Paket SOP Toko Retail Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Toko Retail Modern.

Key Performance Indicator (KPI)

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : Key Performance Indicator (KPI).

Konsultan SOP Perusahaan

Master SOP adalah Konsultan SOP dan Sistem Bisnis untuk bisnis yang Autopilot.

Paket SOP Garmen / Konveksi

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Garmen / Konveksi.

Paket SOP Resto Modern

Refrensi dan Contoh Lengkap Penyusunan SOP dari Produk Paket Serial Contoh SOP Perusahaan : SOP Resto Modern.

Wednesday, 28 April 2010

Jadilah Kitab Walau tanpa Judul

"Kun kitaaban mufiidan bila 'unwaanan, wa laa takun 'unwaanan bila kitaaban."
"Jadilah kitab yang bermanfaat walaupun tanpa judul. Namun, jangan menjadi judul tanpa kitab."

KH. Hilmi Aminuddin
Pepatah dalam bahasa Arab itu menyiratkan makna yang dalam, terutama menyangkut kondisi bangsa saat ini yang sarat konflik perebutan kekuasaan dan pengabaian amanah oleh pemimpin-pemimpin yang tidak menebar manfaat dengan jabatan dan otoritas yang dimilikinya. Bangsa ini telah kehilangan ruuhul jundiyah, yakni jiwa ksatria. Jundiyah adalah karakter keprajuritan yang di dalamnya terkandung jiwa ksatria sebagaimana diwariskan pejuang dan ulama bangsa ini saat perjuangan kemerdekaan.

Semangat perjuangan (hamasah jundiyah) adalah semangat untuk berperan dan bukan semangat untuk mengejar jabatan, posisi, dan gelar-gelar duniawi lainnya (hamasah manshabiyah). Saat ini, jiwa ksatria itu makin menghilang. Sebaliknya, muncul jiwa-jiwa kerdil dan pengecut yang menginginkan otoritas, kekuasaan, dan jabatan, tetapi tidak mau bertanggung jawab, apalagi berkurban. Yang terjadi adalah perebutan jabatan, baik di partai politik, ormas, maupun pemerintahan. Orang berlomba-lomba mengikuti persaingan untuk mendapatkan jabatan, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Akibatnya, di negeri ini banyak orang memiliki "judul", baik judul akademis, judul keagamaan, judul kemiliteran, maupun judul birokratis, yang tanpa makna. Ada judulnya, tetapi tanpa substansi, tanpa isi, dan tanpa roh.

Padahal, ada kisah-kisah indah dan heroik berbagai bangsa di dunia. Misalnya, dalam Sirah Shahabah, disebutkan bahwa Said bin Zaid pernah menolak amanah menjadi gubernur di Himsh (Syria). Hal ini membuat Umar bin Khattab RA mencengkeram leher gamisnya seraya menghardiknya, "Celaka kau, Said! Kau berikan beban yang berat di pundakku dan kau menolak membantuku." Baru kemudian, dengan berat hati, Said bin Zaid mau menjadi gubernur.

Ada lagi kisah lain, yaitu Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid pada saat memimpin perang. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pengultusan kepada sosok panglima yang selalu berhasil memenangkan pertempuran ini. Khalid menerimanya dengan ikhlas. Dengan singkat, ia berujar, "Aku berperang karena Allah dan bukan karena Umar atau jabatanku sebagai panglima." Ia pun tetap berperang sebagai seorang prajurit biasa. Khalid dicopot "judul"-nya sebagai panglima perang. Namun, ia tetap membuat "kitab" dan membantu menorehkan kemenangan.

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah tersebut adalah janganlah menjadi judul tanpa kitab; memiliki pangkat, tetapi tidak menuai manfaat. Maka, ruuhul jundiyah atau jiwa ksatria yang penuh pengorbanan harus dihadirkan kembali di tengah bangsa ini sehingga tidak timbul hubbul manaashib, yaitu cinta kepada kepangkatan, jabatan-jabatan, bahkan munafasah 'alal manashib, berlomba-lomba untuk meraih jabatan-jabatan. Semoga. (Republika)


.::.Alim Mahdi.::.

Friday, 23 April 2010

Ayah Bangga padamu Nak! (Belajar Empati)

Aku seorang ayah dari anak perempuan berumur 11 tahun yang manis dan cerdas bernama Dhira. Suatu pagi Dhira berkata padaku, ”Ayah, aku akan habiskan bubur ini, asalkan ayah mau mengabulkan permintaanku dan berjanji untuk mempercayaiku…” Aku cukup heran mendengar permintaannya itu. Biasanya Dhira memang tidak pernah mau menghabiskan bubur buatan bundanya.

