Friday 7 March 2008

KEKHUSUKAN SHOLAT JUM’AT DI HARI RAYA NYEPI

Saya dan bapak-bapak tetangga rumah satu gang berangkat berbarengan ke masjid An-Nur, yaitu masjid terdekat tempat kami tinggal di Denpasar. Dengan berjalan kaki sejauh sekitar 2 kilo meter lebih kami saling berbincang berbagai hal. Maklum selama ini jarang berangkat ke masjid bersama-sama tetangga apalagi jalan kaki seperti ini, sehingga terasa lebih kompak dan lebih akrab dalam kebersamaan. Dalam perjalanan banyak juga berbarengan umat muslim yang keluar dari gangnya masing-masing untuk bergabung menuju ke masjid Aneh memang, jalan raya yang biasanya selalu padat dan macet hari ini keliatan lenggang, sepi, tanpa ada kendaraan satupun, dan kalaupun ada manusia itu adalah pecalang atau orang yang berangkat sholat jum’at, selainnya tidak ada kecuali ada ijin khusus.

Jum’at, 7 Maret 2008 menjadi hari yang istimewa bagi umat muslim di Bali. Karena hari itu bertepatan Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu 2008 (tahun baru Saka 1930). Khusus di Bali umat muslim adalah minoritas sehingga sholat Jum’at saat itu adalah terasa berbeda dengan sholat jumat di derah lain.

Kesepian jalan di Bali tidak menghalangi umat muslim Bali untuk berbondong-bondong menuju masjid tempat sholat jum’at diadakan. Di tempat-tempat tertentu banyak dijumpai ‘pecalang’, petugas keamanan adat Bali berjaga-jaga mengamankan prosesi nyepi. Karena memang di hari Nyepi dilarang warga untuk keluar rumah kecuali ada ijin dari banjar atau desa setempat.

Berbeda dengan pawai “ogoh-ogoh” di hari sebelumnya, di hari jum’at akan benar-benar sepi. Kondisi sepi ini sangat terasa, sehingga suasana sholat jum’at pun menjadi begitu hening dan menambah kekhusukan. Tiada suara deru kendaraan atau klakson mobil dari jalan raya. Tiada kemacetan dan teriakan yang mengganggu. Pun tiada pula “sempritan” dan aba-aba dari juru parkir. Dan herannya “pengemis” yang biasanya berjubel di pintu-pintu masjid sekarang hilang entah kemana.

Iya, itulah gambaran dan kesan saya pada nyepi kali ini, itulah pengalaman saya sholat jumat kali ini. Mungkin itu juga gambaran toleransi antara umat muslim dan hindu di Bali, khususnya di dekat tempat tinggal saya. Wallahu’alam.


Hari Raya Nyepi
Sumber & Lengkapnya di sini.

Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada tanggal 1 sasih Kedasa. Secara lebih jelas, arti perayaan nyepi dijelaskan pada tajuk lain.

Kegiatan dalam menyambut Hari Raya Nyepi ini ada dua macam yaitu:

1. Sehari sebelum hari raya Nyepi, tepat pada bulan mati (tilem) melaksanakan upacara Bhuta Yadnya (mecaru).
2. Pada hari raya Nyepi yaitu awal tahun baru Saka yang jatuh pada tanggal 1 sasih Kedasa dilaksanakan upacara Yoga Samadhi.

Ada empat berata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya Nyepi, disebut Catur Berata Penyepian, yaitu:

1. Amati Geni berpantang menyalakan api
2. Amati Karya menghentikan aktivitas kerja
3. Amati Lelanguan berpantang menghibur diri / menghentikan kesenangan
4. Amati Lelungan berpantang bepergian

Dalam kesenyapan hari suci Nyepi ini kita mengadakan mawas diri, menyatukan pikiran, serta menyatukan cipta, rasa, dan karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri kita dan inti sari kehidupan semesta. Keesokan harinya yaitu hari raya Ngembak Geni, segenap isi rumah keluar pekarangan dan bermaaf-maafan dengan tetangga dan handai tolan yang ditemui, dalam suasana batin yang telah bersih dan dipenuhi kebijaksanaan.

Source: foto ogoh-ogoh

1 komentar:

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"