Wednesday 14 April 2010

Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memiliki banyak pahala!

di ambil dari http://all-mistery.blogspot.com/2010/02/10-godaan-terberat-dalam-kisah-cinta.html
Dari Abu Dzar radhiyallah 'anhu, bahwasanya orang-orang dari sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam datang menemui beliau. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memiliki banyak pahala, mereka shalat seperti kami; mereka puasa seperti kami; dan mereka bersedekah dengan harta mereka.”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu bagi kalian untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah. Perintah kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dalam jima’ kamu pun ada sedekahnya”.

Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah jika seseorang melampiaskan syahwatnya kepada isterinya bisa mendapat pahala?” Rasul berkata: “Bagaimana menurutmu jika disalurkan kepada yang haram, apakah dia berdosa? Begitu pula jika dia disalurkan pada yang halal dia akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)

Dari hadits di atas dapat kita petik banyak faedah di antaranya:
1. Semangat para sahabat dalam amalan kebaikan
Para sahabat adalah generasi yang merasakan hidup pada zaman Rasu-lullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka dididik langsung oleh guru yang paling mulia, mereka langsung mendengar perintah dan larangan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam . Mereka hadir di kala wahyu diturunkan, mereka-lah yang lebih paham tentang isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits serta penerapannya.

Sahabat Rasulullah terkenal memiliki semangat berapi-api untuk beramal shaleh. Begitu perintah syari’at turun, mereka bersegera mengerjakannya.

Kita ambil contoh kecil: Abu Thalhah, beliau tanpa berpikir panjang lagi menginfakkan kebun yang sangat disukainya (bernama buhaira’)begitu mendengar Firman Allah:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagain harta yang kamu cintai. (Ali Imran : 92)

Begitu pula para wanita shahabiyah, mereka tidak segan-segan menjadikan kain gorden rumah mereka sebagai jilbab untuk menutupi tubuh mereka begitu mendengar perintah untuk berhijab. Yang menarik pula kisah Handhalah bin Amir yang rela melepas-kan diri dari pelukan isterinya untuk menyambut panggilan jihad pada perang Uhud, sampai-sampai tidak sempat mandi junub. Ketika dia ditemukan, dia telah mati syahid dengan tubuh basah karena dimandikan oleh malaikat, kemudian dia terkenal dengan sebutan Ghasilul Malaikah. Di sana masih sangat banyak kisah-kisah menarik dari perilaku para sahabat yang menunjukkan besarnya keinginan mereka untuk beramal shaleh.

Hadits diatas mengisahkan orang-orang miskin dari kalangan sahabat yang datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengadukan ihwal keadaan mereka yang tidak bisa beramal seperti orang-orang kaya yang senantiasa menginfakkan harta mereka di jalan Allah. Orang-orang miskin tadi merasa sedih jikalau tidak bisa memperoleh pahala seperti orang-orang kaya.

Bahkan diantara sahabat ada yang menangis berlinang air mata karena tidak memilki harta yang akan dipakai untuk berjuang di jalan Allah. Allah ceritakan dalam Al-Qur’an:

“Dan tiada (dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu supaya kamu memberi mereka ken-daraan (untuk jihad fi sabilillah), lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali dengan bercucuran air mata karena sedih. Lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (At-Taubah : 92).

Sahabat tadi (faqir-miskin) mengadu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bukan karena harta si kaya telah menyilaukan mata mereka. Tapi, mereka cemburu dengan sedekah yang senantiasa diinfakkan oleh orang kaya. Sikap seperti ini tidaklah tercela, karena Rasul telah bersabda, artinya:

“Tidak boleh hasad kecuali kepada dua hal (yaitu): Seseorang yang Allah anugerahkan harta, kemudian ia menginfakkannya setiap pagi dan sore. Dan seseorang yang Allah anugerahkan (ilmu) Al-Qur’an, kemudian ia mengamal-kanya setiap pagi dan sore.” (HR. Al-Bukahari – Muslim)

Maksud hasad disini adalah ghib-thah (cemburu), yaitu keinginan seseorang untuk dapat menyamai orang lain, namun tanpa mengharapkan lenyapnya kenikmatan orang lain.
Berbeda dengan hasad, yaitu keinginan agar kenikmatan atau kehormatan orang lain lenyap, apakah dengan tujuan agar perpindahan menjadi miliknya atau hanya lenyap begitu saja. Hasad seperti ini sangat tercela, dapat mencelakakan orang yang dihasad dan juga dapat membinasakan pelaku hasad tersebut.