Dhira malah pernah berkata bahwa memakan bubur itu adalah siksaan fisik terberat baginya. Bubur itu memang tampak tidak menarik, tetapi racikan resep keluarga turun-temurun itu kami yakini sangatlah berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan anak-anak. Istriku, bundanya Dhira, selalu saja jengkel setiap kali berurusan dengan hal ini, Dhira tidak pernah mau memakan bubur itu, paling banyak ia hanya makan 5 suap dan kemudian kabur !

”Oke, asalkan kau habiskan bubur itu dan tidak membuat bundamu jengkel hari ini. Tapi jangan minta sesuatu yang mahal-mahal, ya. Dua minggu lalu kamu kan baru saja berulang tahun dan kamu baru saja dapat hadiah-hadiah,” jawabku.
”Baik ayah! Tidak…tidak mahal koq! Yang penting ayah tepati janji ayah ini” sahut Dhira sambil tersenyum padaku. Dhira mulai mengangkat mangkuk buburnya dan mulai makan.

Tampak sekali raut wajah keterpaksaan dan penderitaan. Sedikit demi sedikit Dhira memakan bubur itu. Berulang kali ia harus berhenti untuk menahan agar tidak memuntahkannya kembali. Dalam benakku sempat kubertanya-tanya apa yang membuat Dhira rela tersiksa dan memaksa diri sekuat tenaga untuk menghabiskan bubur itu. Beberapa saat kemudian Dhira selesai. Aku kagum karena mangkuknya benar-benar bersih. Tak ada bekas! Istriku dan nenek Dhira turut bertepuk tangan karena hal itu. Ternyata mereka turut menonton apa yang Dhira lakukan tanpa kusadari.

Setelah minum ia menghampiriku dan berkata, ”Nah, ayah janji akan kabulkan permintaanku kan?”
”Oh, pasti sayangku, katakanlah,”jawabku.
Dhira membisikkan sesuatu ke telingaku… Aku terhenyak, ”Mana bisa Dhira…permintaanmu itu konyol! Ayah tak mungkin kabulkan itu!”

”Tapi, ayah sudah janji!”teriak Dhira sambil mulai menangis. Istriku dan nenek Dhira menghampiri, mereka bertanya tentang apa yang terjadi. ”Mana mungkin ayah dapat kabulkan permintaan itu sayang? Mencukur gundul kepalamu adalah permintaan yang tidak masuk akal!” sahutku kemudian.

Istri dan nenek Dhira terbelalak, mereka mulai marah pada Dhira, mereka bertanya apa alasan Dhira. Tapi Dhira hanya menangis dan berteriak-teriak menjawab berulang-ulang, ”Ayah sudah janji! Ayah sudah janji!”

Dalam keributan itu aku tersadar, ”Ya, aku sudah berjanji pada Dhira, permintaannya memang aneh, tetapi tidak mahal, dan di atas semua itu aku berjanji untuk mempercayai Dhira… Ya, janji adalah janji. Jika aku ingin Dhira menjadi seorang yang teguh memegang janji, maka aku harus tepati janjiku!”
Akhirnya, tanpa sadar, kata-kataku berikutnya menghentikan keributan itu… ”Baik! Ayah akan kabulkan. Ayah percaya padamu, Dhira!”
Dhira berhenti menangis, ia menoleh, tersenyum dan langsung berlari memeluk-ku, ”Terima kasih ayah!”

Dalam sisa hari itu, Dhira benar-benar bahagia. Ia terus mengumbar senyum dan berdendang. Istriku begitu jengkel padaku, apalagi sepulang dari cukur rambut. Wajah nenek Dhira tampak kecewa dengan terus mengelus-elus dada, istriku pun kembali marah padaku. Dhira tetap bahagia dan terus menjawab, “Ayah percaya padaku, bunda. Tenang saja,“ setiap kali bundanya bertanya apa alasannya mencukur gundul kepalanya.
Esok harinya, kuantar Dhira ke sekolah seperti biasa, sepanjang jalan ia tersenyum dan bernyanyi-nyanyi. Ingin aku bertanya pada Dhira apa alasannya tapi aku tak kuasa. Sampai di sekolah kulihat Dhira melambai-lambaikan tangan pada seorang anak lelaki yang juga baru turun dari mobilnya. ”Boby!” teriak Dhira.
Setelah mobil berhenti, Dhira mencium tanganku dan berkata, ”Terima kasih Ayah” tak pernah kulihat pancaran mata sebahagia itu. Dhira berlari-lari kecil menghampiri bocah yang bernama Boby tadi. Sesaat kemudian baru kusadari bahwa kepala Boby juga gundul licin!

