Saudaraku, Sudahkah kita sejenak berfikir dan merenung,bahwa begitu besar amanah yang dibebankan oleh Allah SWT kepada manusia. Amanah yang semula ditawarkan Allah SWT kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka enggan memikul amanah itu karena khawatir mengkhianatinya. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, profesi dan kedudukan kita adalah sebuah amanah yang harus dipertanggunjawabkan dihadapan Allah SWT. Kita masih ingat pesan Rasulullah bahwa Setiap kita adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.
Saudaraku, Kadangkala dalam kesibukan aktifitas dan beban kerja-kerja kita yang melelahkan, kita perlu berhenti sejenak. Rehat untuk evaluasi, revisi dan konsolidasi atas kerja-kerja yang telah kita lakukan. Kita buka kembali ‘peta perjalanan’ yang kita miliki. Sudah berapa langkah kita buat? Berapa banyak lagi yang harus ditempuh? Cukupkah perbekalan kita? Ah, ternyata alam tempat kita bernaungpun sudah banyak berubah!. Pentingkah kita membuat penyesuaian, atau masih enggan membuat perubahan? Adakah yang masih menganggap bahwa berhenti sejenak adalah tabu? Adalah pertanda kemunduran, bahkan futur?
Berhenti sejenak, adalah muhasabah. Melakukan evaluasi dan menghitung diri untuk kembali bekerja dengan kemampuan yang lebih dasyat. Kita membutuhkan saat-saat tenang untuk memproyeksikan diri secara jujur dan menjadi lebih obyektif dalam menilaia, kita periksa kembali apakah perjalanan kita masih berada di ‘rel’ yang benar. Rasulullah saw. beristirahat setelah merasa kelelahan datang dari medan peperangan,‘arihni bi shalat ya bilal’ yang artinya istirahatkan aku dengan shalat ya bilal.
Seperti pada zamannya Rasulullah saw., beliau dan para sahabatnya pun sering melakukan “berhenti sejenak” ini. Berhenti sejenak model Rasulullah ini disebutnya majlis iman. Majlis iman kita butuhkan untuk dua keperluan. Pertama, untuk memantau keseimbangan antara berbagai perubahan pada lingkungan di sekitar kita. Yang ingin kita capai dari upaya ini adalah memperbarui dan mempertajam orientasi kita; melakukan penyelarasan dan penyeimbangan. Kedua, untuk mengisi ulang hati kita dengan energi baru sekaligus membersihkan debu-debu yang melekat padanya selama menapaki jalan dakwah dan membersihkan rasa ‘kebosanan’ dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupan. Yang ingin kita raih adalah memperbarui komitmen dan janji setia kita kepada Allah swt. bahwa kita akan tetap teguh memegang janji itu; bahwa kita akan tetap setia memikul beban amanat dakwah ini; bahwa kita akan tetap tegar menghadapi semua tantangan; bahwa yang kita harap dari semua ini hanyalah ridha-Nya.
Hari-hari panjang yang kita lalui ini mungkin menguras seluruh energi jiwa yang kita miliki sehingga muncullah kata-kata “lelah”, “letih”, “capek”, “bosan”, maka majlis iman adalah tempat kita berhenti sejenak untuk mengisi hati dengan energi yang tercipta dari kesadaran baru, semangat baru, tekad baru, harapan baru, dan keberanian baru.
Berhenti sejenak untuk melihat dan menilai diri sendiri mengharuskan seseorang untuk berada pada angle dan perspektif yang tepat. Ibarat melihat sebuah lukisan, jika terlalu dekat kita melihatnya, maka keindahan dan harmoni warna yang tercipta tidak akan bisa dinikmati. Begitu pun dengan melihat diri sendiri. Selama seseorang memposisikan dia sebagai ‘orang dalam’ maka gambaran dia yang sesungguhnya pun akan sulit untuk tercipta dengan sempurna. Ada kekeliruan yang tersembunyi maupun potensi yang tidak disadari.
Berangkat dari sini, seseorang perlu menarik diri sejenak, melihat dari luar apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Dengan memposisikan diri sebagai ‘orang luar’, seseorang akan lebih jernih dan arif dalam menilai dirinya. Jadikan diri Anda sebagai objek untuk Anda kritik. Anda bangun dan berilah penilaian sebagaimana Anda menilai orang lain. Carilah solusi atas masalah yang menimpa Anda. Bukankah setiap kita punya potensi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri?
