Monday 10 March 2008

ADEGAN SEKS DI RUANG TENGAH KELUARGA: Haruskan Diet Televisi?

Mencermati perkembangan siaran televisi dalam beberapa tahun terakhir ini, makin terasa bahwa regulasi bidang siaran televisi dan pelaksanaannya tidak cukup mampu menghasilkan isi siaran yang sopan, bermartabat, dan menghibur secara sehat serta aman bagi anak dan remaja.
Saat ini, telah ada 11 stasiun televisi yang bersiaran secara nasional. Siaran ini dapat ditangkap oleh sekitar 40 juta rumah tangga yang memiliki televisi di Indonesia. Bila satu rumah tangga beranggotakan 5 orang, artinya penonton TV di Indonesia mencapai kurang lebih 200 juta jiwa.

Bila diasumsikan bahwa setiap stasiun TV bersiaran selama 20 jam sehari, maka pada saat ini setiap hari ditayangkan sekitar 220 jam acara TV yang berasal dari luar maupun produksi lokal. Dalam setahun, diperoleh angka kurang lebih 80.000 jam! Sinetron menjadi jenis tayangan yang paling menonjol dan paling tinggi frekuensinya penayangannya dibandingkan jenis acara televisi lainnya.

Hasil riset 67 peneiliti dari 18 perguruan tinggi di Indonesia menemukan fakta banyaknya adegan seks dalam tayangan sinetron remaja. Adegan tersebut memang tidak langsung memperlihatkan hubungan seks, tpai menurut mereka, berpusat pada adegan ‘hubungan seks’ (57%) , karena shot pembukanya sudah cukup mengasosiasikan bahwa hubungan tersebut (akan) terjadi.
Jenis adegan seks lainnya adalah ciuman (18%), pemerkosaan (12%), dan kata-kata cabul (10%). Ditemukan juga adegan telanjang (2%) dan seks menyimpang (1%). Porsinya memang kecil. Namun,fakta bahwa adegan semacam ini muncul secara bebas di layar kaca adalah fenomena yang perlu diwaspadai.
Aktor senior Slamet Rahardjo pun bersuara, “Saat ini bangsa kita tidak dijajah oleh nuklir, tetapi oleh media,” katanya di sela-sela acara ekspose hasil riset tersebut akhir Februari lalu.
Profil sinetron remaja Indonesia menjadikan adegan kekerasan, seks menjadi porsi utama, bukan sekedar bumbu. Kesimpulan peneliti bahwa 86% adegan sinetron didominasi adegan yang tidak sesuai moralitas. Sedangkan adegan yang sesuai dengan moralitas (seperti menolong teman, menghormati orang tua, bersikap sopan, dan berdoa) hanya ditemukan tak lebih dari 14 %.
Sinetron dengan segmen remaja memang menjadi sasaran utama karena potensi jumlah penontonnya yang sangat besar, tidak saja dari mereka yang berumur 12-18 tahun, tetapi juga ditonton oleh anak-anak dan orang tua. Maka tidak heran jika sangat mempengaruhi gaya, busana dan prilaku anak-anak. Kata-kata seperti “pergi kamu”, “aku benci kamu”, “dasar anak gak tahu diri”, jadi biasa dalam permainan anak-anak dengan teman sebayanya. Atau tulisan “I love u my boyfriend, I miss u, bersileweran di layar ponsel. Pokoknya senetron Bangetlah.

Di bawah ini beberapa tips Diet Televisi yang saya ambil dari harian republika, semoga tips ini bermanfaat, terutama bagi Ibu-ibu atau Bapak-bapak yang sering mendampingi putra-putrinya di rumah.

Tips Diet Televisi
- Menonton televisi maksimal dua jam sehari
- Membatasi tayangan-tayangan tertentu untuk anak
- Mengatur waktu menonton yang tepat (sore atau malam) buat anak
- Mendampingi anak saat menonton televisi
- Memberi alternatif aktifitas pengganti nonton televisi

Semoga bermanfaat, Wallauhu’alam.
(Source : dari berbagai sumber)

2 komentar:

  1. Gk hanya tv video game aja jg ada dimasukan unsur seks nya,gila2 bnr2 mgrikan dunia skrg

    ReplyDelete
  2. ada juga vcd bajakan yg di dalamnya di selipkan film porno...dan anak yg melihat tersebut langsung menjerit dan shock. bapak2 dan ibu2 sekalian, hati2 dalam membeli vcd bajakan, jika tidak diperlukan, mending beli yg asli aja deh... Insya Allah lebih aman dan harga mahal jangan menjadi kendala. krn jika jiwa anak rusak dan akan terjadi trauma pada anak, biaya nya akan lebih mahal. bahkan tidak bisa tergantikan dengan uang. semoga bermanfaat....

    ReplyDelete

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"