Aku terkesima dan keluar dari mobil, aku pun tak sadar kalau ada seorang ibu yang tiba-tiba telah berada di sampingku dan menyalamiku. ”Bapak ayahnya Dhira kan?” tanyanya sambil menyalamiku. Aku hanya mengangguk dengan penuh tanda tanya. ”Terima kasih pak, bapak pasti bangga pada Dhira…” ucap ibu itu. ”Oh…eh iya” jawabku terbata-bata.

”Boby itu anak saya, pak” kata ibu itu ”Ia menderita kanker dan kini rambutnya rontok habis karena kemoterapi yang dijalaninya sejak sebulan lalu” jelasnya.
”Jumat lalu Boby menolak untuk sekolah, karena banyak teman yang mengejek kepala gundulnya itu. Kemudian Dhira menelpon kami hari Sabtunya. Ia berusaha mengajak Boby masuk sekolah, Dhira sampai berjanji akan menggunduli rambutnya yang panjang itu agar Boby mau masuk sekolah dan tidak takut diejek oleh teman-temannya lagi. Dan hari ini, Dhira menepati janjinya. Sekali lagi terima kasih, pak” cerita ibu itu. Aku terpaku, hingga tak sadar air mataku menetes… Dalam benak aku bergumam,”Dhira, ayah bangga padamu”.

.::.
Sumber: Ummu Saif
.::.

Thursday, 22 April 2010

Wanita-Wanita Pengukir Sejarah (bagian ke-2): Saudah binti Zam’ah

Nama lengkapnya Saudah binti Zam’ah bin Qais. Ia masuk Islam bersama suaminya, Sakran bin Amr, di masa awal dakwah Islam. la ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Suaminya meninggal di Mekah setelah ia pulang dari Habasyah bersama kaum muslimin. Ia berpostur tubuh tinggi dan kurus. la terkenal suka berkelakar, bercanda, dan humor. la adalah wanita yang suka berderma.

la merawikan 5 hadits dari Nabi. Di antaranya, ia berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi sembari berkata, “Ayahku telah lanjut usia dan ia sudah tidak mampu menunaikan haji.” Nabi bersabda, “Bukankah seandainya ayahmu punya utang, lalu kamu melunasinya, dan itu akan diterima? ” “Ya”, jawab laki-laki itu. “Allah Maha Pengasih, maka tunaikanlah haji atas nama ayahmu!” kata Nabi.

Saudah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah setelah Khadijah RA meninggal. Ia menjadi satu-satunya istri Nabi saw selama tiga tahun sebelum nabi menikah dengan Aisyah RA.

Keistimewaan Saudah binti Zam’ah:
1. Termasuk wanita pertama yang memeluk Islam, ikut hijrah dua kali yakni ke Habasyah dan madinah Munawwarah.

2. Ia termasuk golongan pertama yang masuk Islam

3. Selalu berusaha sekuat tenaga menyenangkan hati Nabi dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada Aisyah RA karena Saudah RA tahu bahwa wanita yang paling dicintai oleh Nabi saw di antara istri-istrinya adalah Aisyah RA.

4. Aisyah berkata tentang Saudah, ”Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika aku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam’ah. Seorang wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa”.

5. Selalu mengejar kebaikan dan ketaatan bahkan Aisyah cemburu dengan kesegeraan Saudah dalam kebaikan dan ketaatan.

6. Saudah RA. adalah seorang wanita yang dermawan dan murah hati. Ibnu Sirin menceritakan bahwa Umar bin Khaththab (setelah menjadi Khalifah, penj.) pernah memberi satu karung berisi uang dirham kepada Saudah RA. Ketika melihatnya, Saudah RA. bertanya, “Apa yang ada dalam karung ini?” Petugas Umar menjawab, “Uang dirham (perak).” Saudah RA. terkejut, “Karung ini berisi uang dirham, seperti kurma? Hai pelayan, ambilkan nampan!” Saat itu juga, Saudah RA. membagi-bagikan uang dirham tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya.

