Hubungan seks di luar nikah dijadikan salah satu syarat untuk bisa masuk dalan kelompok mereka.
Prof Dr dr LK Suryani SpKJ (K), ahli kesehatan jiwa Universitas Udayana Denpasar mengatakan bahwa tercatat sebanyak 952 orang remaja mati bunuh diri dalam lima tahun terakhir. Atau sekitar 190 orang dalam setahun atau setiap dua hari remaja Bali mati karena bunuh diri.
“Mereka terdiri atas kalangan remaja laki-laki sebanyak 66,5 persen. Mayoritas dari usia kurang 20 tahun sebesar 13,7 persen,” kata Suryani di hadapan 200 guru SMP dan SMA di Denpasar, Selasa (1/7/08) dalam seminar Guru “Memahami Perkembangan Mental Anak Didik” yang diselenggarakan oleh PT Telkomsel.
Menurut Suryani, seiring kemajuan teknologi dan arus globalisasi, anak-anak semakin pandai, tapi mentalnya melemah. Para remaja tidak lagi mewarisi semangat berjuang sehingga menjadi malas bekerja, tidak mau susah, dan sebaliknya hanya mau menerima enaknya saja. Akibatnya mereka tidak memiliki daya saing dan akhirnya sulit mendapatkan pekerjaan.
Di sisi lain, Suryani juga menyoroti menurunnya kebanggaan para remaja terhadap nilai-nilai moral. Ada sekelompok masyarakat remaja merasa bangga kalau mereka bisa melakukan hubungan seks sebelum menikah dan merasa malu kalau belum melakukan hal itu. Bahkan hubungan seks di luar nikah dijadikan salah satu syarat untuk bisa masuk dalan kelompok mereka.
Dari penelitian yang dilakukannya, kebanyakan anak-anak yang sikap mentalnya berkembang negatif dikarenakan kurangnya komunikasi dengan orang tua. Dari 100 responden yang diteliti, Suryani menyimpulkan perkembangan sikap mental anak sangat tergantung pada intensitas komunikasi dengan orang tua di rumah.
“Kalau ingin mental anak berkembang secara positif, orang tua harus menyediakan waktu yang cukup bagi anak-anaknya, “kata Suryani.
Ditulis kembali dari Republika (02/07/08)
Prof Dr dr LK Suryani SpKJ (K), ahli kesehatan jiwa Universitas Udayana Denpasar mengatakan bahwa tercatat sebanyak 952 orang remaja mati bunuh diri dalam lima tahun terakhir. Atau sekitar 190 orang dalam setahun atau setiap dua hari remaja Bali mati karena bunuh diri.
“Mereka terdiri atas kalangan remaja laki-laki sebanyak 66,5 persen. Mayoritas dari usia kurang 20 tahun sebesar 13,7 persen,” kata Suryani di hadapan 200 guru SMP dan SMA di Denpasar, Selasa (1/7/08) dalam seminar Guru “Memahami Perkembangan Mental Anak Didik” yang diselenggarakan oleh PT Telkomsel.
Menurut Suryani, seiring kemajuan teknologi dan arus globalisasi, anak-anak semakin pandai, tapi mentalnya melemah. Para remaja tidak lagi mewarisi semangat berjuang sehingga menjadi malas bekerja, tidak mau susah, dan sebaliknya hanya mau menerima enaknya saja. Akibatnya mereka tidak memiliki daya saing dan akhirnya sulit mendapatkan pekerjaan.
Di sisi lain, Suryani juga menyoroti menurunnya kebanggaan para remaja terhadap nilai-nilai moral. Ada sekelompok masyarakat remaja merasa bangga kalau mereka bisa melakukan hubungan seks sebelum menikah dan merasa malu kalau belum melakukan hal itu. Bahkan hubungan seks di luar nikah dijadikan salah satu syarat untuk bisa masuk dalan kelompok mereka.
Dari penelitian yang dilakukannya, kebanyakan anak-anak yang sikap mentalnya berkembang negatif dikarenakan kurangnya komunikasi dengan orang tua. Dari 100 responden yang diteliti, Suryani menyimpulkan perkembangan sikap mental anak sangat tergantung pada intensitas komunikasi dengan orang tua di rumah.
“Kalau ingin mental anak berkembang secara positif, orang tua harus menyediakan waktu yang cukup bagi anak-anaknya, “kata Suryani.
Ditulis kembali dari Republika (02/07/08)
0 komentar:
Post a Comment
Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com
Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"