Marilah kita renungkan keadaan para tauladan kita (sahabat Rasululllah) dalam menempuh jalan menuju Allah. Mereka merasa rugi bila terluput dari mereka satu saja dari perintah Rasulullah n, sehingga membuat mereka senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah berfirman, artinya:

“Dan untuk yang demikian itu (Surga dan kenimatannya) hendaklah orang berlomba-lomba. (Al- Muthaffifin: 26)

Oleh karena itu, keutamaan sahabat Rasulullah di sisi Allah sangat besar, tiada bandingnya denga kita. Bahkan bila kita menginfakkan emas sebesar gunung uhud, tidak akan sampai ke derajat mereka tiada pula setengahnya. Maka, merekalah yang harus kita jadikan contoh dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Pintu kebaikan tidak terhitung banyaknya
Para sahabat datang mengadu kepada Rasulullah karena menurut sangkaan mereka sadaqah itu hanyalah dalam bentuk harta benda saja. Sehingga merka merasa tidak sanggup untuk bersedekah disebabkan kehidupan mereka yang tidak mencukupi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian menjelaskan bahwa pintu kebaikan itu beraneka ragam.

Dalam Shahih Ibnu Hibban disebutkan:
“Seseungguhnya pintu kebaikan itu sangat banyak.”
Dalam Shahih Muslim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap perbuatan ma’ruf (keba-ikan)adalah sedekah.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merinci beberapa di antaranya:

1. Zikir tasbih, takbir, tahmid, tahlil adalah shadaqah.
2. Beramar ma’ruf dan nahi mungkar

Ini mencakup segala muamalah dengan sesama muslim dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya:

“Setiap sendi manusia dapat melaksanakan sedekah setiap hari di mana matahari mulai terbit. Diantaranya: kamu berlaku adil diantara dua orang adalah sedekah; menolong seeorang dalam hal tetangganya, kau mengangkatnya atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraaan adalah sedekah; kata-kata yang baik adalah sedekah; Setiap langkah menuju shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan rintangan di jalan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Bahkan diantara jenis sadaqah yang disebutkan adalah jima’nya seorang dengan isterinya.

Semua amalan yang telah dirinci tadi adalah amalan kebaikan, karena telah ada dalil yang shahih yang menunjukannya. Oleh Karena itu, agar kelak amalan tersebut berharga di sisi Allah dan menjadi perbekalan kita di akhirat, hendaklah perbuatan itu disertai dengan niat ikhlas semata-mata mengaharap ridha dari Allah. Nabi bersabda;

“Sesungguhnya, tiada harta yang kamu infakkan untuk mengharap wajah Allah, keculai Allah pasti akan membalasnya. Sampai-sampai sesuap makanan yang kamu berikan kepada isterimu (akan diberi ganjaran). (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi berkata ketika mensyarah hadits pertama tadi (dari Abu Dzar)

“Dalam hadits ini terdapat bukti bahwa segala amalan mubah (yang diperbolehkan) bisa menjadi suatu bentuk ketaatan bila disertai dengan niat tulus ikhlas. Maka, jima’ pun bisa disebut ibadah bila diniatkan untuk menunaikan hak isteri dan mempergaulinya dengan ma’ruf seperti perintah Allah, atau mengharap anak yang shaleh atau untuk menjaga kehormatan diri sehingga tercegah dari melihat atau berpikir yang diharamkan; atau maksud-maksud lain yang terpuji.’ (Syarh Muslim Juz 3/44)

Kesimpulan:
Begitu banyak pintu kebajikan yang telah dibukakan oleh syariat. Marilah kita berlomba meraih janji Allah seprti yang telah dicontohkan oleh sahabat sebagai tauladan kita. Apapun status sosial kita tidak jadi masalah, karena Allah tidaklah membebankan pada hamba-Nya kecuali sekedar yang dapat dipikul oleh mereka (Muhammad Yassir)

Maraji’:
1.Qawaid wa Fawaid syarah Arbain Nawawiah, Nazhim Muhammad Sulthon.
2.Jamiul ‘Ulum wal Hakim, Ibnu Rajab Al-Hambali.
.::.
Sumber: Hasta Padang dan gambar dari: all-mistery.
.::.


2 komentar:

  1. Subhanallah, begitu banyak kemudahan yang diberikan oleh Allah swT untuk meraih kebaikan.

    ReplyDelete

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"