali salah satu contoh karena Keindahan alam dan budayanya menjadi obyek tujuan wisata, dismping dapat meningkatkan perekonomian rakyat dan meningkatkan devisa tentunya… Bali yang dikenal dengan ‘pulau dewata dan masuk tujuan utama wisata dunia, banyak yang beranggapan bahwa Bali adalah pulau kaya yang tidak ada orang miskinnya seperti anggapan saya pada mulanya.

Untuk melengkapi tulisan saya: Bali : Potret Kemiskinan dan Potensi Zakat, Pada tahun 2006 kami dan yayasan Dompet Sosial Madani (DSM) Bali sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan zakat, infak, dan shadakah berusaha untuk membantu mengentaskan kemiskinan yang terjadi di Bali dengan melakukan survei ke 9 daerah di wilayah Bali untuk selanjutnya segera diambil tindakan yang efektif.Tujan survey adalah : Untuk mengetahui kantong-kantong kemiskinan di Bali, terutama yang banyak dihuni oleh warga muslim, mencari tahu jenis-jenis fasilitas dan bantuan yang tepat untuk masing-masing daerah dan membuat data base yang memuat profil penduduk muslim miskin di Bali.

Survey yang kami lakukan tanggal 29 Februari sampai dengan tanggal 17 Juni 2006 dengan sasaran penduduk muslim yang berdomisili di wilayah Karangasem, Klungkung, Gianyar, Bangli, Buleleng, Tabanan, Jembrana, Badung dan Denpasar yang dipilih berdasarkan rekomendasi sebagai warga miskin dan perlu dibantu oleh tokoh setempat. Banyaknya sampel di tiap-tiap desa/kampung dibatasi kurang lebih 10 orang dengan pertimbangan telah mewakili anggota populasi yang lain.

Dari hasil survei yang dilakukan, dapat diketahui bahwa dari 413 responden yang meliputi 67 desa/kampung di seluruh Bali, diketahui bahwa sebagian besar bermatapencaharian sebagai buruh/tukang (29,5%), pedagang (21,1%), dan petani (16,5%) dengan penghasilan rata-rata kurang dari 200 ribu/bulan (52,5%) dan sebagian besar memiliki hutang (77,5%). Dilihat dari latar belakang pendidikan, sebagian besar responden telah tamat SD (33,7%) dan tidak tamat SD (27%).

Berdasarkan survei yang dilakukan didapatkan hasil berupa program-program rekomendasi yang bisa dilakukan di kantong-kantong muslim di wilayah Bali, sebagai berikut : Modal Bergulir, Alat-alat pertanian/peternakan/perikanan, Klinik keliling, Ketrampilan, Pemasaran produk, Bimbingan Keislaman, Sarana umum, MCK, Tandon air, Listrik, Renovasi masjid/mushollah, Jalan, Beasiswa, dan Pemberdayaan pesantren.

Survey tersebut kami lakukan pada taggal 29 Februari sampai dengan 17 Juni 2006, tentu masih banyak kekurangan, karena keterbatasan dana dan tenaga. Survey tersebut masih di kantong-kantong muslim dan masih banyak kantong-kantong miskin lain yaang belum kami survey. Semoga tahun 2008 ini kami bisa melanjutkan dan menguptade data hasil survey (peta mustahik Bali) tahun 2006.

Tuesday, 15 January 2008

Bali : Potret Kemiskinan dan Potensi Zakat

Angka Kemiskinan
Mengamati data BPS tentang Angka Kemiskinan di Bali cukup menarik. Menurut data BPS tahun 2006 penduduk miskin di Bali sebanyak 147.044 KK yang tersebar ke 8 Kabupaten dan 1 kota di Bali. Peringkat pertama terbesar adalah Kabupaten Buleleng 47.908 KK, kemudian Karangasem 41.826 KK, Bangli 13.191 KK, Tabanan 11.672 KK, Klungkung 8.460 KK, Gianyar 7.629 KK, Jembrana 5.201 KK, Badung 5.201 KK dan kota Denpasar sebanyak 4.159 KK.Asumsi masing-masing KK mempunyai anggota keluarga 5 orang (Suami, istri, 3 anak) maka total penduduk miskin di Bali sebesar 735.220 jiwa, sungguh angka kemiskinan yang cukup besar dari total penduduk Bali 3.2 juta jiwa.Tentu pemerintah telah berupaya mengatasi fenomena kemiskinan yang melanda masyarakat Pulau Dewata ini.

Dari pemberian dana BLT maupun program-program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah Daerah, namun pertumbuhan belum menjunjukkan hasil yang signifikan. Dalam menyikapi program penanggulangan kemiskinan di Bali ini, jika saja para pemimpin daerah di Bali ini mau sedikit jeli dan melirik pada potensi yang ada pada kaum muslim Bali yang selama ini dianggap minoritas, marginal dan warga pendatang maka disitu akan ditemui potensi dana yang cukup besar untuk membantu program pengentasan kemiskinan yaitu Zakat.