7. Mendapat izin dari tujuh lapis langit

Suatu ketika, Saudah RA. pernah mengalami masalah yang cukup memberatkan hatinya. Oleh sebab itu, ia segera menemui Nabi saw. untuk mengadukan permasalahannya. Ternyata, Allah berkenan menurunkan wahyu dari tujuh lapis langit untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya, dan berlaku untuk siapa pun yang mengalami masalah yang sama hingga hari kiamat.

Aisyah RA. menuturkan, “Saudah binti Zam’ah RA. pernah keluar rumah malam hari. Umar melihatnya dan segera mengenalnya, maka ia berkata, ‘Demi Allah, engkau pasti Saudah. Kami mudah mengenalmu.’ Saudah merasa tidak enak hati, sehingga ia segera menjumpai Rasulullah saw. yang saat itu sedang makan malam di rumahku dan tangannya sedang memegang tulang yang nyaris habis dagingnya. Tidak lama kemudian, Allah menurunkan wahyu yang membenarkan tindakan Saudah. Rasulullah saw. berkata, Allah telah mengizinkan kalian keluar rumah selama ada keperluan.’” (Muttafaq ‘alaih)

– Bersambung

http://www.dakwatuna.com (hdn)
.::.

Wednesday, 21 April 2010

Analisis Tragedi Dibalik Futurnya Spiderman


Ini adalah analisis tragedi tentang pahlawan super. Pernahkah kalian mencoba menganalisis kasus yang dialami Peter Parker di Spiderman 2? Kok bisa-bisanya, pahlawan sekaliber spiderman sampai berpikir untuk mundur dari tugasnya sebagai pembasmi kejahatan? Faktor apa yang menyebabkan dirinya menjadi –yang dalam istilah para da’i dikenal sebagai – futur? Berikut saya coba paparkan analisisnya dan dibandingkan dengan kondisi real para dai.

1. Tuntutan medan perjuangan yang semakin berat.

Ini alamiah, sebagai tuntutan skenario, semakin banyak episode yang dialami oleh superhero, maka musuh yang dihadapi harus semakin berat. Nah, dalam kasus superhero-superhero yang lain, hal ini tidak menjadikan mereka ‘futur’. Bahkan bila menengok contoh jagoan saiya di Dragon Ball, maka setiap mereka dalam kondisi yang hampir mencapai titik kematian, maka kemampuan mereka akan bertambah berlipat-lipat. Sehingga beratnya medan seharusnya tak menjadi alasan buat Peter Parker untuk mundur.
Para aktivis dakwah, sebagaimana para superhero juga tak sepantasnya mengeluh dengan kondisi medan tempur yang semakin berat. Ini adalah sesuatu yang natural dan sudah tuntutan sKenario. Tak pantas dipersoalkan.

2. Manajemen kerja yang buruk.
Peter Parker seharusnya tak akan mengalami studi yang kacau, kerja yang amburadul, cinta yang gagal andai dia bisa memanajemen kehidupannya dengan baik. Sebagai catatan, tugas sebagai spiderman itu tidak bersifat terus menerus. Peter memakai kostum tidak melebihi 50% dari waktu hidupnya. Jika dia bisa memanajemen waktu dengan baik dan menentukan skala prioritas maka tentunya semuanya akan berjalan sukses. Dia seharusnya sempat-sempat saja belajar saat tidak ada panggilan. Peter Parker seharusnya juga memilih bentuk pekerjaan yang tidak terlalu mengikat dia. Peter harus berani memutuskan berhenti menjadi pengantar pizza. Pekerjaan sebagai pemilik perusahaan atau investor lebih baik baginya. Sedangkan masalah cinta, seharusnya sejak awal Peter mengkomunikasikan keadaannya kepada tunangannya. Tak perlu ada rahasia-rahasiaan, sehingga mereka bisa saling memahami kondisi masing-masing.

Sama halnya, kuliah yang nggak lulus-lulus, bisnis yang kacau, rumah tangga yang berantakan… para aktivis dakwah tak pantas menyalahkan dakwah. Tak ada masalah dengan dakwah. Masalahnya adalah kemampuan dalam memanajemen diri saja.

3. Spiderman tidak halaqah.
Sehingga wajar, bila tidak ada yang mengontrol kinerja spiderman. Maka bila spiderman futur tidak ada musyrif atau murabbi yang bisa memberikan tausiyah kepadanya. Halaqah ibarat charge. Maka bila energI dari charge habis.. ya tentunya down.

