Pararem mabuk Bentrokan antar warga akibat mabuk karena miras telah banyak menelan kurban, insiden yang sering terjadi akibat pengaruh miras ini,misalnya perkelaian, bentrokan antar warga sampai bentrokan antar banjar.
Sering terjadinya keributan akibat oknum warga mabuk karena menenggak minuman keras (miras), membuat tiga banjar (Banjar Kawan, Pande, Bebalang) di Bangli - Bali menelurkan aturan adat berupa pararem mabuk.
Selain sanksi berupa uang denda dikalikan jumlah krama pengarep, mereka yang mabuk atau penjual miras diganjar melakukan ritual upacara pembersihan pura secara niskala (yadnya prayascita), dan pemabuk juga diwajibkan meminta maaf dalam paruman banjar.
Menurut klian Adat Banjar pande I Wayan Nyepek, S.H. bahwa latar belakang dikeluarkannya aturan adat ini karena dirinya sering mendapat laporan kasus mabuk dan perkelaihan, Untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan dan pencitraan kurang baik menimpa nama banjar, dibuatkanlah pararem yang disuratkan dalam awig adat. Hal senada diungkapkan oleh Klian Adat Bebalang I Gusti Ngurah Wijaya. “Itu dilakukan lantaran pihaknya sering mendapatkan laporan ada warga mabuk. Agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dalam paruman disepakati untuk menetapkan pararem itu”. Katanya. (Dikutip dari Bali Post, 25 Januari 2008)
Aturan Mabuk yang dibuat oleh banjar sangat efektif karena menyentuh langsung kepada krama banjar yang bersangkutan dengan aturan ini secara langsung dapat menekan angka pemabuk dan bentrokan antar warga yang kerap terjadi. Indikasi positif yang bisa dirasakan dari efek aturan ini adalah meningkatnya rasa aman dan tenang diantara warga banjar.
Sayangnya aturan ini dibuat oleh masing-masing banjar yang tidak semuanya menerapkan aturan ini (pararem mabuk), padahal fenomena mabuk ini bisa terjadi di banjar manapun. Hematnya akan lebih efektif aturan semacam pararem mabuk ini dibuat juga pada aturan daerah yang lebih tinggi misalnya dalam perda, kemudian pelaksanaan aturan di dibawahnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa dan banjar.
Banjar mana yang akan menyusul?
Sering terjadinya keributan akibat oknum warga mabuk karena menenggak minuman keras (miras), membuat tiga banjar (Banjar Kawan, Pande, Bebalang) di Bangli - Bali menelurkan aturan adat berupa pararem mabuk.
Selain sanksi berupa uang denda dikalikan jumlah krama pengarep, mereka yang mabuk atau penjual miras diganjar melakukan ritual upacara pembersihan pura secara niskala (yadnya prayascita), dan pemabuk juga diwajibkan meminta maaf dalam paruman banjar.
Menurut klian Adat Banjar pande I Wayan Nyepek, S.H. bahwa latar belakang dikeluarkannya aturan adat ini karena dirinya sering mendapat laporan kasus mabuk dan perkelaihan, Untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan dan pencitraan kurang baik menimpa nama banjar, dibuatkanlah pararem yang disuratkan dalam awig adat. Hal senada diungkapkan oleh Klian Adat Bebalang I Gusti Ngurah Wijaya. “Itu dilakukan lantaran pihaknya sering mendapatkan laporan ada warga mabuk. Agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dalam paruman disepakati untuk menetapkan pararem itu”. Katanya. (Dikutip dari Bali Post, 25 Januari 2008)
Aturan Mabuk yang dibuat oleh banjar sangat efektif karena menyentuh langsung kepada krama banjar yang bersangkutan dengan aturan ini secara langsung dapat menekan angka pemabuk dan bentrokan antar warga yang kerap terjadi. Indikasi positif yang bisa dirasakan dari efek aturan ini adalah meningkatnya rasa aman dan tenang diantara warga banjar.
Sayangnya aturan ini dibuat oleh masing-masing banjar yang tidak semuanya menerapkan aturan ini (pararem mabuk), padahal fenomena mabuk ini bisa terjadi di banjar manapun. Hematnya akan lebih efektif aturan semacam pararem mabuk ini dibuat juga pada aturan daerah yang lebih tinggi misalnya dalam perda, kemudian pelaksanaan aturan di dibawahnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa dan banjar.
Banjar mana yang akan menyusul?
Saya rasa minum minuman keras itu boleh karena bisa nge-boost mood kita, tapi kalau 'mind-set' udah mau minum buat gagah - gahan dan kuat - kuatan, ini yang bikin semuanya jadi runyam, dan kebanyakan dimasyarakat kita memang masih begitu bro, mungkin juga banyak diantara kita yang musti ngikut 'anger management course' diakui atau tidak di Bali emang masyarakatnya sekarang ini lebih garang en gampang naik darah, dan saya rassa ini adalah gamabaran nyata keadaan masyarakat yang sedang sakit :-)
ReplyDeleteCheers,
So far menurut saya aturan itu sangat positif. Karena kontrol individu juga harus dibarengi dengan kontrol institusi atau hukum
ReplyDelete