Panas terik, fatamorgana, perampok, dan perang bukanlah halangan untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Mahakuasa. Bahkan, perjalanan yang keras sejauh 75.000 mil atau 120.000 kilometer tetap ditempuh demi mengikuti perjalanan Nabi Muhammad mengunjungi makam Nabi Ibrahim di Mekkah.
”Kalaupun saya harus mati, biarlah saya mati dalam perjalanan saya ke Mekkah,” kata Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau Ibnu Batutah (1304-1368).
Inilah awal pembukaan film dokumenter Journey to Mecca-In The Footsteps of Ibn Battuta, yang diputar di Teater Imax Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah sejak Sabtu (18/4). Film perjalanan haji terlama menjadi tanda peringatan ulang tahun Teater Imax ke-25.
”Setelah film-film bertemakan keindahan alam dan budaya Indonesia, lalu ilmu pengetahuan dan teknologi, kini kami mempersembahkan film mengenai perjalanan haji yang layak ditonton oleh siapa saja,” kata Purwanto, Manajer Teater Imax Keong Emas, dalam pemutaran perdana film ini, Sabtu.
Film ini memang pantas ditonton oleh semua khalayak, baik bagi umat Islam, baik yang sudah berhaji maupun yang belum, ataupun pemeluk agama lain, karena film ini lebih menyajikan pemandangan alam Timur Tengah dengan sangat indah dan halus, melalui cerita perjalanan yang dilakukan Ibnu Batutah.
Dari layar raksasa berukuran 21,5 meter x 29,3 meter, penonton seolah diajak melintasi padang pasir yang tandus dan panas menyilaukan. Menyaksikan peribadatan menakjubkan saat tiga juta manusia dari seluruh dunia setiap tahun mengelilingi Hajar Aswad.
Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat mengatakan, perjalanan haji Ibnu Batutah tidak ditulis sendiri oleh Ibnu Batutah, tetapi ditulis oleh juru tulis Istana Kesultanan Maroko. Ibnu Batutah adalah pemuda Maroko yang ingin menunaikan ibadah haji karena mimpi.
Kedua orangtuanya sangat mengkhawatirkan dan berusaha mencegahnya mengingat usia Ibnu Batutah masih muda. Namun, keinginannya tidak bisa dibendung dan dicegah. Ayahnya memberikan seekor kuda yang sangat kuat, sedangkan ibunya memberikan pakaian haji, ihram. Pakaian ini yang kelak menyelamatkan dia dari keganasan bandit-bandit di gurun yang panas.
Ibnu Batutah bukanlah ahli geografi yang mengetahui peta dunia. Namun, karena tekadnya yang bulat, dia mampu mencapai Mekkah dengan berbagai kendala.
Perjalanan ke Mekkah ini merupakan awal dari perjalanannya menempuh jarak 5.000 mil mulai dari Tangier, Maroko, Damaskus, Madinah, dan terus ke Mekkah. Medan yang keras dan berbahaya karena rawan gangguan keamanan, melintasi pegunungan dan gurun di Maroko, Gurun Sahara, dan Sungai Nil.
Dari perjalanannya, Ibnu Batutah melihat beragam budaya dan peradaban dari berbagai bangsa yang disinggahinya. ”Peradaban bangsa yang luput dari catatan-catatan sejarah lainnya,” kata Bahrul.
Film dokumenter yang diproduksi Cosmic Picture ini memang tidak menceritakan pengalaman Ibnu Batutah saat dia berinteraksi dengan peradaban bangsa lain. Namun, film ini mampu menyajikan gambaran perjalanan haji yang sangat menuntut kesiapan mental. Kesiapan mental untuk menghadapi segala rintangan yang melelahkan secara fisik maupun mental.
Ibnu Batutah berhasil mencapai Mekkah dalam waktu 18 bulan, beberapa hari menjelang dilangsungkannya musim ibadah haji.
”Kalaupun saya harus mati, biarlah saya mati dalam perjalanan saya ke Mekkah,” kata Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau Ibnu Batutah (1304-1368).
Inilah awal pembukaan film dokumenter Journey to Mecca-In The Footsteps of Ibn Battuta, yang diputar di Teater Imax Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah sejak Sabtu (18/4). Film perjalanan haji terlama menjadi tanda peringatan ulang tahun Teater Imax ke-25.
”Setelah film-film bertemakan keindahan alam dan budaya Indonesia, lalu ilmu pengetahuan dan teknologi, kini kami mempersembahkan film mengenai perjalanan haji yang layak ditonton oleh siapa saja,” kata Purwanto, Manajer Teater Imax Keong Emas, dalam pemutaran perdana film ini, Sabtu.
Film ini memang pantas ditonton oleh semua khalayak, baik bagi umat Islam, baik yang sudah berhaji maupun yang belum, ataupun pemeluk agama lain, karena film ini lebih menyajikan pemandangan alam Timur Tengah dengan sangat indah dan halus, melalui cerita perjalanan yang dilakukan Ibnu Batutah.
Dari layar raksasa berukuran 21,5 meter x 29,3 meter, penonton seolah diajak melintasi padang pasir yang tandus dan panas menyilaukan. Menyaksikan peribadatan menakjubkan saat tiga juta manusia dari seluruh dunia setiap tahun mengelilingi Hajar Aswad.
Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat mengatakan, perjalanan haji Ibnu Batutah tidak ditulis sendiri oleh Ibnu Batutah, tetapi ditulis oleh juru tulis Istana Kesultanan Maroko. Ibnu Batutah adalah pemuda Maroko yang ingin menunaikan ibadah haji karena mimpi.
Kedua orangtuanya sangat mengkhawatirkan dan berusaha mencegahnya mengingat usia Ibnu Batutah masih muda. Namun, keinginannya tidak bisa dibendung dan dicegah. Ayahnya memberikan seekor kuda yang sangat kuat, sedangkan ibunya memberikan pakaian haji, ihram. Pakaian ini yang kelak menyelamatkan dia dari keganasan bandit-bandit di gurun yang panas.
Ibnu Batutah bukanlah ahli geografi yang mengetahui peta dunia. Namun, karena tekadnya yang bulat, dia mampu mencapai Mekkah dengan berbagai kendala.
Perjalanan ke Mekkah ini merupakan awal dari perjalanannya menempuh jarak 5.000 mil mulai dari Tangier, Maroko, Damaskus, Madinah, dan terus ke Mekkah. Medan yang keras dan berbahaya karena rawan gangguan keamanan, melintasi pegunungan dan gurun di Maroko, Gurun Sahara, dan Sungai Nil.
Dari perjalanannya, Ibnu Batutah melihat beragam budaya dan peradaban dari berbagai bangsa yang disinggahinya. ”Peradaban bangsa yang luput dari catatan-catatan sejarah lainnya,” kata Bahrul.
Film dokumenter yang diproduksi Cosmic Picture ini memang tidak menceritakan pengalaman Ibnu Batutah saat dia berinteraksi dengan peradaban bangsa lain. Namun, film ini mampu menyajikan gambaran perjalanan haji yang sangat menuntut kesiapan mental. Kesiapan mental untuk menghadapi segala rintangan yang melelahkan secara fisik maupun mental.
Ibnu Batutah berhasil mencapai Mekkah dalam waktu 18 bulan, beberapa hari menjelang dilangsungkannya musim ibadah haji.
0 komentar:
Post a Comment
Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com
Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"