Bagi aktivis dakwah, keberadaan halaqah adalah sesuatu yang teramat vital. Keberadaan musyrif atau murabbi sangat penting sebagai tempat bersandar dan berkeluh kesah. Medan juang terlalu berat. Maka perhalaqahan lah kunci sukses para aktivis dakwah bisa tetap bertahan dalam medan seberat apapun

4. Spiderman merasa cukup dengan kekuatannya yang itu-itu saja
Tidak ada usaha dari Peter untuk menambah jenis kekuatan. Tak ada yang salah sebenarnya bila Spiderman mengadopsi jenis kekuatan yang dimiliki oleh superhero yang lain. Jadi bisa saja Spiderman mempelajari teknik terbangnya Superman, sehingga dia tidak tergantung dengan jaring laba-labanya untuk bergerak dari satu gedung ke gedung lain. Dia juga bisa belajar jurus kamehameha nya Songoku, atau menggunakan robot-robot raksasa seperti yang dimiliki Power Rangers.

Begitu juga halnya para dai. Dia tak boleh merasa cukup ilmu. Para dai harus senantiasa mengupgrade dirinya dengan berbagai cara. Belajar bahasa arab, tafsir, sirah, hadits, retorika, analisa politik dan lain-lainnya.

5. Kualitas nafsiyyah Spiderman buruk.
Pernah melihat Peter shalat malam atau puasa senin kamis? Nah justru karena nafsiyyahnya yang buruk itulah spiderman jadi seperti tak memiliki energi dan mudah mencapai futur.

Dai yang futur berawal dari kualitas nafsiyyah yang buruk. Sesungguhnya kedekatan kita kepada Allah adalah penentu utama keberhasilan perjuangan kita. Sehebat apapun ikhtiar kita kalau Allah tidak mengizinkan ya mana mungkin hasilnya sesuai keinginan.

6. Spiderman tidak melakukan kaderisasi.
Wajar kalau spiderman merasa kelelahan. Dia bekerja sendirian di tengah begitu banyaknya kasus kejahatan yang terjadi. Hal ini tentunya tidak akan terjadi seandainya Spiderman bekerja secara terorganisir dengan tim. Spiderman seharusnya membuka kursus ‘bagaimana menjadi spiderman’.

Spiderman juga akan mengalami masa tua, dan tentunya perlu kader regenerasi. Jadi spiderman harus segera mencari spiderboy. Spiderman tidak boleh sok, ingin hanya dia yang menjadi superhero. Dia harus rela berbagi dan melakukan kaderisasi. Ini untuk efektivitas dan kontinuitas perjuangan juga.

Aktivis dakwah tidak boleh seperti spiderman. Seorang dai tidak bisa bekerja sendiri. Dia mutlak memerlukan tim dalam aktivitas perjuangannya. Sehingga perjuangan tidak menjadi terlampau berat, dan ada tim yang siap menyokong kita untuk bangkit lagi ketika kondisi kita sedang futur.

7. Belum terjalinnya komunikasi yang baik antara superhero.
Ini sebenarnya adalah masalah klasik sejak dulu. Belum adanya kesatuan antara para superhero.

Mereka bergerak sendiri-sendiri. Sehingga ketika ada satu superhero yang sedang mengalami masalah, tidak ada yang membantu, minimal memikirkan bagaimana membantu menyelesaikan masalah. Apalagi ketika teknologi informasi sudah demikian maju seperti sekarang, seharusnya ini semakin mempermudah kinerja dari para superhero. Tapi kenyataannya mereka tetap tidak terkordinir. Superman tak mau tahu urusannya Batman, Power Rangers tak peduli dengan kesulitan Spiderman, Gatotkaca tak mengindahkan permasalahan-permasalahan yang dialami kura-kura ninja dan Ksatria Baja Hitam. Nah, seharusnya sudah saatnya para superhero untuk bersatu. Superhero senior seperti Flash Gordon, Gaban dan Gundam seharusnya bisa mempelopori kongres superhero untuk membentuk semacam Forum Komunikasi Superhero. Kepanitiannya bisa saja diserahkan kepada superhero junior yang masih fresh seperti Naruto, Avatar Aang dan Ben10.

Aktivis dakwah…. Cukuplah kata-kata terkenal dari imam Ali memuhasabahi mereka: “kebatilan yang terorganisir akan mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir”. Jadi dengan alasan apalagi, aktivis dakwah memilih untuk bekerja sendiri-sendiri?.
.::.
Tulisan: Fauzan Muttaqien, (diambil dari note Fb Ummu Saif). Jazakumullah khoir.
.::.