Potensi Zakat di Bali
Asumsi penduduk muslim di Bali sekarang ini sebanyak 500 ribu orang, jika 10% diantaranya mampu dan wajib mengeluarkan zakatnya sebesar Rp. 50.000,- per bulan, maka potensi zakat per bulan adalah sebesar Rp. 2.5 milyar, artinya dalam setahun potensi zakat di Bali sebesar Rp. 30 milyar belum Infak, sadaqah, wakaf dan lainnya.

Dana umat di Daerah termasuk di Bali selama ini dikelola oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat (BAZ) baik propinsi maupun Kabupaten atau kota di Bali belum cukup optimal bisa terkumpul. Sebagai contoh saja DSM sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) pertama yang ada di Pulau Dewata ini tahun 2007 baru bisa mengumpulkan dana ZIS sebesar Rp. 2,2 milyar per tahun. Ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi Lembaga Amil Zakat untuk mengambil kepercayaan umat muslim itu sendiri.LAZ dan BAZ selama ini telah bekerja mengelola Dana ZIS (Zakat,Infaq dan Shadaqah) yang secara langsung sebenarnya telah membantu meringankan beban kemiskinan, dan selama ini telah cukup dirasakan oleh masyarakat.

Tantangan
Potensi Zakat di Bali lebih Rp. 30 milyar per tahun cukup besar untuk membantu program kemiskinan di Bali karena peruntukan Zakat sudah jelas untuk orang miskin.Dalam mengaplikasikan Dana ZIS ini akan menemuhi tantangan yang cukup berat terutama terhadap kepercayaan (trust) umat muslim terhadap pengelolaan zakat sebagai kewajiban agamanya.Perlu diciptakan suatu perangkat dan aturan khusus dalam pengelolaan dana ZIS apabila Dana ini dikelola oleh Pemerintah Daerah. Termasuk peninjauan kembali atas aturan dan hubungan antara pengelola ZIS yang telah ada selama ini yaitu LAZ dan BAZ yang telah diatur dalam undang undang No. 38 tahun 1999 tentang zakat. ** Alim Mahdi

Tuesday, 1 January 2008

Benarkah Belenggu Adat mengungkung Potensi Profesionalisme Manusia Bali?

Ngayah Adat - Ngayah menurut seorang tokoh Adat adalah Kerja Bakti untuk berbagi keperluan, apa itu urusan ritual keagamaan ataupun masalah sosial kemasyarakatan. Siapapun yang terlibat ngayah tidak mendapatkan upah alias gratis.
Sangat menarik ketika saya mencermati tulisan W.Sumatika di media cetak terbesar di Bali (Bali Post) tanggal 12 Januari 2008 tentang adanya indikasi “menggugat” aturan Adat yang selama ini sangat disakralkan. Tulisan yang mengambil tema yang cukup berani, yaitu “Belenggu Adat mengungkung Potensi Profesionalisme Manusia Bali? Dengan mengambil beberapa pendapat dua nara sumber yaitu Peneliti dan Konsultan Adat Bali Wayan P. Windia dan pemerhati masalah hukum, politik, agama dan sosial budaya Bali IDG Ngurah Swastha.

Belakangan ini banyak krama Bali yang merasakan bahwa aturan adat yang sangat ketat berpengaruh dalam menghambat profesionalisme. Sehingga diyakini bahwa manusia Bali sendiri sebagai tenaga kerja yang notabene penduduk asli Bali kalah bersaing dengan tenaga kerja asing atau pendatang, setidaknya pada level manajer ke atas. Alasannya adalah karena seringnya kegiatan adat yang terpaksa harus meninggalkan kantor atau bolos. Padahal sebagai manajer sebuah hotel, misalnya harus setiap saat memimpin rapat dengan stafnya atau mengikuti rapat dengan direksi. Hal ini karena ngayah adat yang selama ini dipakai merupakan budaya Agraris, sedangkan sekarang Bali telah menuju budaya non agraris, yaitu budaya industri dan jasa, sehingga dalam pelaksanaannya dianggap sangat memberatkan.

Seperti makan buah simalakama, Tidak ikut ngayah berarti telah meninggalkan kewajiban adat tapi Ikut ngayah resikonya mempertaruhkan karir di perusahaan tempat mereka mencari kehidupan.

Wayan P. Windia - menegaskan: Hakikat pelaksanaan kehidupan beragama di Bali ditopang oleh dua aktifitas penting yakni pawedalan (urunan) dan ayah-ayahan (gotong royong). Dalam budaya non agraris kewajiban Ngayah bisa disesuaikan dengan cara: pawedalan yang diperbesar, sedangkan ayah-ayahan bisa diperingan.
"Saya rasa kesibukan kerja itu hanya pengkambing-hitaman semata. Itu karena dia memang malas, tidak mau terjun ke adat, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan gotong-royong juga tidak pernah madana punia. Kendati begitu saya juga sepakat jika sanksi Kasepekang itu tidak diberlakukan lagi dan digantikan dengan sanksi adat yang lebih mendidik dengan tetap memberikan peluang seluas-luasnya bagi krama untuk memperbaiki kesalahannya," kata Swastha yang dibenarkan oleh Windia.
**Kasepekang = Pengucilan