.::.Alim Mahdi.::.
Saudaraku, Kadangkala dalam kesibukan aktifitas dan beban kerja-kerja kita yang melelahkan, kita perlu berhenti sejenak. Rehat untuk evaluasi, revisi dan konsolidasi atas kerja-kerja yang telah kita lakukan. Kita buka kembali ‘peta perjalanan’ yang kita miliki. Sudah berapa langkah kita buat? Berapa banyak lagi yang harus ditempuh? Cukupkah perbekalan kita? Ah, ternyata alam tempat kita bernaungpun sudah banyak berubah!. Pentingkah kita membuat penyesuaian, atau masih enggan membuat perubahan? Adakah yang masih menganggap bahwa berhenti sejenak adalah tabu? Adalah pertanda kemunduran, bahkan futur?
Berhenti sejenak, adalah muhasabah. Melakukan evaluasi dan menghitung diri untuk kembali bekerja dengan kemampuan yang lebih dasyat. Kita membutuhkan saat-saat tenang untuk memproyeksikan diri secara jujur dan menjadi lebih obyektif dalam menilaia, kita periksa kembali apakah perjalanan kita masih berada di ‘rel’ yang benar. Rasulullah saw. beristirahat setelah merasa kelelahan datang dari medan peperangan,‘arihni bi shalat ya bilal’ yang artinya istirahatkan aku dengan shalat ya bilal.
Seperti pada zamannya Rasulullah saw., beliau dan para sahabatnya pun sering melakukan “berhenti sejenak” ini. Berhenti sejenak model Rasulullah ini disebutnya majlis iman. Majlis iman kita butuhkan untuk dua keperluan. Pertama, untuk memantau keseimbangan antara berbagai perubahan pada lingkungan di sekitar kita. Yang ingin kita capai dari upaya ini adalah memperbarui dan mempertajam orientasi kita; melakukan penyelarasan dan penyeimbangan. Kedua, untuk mengisi ulang hati kita dengan energi baru sekaligus membersihkan debu-debu yang melekat padanya selama menapaki jalan dakwah dan membersihkan rasa ‘kebosanan’ dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupan. Yang ingin kita raih adalah memperbarui komitmen dan janji setia kita kepada Allah swt. bahwa kita akan tetap teguh memegang janji itu; bahwa kita akan tetap setia memikul beban amanat dakwah ini; bahwa kita akan tetap tegar menghadapi semua tantangan; bahwa yang kita harap dari semua ini hanyalah ridha-Nya.
Hari-hari panjang yang kita lalui ini mungkin menguras seluruh energi jiwa yang kita miliki sehingga muncullah kata-kata “lelah”, “letih”, “capek”, “bosan”, maka majlis iman adalah tempat kita berhenti sejenak untuk mengisi hati dengan energi yang tercipta dari kesadaran baru, semangat baru, tekad baru, harapan baru, dan keberanian baru.
Berhenti sejenak untuk melihat dan menilai diri sendiri mengharuskan seseorang untuk berada pada angle dan perspektif yang tepat. Ibarat melihat sebuah lukisan, jika terlalu dekat kita melihatnya, maka keindahan dan harmoni warna yang tercipta tidak akan bisa dinikmati. Begitu pun dengan melihat diri sendiri. Selama seseorang memposisikan dia sebagai ‘orang dalam’ maka gambaran dia yang sesungguhnya pun akan sulit untuk tercipta dengan sempurna. Ada kekeliruan yang tersembunyi maupun potensi yang tidak disadari.
Berangkat dari sini, seseorang perlu menarik diri sejenak, melihat dari luar apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Dengan memposisikan diri sebagai ‘orang luar’, seseorang akan lebih jernih dan arif dalam menilai dirinya. Jadikan diri Anda sebagai objek untuk Anda kritik. Anda bangun dan berilah penilaian sebagaimana Anda menilai orang lain. Carilah solusi atas masalah yang menimpa Anda. Bukankah setiap kita punya potensi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri?
.::.Alim Mahdi.::.
0 komentar:
Post a Comment
Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com
Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"