Wednesday, 14 April 2010

Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memiliki banyak pahala!

di ambil dari http://all-mistery.blogspot.com/2010/02/10-godaan-terberat-dalam-kisah-cinta.html
Dari Abu Dzar radhiyallah 'anhu, bahwasanya orang-orang dari sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam datang menemui beliau. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memiliki banyak pahala, mereka shalat seperti kami; mereka puasa seperti kami; dan mereka bersedekah dengan harta mereka.”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu bagi kalian untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah. Perintah kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dalam jima’ kamu pun ada sedekahnya”.

Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah jika seseorang melampiaskan syahwatnya kepada isterinya bisa mendapat pahala?” Rasul berkata: “Bagaimana menurutmu jika disalurkan kepada yang haram, apakah dia berdosa? Begitu pula jika dia disalurkan pada yang halal dia akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)

Dari hadits di atas dapat kita petik banyak faedah di antaranya:
1. Semangat para sahabat dalam amalan kebaikan
Para sahabat adalah generasi yang merasakan hidup pada zaman Rasu-lullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka dididik langsung oleh guru yang paling mulia, mereka langsung mendengar perintah dan larangan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam . Mereka hadir di kala wahyu diturunkan, mereka-lah yang lebih paham tentang isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits serta penerapannya.

Sahabat Rasulullah terkenal memiliki semangat berapi-api untuk beramal shaleh. Begitu perintah syari’at turun, mereka bersegera mengerjakannya.

Kita ambil contoh kecil: Abu Thalhah, beliau tanpa berpikir panjang lagi menginfakkan kebun yang sangat disukainya (bernama buhaira’)begitu mendengar Firman Allah:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagain harta yang kamu cintai. (Ali Imran : 92)

Begitu pula para wanita shahabiyah, mereka tidak segan-segan menjadikan kain gorden rumah mereka sebagai jilbab untuk menutupi tubuh mereka begitu mendengar perintah untuk berhijab. Yang menarik pula kisah Handhalah bin Amir yang rela melepas-kan diri dari pelukan isterinya untuk menyambut panggilan jihad pada perang Uhud, sampai-sampai tidak sempat mandi junub. Ketika dia ditemukan, dia telah mati syahid dengan tubuh basah karena dimandikan oleh malaikat, kemudian dia terkenal dengan sebutan Ghasilul Malaikah. Di sana masih sangat banyak kisah-kisah menarik dari perilaku para sahabat yang menunjukkan besarnya keinginan mereka untuk beramal shaleh.

Hadits diatas mengisahkan orang-orang miskin dari kalangan sahabat yang datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengadukan ihwal keadaan mereka yang tidak bisa beramal seperti orang-orang kaya yang senantiasa menginfakkan harta mereka di jalan Allah. Orang-orang miskin tadi merasa sedih jikalau tidak bisa memperoleh pahala seperti orang-orang kaya.

Bahkan diantara sahabat ada yang menangis berlinang air mata karena tidak memilki harta yang akan dipakai untuk berjuang di jalan Allah. Allah ceritakan dalam Al-Qur’an:

“Dan tiada (dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu supaya kamu memberi mereka ken-daraan (untuk jihad fi sabilillah), lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali dengan bercucuran air mata karena sedih. Lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (At-Taubah : 92).

Sahabat tadi (faqir-miskin) mengadu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bukan karena harta si kaya telah menyilaukan mata mereka. Tapi, mereka cemburu dengan sedekah yang senantiasa diinfakkan oleh orang kaya. Sikap seperti ini tidaklah tercela, karena Rasul telah bersabda, artinya:

“Tidak boleh hasad kecuali kepada dua hal (yaitu): Seseorang yang Allah anugerahkan harta, kemudian ia menginfakkannya setiap pagi dan sore. Dan seseorang yang Allah anugerahkan (ilmu) Al-Qur’an, kemudian ia mengamal-kanya setiap pagi dan sore.” (HR. Al-Bukahari – Muslim)

Maksud hasad disini adalah ghib-thah (cemburu), yaitu keinginan seseorang untuk dapat menyamai orang lain, namun tanpa mengharapkan lenyapnya kenikmatan orang lain.
Berbeda dengan hasad, yaitu keinginan agar kenikmatan atau kehormatan orang lain lenyap, apakah dengan tujuan agar perpindahan menjadi miliknya atau hanya lenyap begitu saja. Hasad seperti ini sangat tercela, dapat mencelakakan orang yang dihasad dan juga dapat membinasakan pelaku hasad tersebut.

