Monday, 29 June 2009

Hati-hati Kirim SMS! Tabayyun-lah...

Seorang teman mengaku sangat tergangu. Sebelumnya, dalam sehari dia menerima tiga sampai lima pesan pendek di telfon genggamnya. Belakangan jumlahnya semakin banyak. Sebagian kecil pengiriman pesan pendek itu dikenal, namun sebagian besar tidak dikenal .
Teman itu berkata: apakah seperti ini demokrasi, setiap orang bisa menyebarkan fitnah dan peremusuhan tanpa merasa bersalah apalagi betanggung jawab? Jika demokrasi adalah kebebasan menyebarluaskan fitnah dan permusuhan, maka demokrasi menjadi musuh bagi etika dan bahkan juga bagi agama.

Dia bercerita berbagai pesan pendek itu berisikan hasutan untuk tidak memilih salah satu pasangan calon prresiden, diantaranya karena alasan agama. Ada juga tentang berbagai musibah, di antaranya tsunami. Menurut pengirim pesan pendek itu karena Allah murka dengan calon presiden trsebut.

Pengiriman pesan pepndek itu,yang membuat teman ini sangat gusar, justru mereka yang memahami Surah Al-Hujarat. Surah yang ditujukan kepada orang–orang beriman agar melakukan tabayyun (cek dan ricek) apabila mendenagar suatu berita yang belum di pastikan kebenarannya.

Teman itu dapat memahami jika pesan pendek tersebut merupakan serangan terhadap visi, misi, dan rekam jejak capres – cawapres jika disertai bukti-bukti. Baginya mengkritisi visi, misi, dan jajak rekam para capres justru menjadi tuntunan kepada calon pemilih sebelum menentukan pilihannya. Setiap calon harus siap dibuka rekam jejaknya–agar tidak membeli kucing dalam karung-meski sebaik-baiknya adalah tidak membuka aib seseorang.

Begitulah yang terjadi menjelang pilpres ini. Mereka menyebar kabar yang diperoleh dari sumber yang tidak jelas asal-usulnya, bukan dari sumber primer. Meraka menyambung satu dengan yang lainnya, mencocokan satu dengan yang lainnya. Dari situ, mereka membuat kesimpulan. Kemudian mereka berkata bahwa kesimppulan tersebut benar, karena itu harus disebarkan.

Bukan politik yang membawa orang salah jalan. Melainkan hatilah yang menjadi sopirnya. Apabila politik dijalankan denagan hati bersih, maka ia akan menjadi mata air yang membersihkan. Namun ketika politik dijalankan dengan hati yang kotor, maka ia tidak saja menjadi air keruh, tetapi juga membahayakan . Berbagai bibit ada di situ . Maka, fitnah dan penyesatan menjadi sesuatu yang normal bahkan keharusan.

Maka berhentilah menyebarkan fitnah. Berhentilah menghasut. Jalaludin Rumi (1207-1273) berkata bahwa manusia dalam hidupnya banyak sekali menanam pohon berduri dalam hatinya.

Kini segeralah berbenah , kembalilah kepada hati bersih . Tebang pohon – pohon penyakit hati itu sebelum ia menjadi besar dan akarnya menghujam, melingkar, dan kemudian ia akan membusuk dalam diri.

Jadi, tabayyun-lah sebelum menyebarluaskan sesuatu yang diragukan kebenarannya. Bukankah agama memerintahkan hal itu? .::.

Disalin kembali dari Republika, Resonansi, tulisan: Asro Kamal Rokan, dengan perubahan judul.


0 komentar:

Post a Comment

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"