Saturday 16 August 2008

MERDEKA! (diulang 3 kali)

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Pekikan yang bisa kita kumandangkan ketika hari kemerdekaan negara ini diperingati. Ada nada kecewa mata anak bangsa. Ada juga rona bahagia pada anak bangsa yang lain, sebab penderitaan sekarang tak sepelik dihadapi para pejuang kemerdekaan. “Kita patut bersyukur” tuturnya.

Kemerdekaan yang telah direbut oleh para pendahulu bangsa dari para penjajah negeri ini hanyalah kemerdekaan yang sudah tertoreh sebagai tonggak awal kebebasan. Selanjutnya adalah sebuah pemaknaan yang lebih mendalam mengartikan sebuah kemerdekaan. Bahwa kemerdekaan itu menghadirkan rasa adil, mengikis pengangguran, memberangus kemiskinan, memerangi kebodohan, modernisasi insfrastruktur, membawa masyarakat pada kondisi kesejahteraan dan mengangkat harkat martabat bangsa.

Seandainya saja semua itu terpampang dalam 63 tahun ini merayakan kemerdekaan, maka betapa digjayanya bangsa ini. Kita akan menjadi bangsa kuat yang menjadi pelopor setiap kebaikan dan perdamaian di dunia.
Namun Cobalah tengok potret buram tentang kemiskinan dan kebodohan terlihat jelas dalam kehidupan Komunitas Adat terpencil yang tersebar di Tanah Air. Menurut data Departemen Sosial pada 2005, sedikitnya 1,1 juta jiwa hidup dalam kondisi keterbatasan prasarana dan sarana. Di Papua, masyarakat yang terbelenggu kemiskinan dan kebodohan bukan hanya di Pegunungan Tengah (Puncak Jaya, Panilai, Jayawijaya, Yahokimo, Tolikara, dan Pegunungan Bintang), tetapi juga pesisir pantai, seperti Kabupaten Waropen, Yapen Waropen, Nabire, Biak Numfor, Keerom, Kaimana, Fak-fak, Asmat, Mappi, Jayapura, dan Sarmi. Bahkan masih ratusan suku terasing di Papua yang belum tersentuh pembangunan. Suku-suku itu sulit melakukan kontak dengan masyarakat di luar wilayahnya karena minimnya sarana dan prasarana. Bali juga tak kalah miskin, kebodohan dan tertinggal. Kunjungilah kampung-kampung miskin di berbagai kabupaten di Bali. Minimnya pendidikan, rumah-rumah yang terbuat dari tanah dan atap rumbia, sarana penerangan, air bersih, transportasi yang kurang menjadi pemandangan yang menyesakkan jiwa. Kemanakah dana pembangunan diperuntukkan? Jika kita telah merdeka bertahun-tahun, maka potret kemiskinan itu seharusnya tidak tampak nyata. Ada pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di sana. Dana zakat bukan satu - satunya instrumen pengentasan kemiskinan. Namun jika dengan dana itu kita bisa banyak berbuat memerdekaan orang miskin dari kemiskinan, maka marilah kita beramai-ramai memerdekakan. Mengisi kemerdekaan dengan semangat pembebasan orang-orang dari kemiskinan. Itulah penyikapan makna dari sebuah kemerdekaan. Wallahu'lam.

0 komentar:

Post a Comment

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"