Marilah kita renungkan keadaan para tauladan kita (sahabat Rasululllah) dalam menempuh jalan menuju Allah. Mereka merasa rugi bila terluput dari mereka satu saja dari perintah Rasulullah n, sehingga membuat mereka senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah berfirman, artinya:

“Dan untuk yang demikian itu (Surga dan kenimatannya) hendaklah orang berlomba-lomba. (Al- Muthaffifin: 26)

Oleh karena itu, keutamaan sahabat Rasulullah di sisi Allah sangat besar, tiada bandingnya denga kita. Bahkan bila kita menginfakkan emas sebesar gunung uhud, tidak akan sampai ke derajat mereka tiada pula setengahnya. Maka, merekalah yang harus kita jadikan contoh dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Pintu kebaikan tidak terhitung banyaknya
Para sahabat datang mengadu kepada Rasulullah karena menurut sangkaan mereka sadaqah itu hanyalah dalam bentuk harta benda saja. Sehingga merka merasa tidak sanggup untuk bersedekah disebabkan kehidupan mereka yang tidak mencukupi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian menjelaskan bahwa pintu kebaikan itu beraneka ragam.

Dalam Shahih Ibnu Hibban disebutkan:
“Seseungguhnya pintu kebaikan itu sangat banyak.”
Dalam Shahih Muslim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap perbuatan ma’ruf (keba-ikan)adalah sedekah.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merinci beberapa di antaranya:

1. Zikir tasbih, takbir, tahmid, tahlil adalah shadaqah.
2. Beramar ma’ruf dan nahi mungkar

Ini mencakup segala muamalah dengan sesama muslim dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya:

“Setiap sendi manusia dapat melaksanakan sedekah setiap hari di mana matahari mulai terbit. Diantaranya: kamu berlaku adil diantara dua orang adalah sedekah; menolong seeorang dalam hal tetangganya, kau mengangkatnya atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraaan adalah sedekah; kata-kata yang baik adalah sedekah; Setiap langkah menuju shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan rintangan di jalan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Bahkan diantara jenis sadaqah yang disebutkan adalah jima’nya seorang dengan isterinya.

Semua amalan yang telah dirinci tadi adalah amalan kebaikan, karena telah ada dalil yang shahih yang menunjukannya. Oleh Karena itu, agar kelak amalan tersebut berharga di sisi Allah dan menjadi perbekalan kita di akhirat, hendaklah perbuatan itu disertai dengan niat ikhlas semata-mata mengaharap ridha dari Allah. Nabi bersabda;

“Sesungguhnya, tiada harta yang kamu infakkan untuk mengharap wajah Allah, keculai Allah pasti akan membalasnya. Sampai-sampai sesuap makanan yang kamu berikan kepada isterimu (akan diberi ganjaran). (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi berkata ketika mensyarah hadits pertama tadi (dari Abu Dzar)

“Dalam hadits ini terdapat bukti bahwa segala amalan mubah (yang diperbolehkan) bisa menjadi suatu bentuk ketaatan bila disertai dengan niat tulus ikhlas. Maka, jima’ pun bisa disebut ibadah bila diniatkan untuk menunaikan hak isteri dan mempergaulinya dengan ma’ruf seperti perintah Allah, atau mengharap anak yang shaleh atau untuk menjaga kehormatan diri sehingga tercegah dari melihat atau berpikir yang diharamkan; atau maksud-maksud lain yang terpuji.’ (Syarh Muslim Juz 3/44)

Kesimpulan:
Begitu banyak pintu kebajikan yang telah dibukakan oleh syariat. Marilah kita berlomba meraih janji Allah seprti yang telah dicontohkan oleh sahabat sebagai tauladan kita. Apapun status sosial kita tidak jadi masalah, karena Allah tidaklah membebankan pada hamba-Nya kecuali sekedar yang dapat dipikul oleh mereka (Muhammad Yassir)

Maraji’:
1.Qawaid wa Fawaid syarah Arbain Nawawiah, Nazhim Muhammad Sulthon.
2.Jamiul ‘Ulum wal Hakim, Ibnu Rajab Al-Hambali.
.::.
Sumber: Hasta Padang dan gambar dari: all-mistery.
.::.


Monday, 12 April 2010

Wanita Pengukir Sejarah: Khadijah RA

Dengan menyebut Nama Allah. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, segenap keluarga, para sahabat dan generasi penerusnya.
Sejarah Islam dipenuhi dengan peristiwa besar dan berpengaruh terhadap peradaban. Kita berada di sini, saat ini, dan dalam kondisi seperti ini adalah buah dari karya besar para pendahulu kita. Karena jasa merekalah saat ini kita menikmati kehidupan seperti sekarang. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita mengenang, mengingat, mempelajari, dan meneladani kehidupan dan perjuangan mereka.

“Barang siapa yang tidak berterimakasih kepada manusia, berarti tidak bersyukur kepada Allah.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Tak terkecuali orang-orang besar yang telah mengukirkan karyanya dalam sejarah adalah wanita-wanita Islam. Para muslimah tersebut bahu membahu, berkontribusi dan turut berjuang bersama kaum lelaki dalam membela yang hak.

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf: 111)

Musuh-musuh Islam tahu bahwa wanita merupakan salah satu unsur kekuatan masyarakat Islam. Musuh-musuh Islam telah menempuh berbagai cara untuk merusak wanita muslimah. Oleh karena itulah, kita harus kembali mengungkap kembali profil dan meneladani perjuangan wanita-wanita muslimah sebagai bekal untuk mengangkat harkat dan derajat wanita muslimah. Setiap pejuang muslimah memiliki keistimewaan dan sarat dengan nilai-nilai positif yang telah mengukirkan sejarahnya dalam sejarah Islam.

Berikut kita bisa menyimak beberapa profil dan meneladani para pejuang wanita Islam sepanjang sejarah.

A. Ummahat Al Mukminin

1. Khadijah RA.

Nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al Uzza’. Ia dilahirkan di Makkah tahun 68 sebelum hijrah. Ia adalah wanita yang sukses dalam perniagaan, seorang saudagar wanita terhormat dan kaya raya. Pada masa jahiliyah ia dipanggil Ath Thaharoh (wanita suci) karena ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Orang-orang Quraisy menyebutnya sebagai pemimpin wanita Quraisy.

Rasulullah bersabda tentang Khadijah, “Allah tidak menggantikan untukku wanita yang lebih baik darinya. la beriman kepadaku di saat orang lain ingkar kepadaku, ia mempercayaiku di saat orang lain mendustakanku, ia menolongku dengan hartanya di saat orang lain tidak ada yang menolongku, dan Allah telah mengaruniakan kepadaku putra (dari hasil perkawinan dengan) nya sedang wanita-wanita lain tidak.”

Keistimewaan Khadijah:

1. Ia adalah wanita yang pertama kali memeluk Islam. Ia beriman kepada Nabi disaat semua orang kafir padanya.
2. Ia adalah wanita pertama yang dijamin masuk surga bahkan ia mendapat kabar gembira dari Allah, bahwa Allah telah membangunkan bagi rumah di surga.

Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Jibril datang kepada nabi saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah sedang berjalan kemari. Ia membawa wadah yang berisi kuah, makanan atau minuman. Jika ia sampai kepadamu, maka katakanlah bahwa Tuhannya dan aku menyampaikan salam kepadanya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepadanya bahwa ia mendapat sebuah rumah di dalam surga”. (Mutafaq ‘alaih)

1. Manusia pertama yang mendapat salam dari Allah yang disampaikan dari langit ke tujuh. Ia pantas menerimanya karena selalu setia mendampingi Nabi dalam kondisi seperti apapun.

Anas RA meriwayatkan bahwa ketika Jibril datang kepada Rasulullah saw yang sedang berduaan dengan Khadijah RA, Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah”. Khadijah membalas, “Sesungguhnya Allah-lah As Salaam (Maha Pemberi Kesejahteraan). Sebaliknya kuucapkan salam kepada Jibril dan kepadamu. Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan, rahmat dan berkahNya kepadamu.” (HR An Nasa’i)

2. Wanita pertama yang layak dikategorikan shiddiq di antara wanita mukmin lainnya.

3. Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan Nabi

4. Wanita yang memberikan keturunan bagi Nabi

5. Wanita yang matang dan cerdas, pandai menjaga kesucian, dan terpandang bahkan sejak masa jahiliyah dan diberi gelar Ath Thahiroh (wanita yang suci). Ia adalah orang yang terhormat, taat beragama dan sangat dermawan.

6. Seluruh hidupnya di berikan untuk mendukung dan membela dakwah Nabi.

7. Orang yang pertama shalat bersama Nabi SAW

.::.Bersambung.::.

Sumber: dakwatuna.com