Tradisi mudik di Indonesia adalah urusan yang sangat besar dan sangat menyibukkan. Tidak tanggung-tanggung pemerintah harus menyiapkan dan menjamin kelancaran arus mudik lebaran, dari tentang armada atau angkutan lebaran sampai ke urusan stabilitas sembako. Begitupun para media televisi tidak ketinggalan tiap waktu menyiarkan arus mudik ini.
Tradisi mudik dalam arti silaturahim sangat positif. Karena di sinilah kita bisa berkunjung dan menyambung silaturrahim dengan orangtua, sanak saudara, kerabat dan handai taulan di kampung halaman. Mereka saling mengunjungi dan bermaaf-maafan. Bisa kita bayangkan apabila tidak ada lebaran dan tradisi mudik, berapa banyak orang yang kehilangan sanak keluarga karena tidak pernah bertemu dan saling silaturrahim.
Mudik dan silaturrahim bersama keluarga, orangtua dan handaitaulan adalah kebutuhan yang manusiawi. Silaturahim dan menyambung hubungan persaudaraan adalah perintah agama. Walaupun silaturrahim dan saling memaafkan tidak harus dilakukan di Hari Raya saja, tapi di hari-hari lainpun bisa dilakukan.
Yang perlu diingata ketika ktia mudik adalah persiapan bekal. Supaya lancar sampai tujuan maka bekal tersebut perlu disiapkan sebaik - baiknya.
Mudik Tidak Kembali
Berbicara tentang mudik, maka kita teringat dengan peristiwa mudik yang akan dialami oleh setiap orang. Setiap orang pasti akan mengalami mudik yang seperti ini bahkan banyak dari kita telah mudik mendahului kita. Mudik yang harus kita lakukan. Tidak peduli kita kaya atau miskin, baik terpaksa mauapun tidak, punya bekal ataupun tidak, hanya menunggu waktu saja.
Yaitu Mudik ke kampung halaman yang abadi. Mudik yang tidak pernah kembali karena disanalah tempat abadi kita. Mudik Ke kampung halaman yang abadi yaitu Kampung Akhirat. Ya, karena kematian akan menjemput kita, pasti menjemput kita. Itulah mudik yang sebenarnya.
“Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata.” (QS. Jum'ah:8).
Rasulullah saw bersabda:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صل الله عليه وسلم : اكثروا ذكر هاذم اللذات : الموت
Rasulullah telah memberitahu kita “Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan yaitu kematian”. Jika mudik di dunia saja perlu mempersiapkan bekal apalagi mudik ke kampung akhirat yang jauh sekali.
Rasulullah Saw bersabda : “Tidak akan bergerak telapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang LIMA perkara; UMURNYA untuk apa dihabiskannya, MASA MUDANYA kemana dipergunakannya, HARTANYA DARIMANA ia memperolehnya dan ke MANA dibelanjakannya, dan ILMUNYA sejauh mana pengamalannya” (HR. Turmudzi).
Sudahkah kita menyiapkan bekal untuk hari akhirat kita? Tentu berbeda, bekal untuk persiapan HARI TUA dengan bekal untuk persiapan di HARI AKHIRAT. Ternyata memang benar bahwa: “MEMPERSIAPKAN BEKAL KEMATIAN LEBIH PENTING DARIPADA MEMPERSIAPKAN HARI TUA” yang belum tentu kita akan sampai pada usia hari tua itu.
Sudah Siapkah Kita?
Allah banyak sekali mengingatkan kita tentang orang yang menyesal karena saat kematian tiba bekal yang dibawanya merasa tidak cukup dan merengek kepada Allah supaya jangan dulu dimatikan atau dikembalikan lagi ke dunia.
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS.: Al-Munafiqun [63] ayat 10).
Pesan Rasulullah: ”Cukuplah kematian itu sebagai penasehat”. Karena itu orang yang cerdas menurut ibnu mas’ud adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan orang yang paling bagus menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Wallau’alam.
Tradisi mudik dalam arti silaturahim sangat positif. Karena di sinilah kita bisa berkunjung dan menyambung silaturrahim dengan orangtua, sanak saudara, kerabat dan handai taulan di kampung halaman. Mereka saling mengunjungi dan bermaaf-maafan. Bisa kita bayangkan apabila tidak ada lebaran dan tradisi mudik, berapa banyak orang yang kehilangan sanak keluarga karena tidak pernah bertemu dan saling silaturrahim.
Mudik dan silaturrahim bersama keluarga, orangtua dan handaitaulan adalah kebutuhan yang manusiawi. Silaturahim dan menyambung hubungan persaudaraan adalah perintah agama. Walaupun silaturrahim dan saling memaafkan tidak harus dilakukan di Hari Raya saja, tapi di hari-hari lainpun bisa dilakukan.
Yang perlu diingata ketika ktia mudik adalah persiapan bekal. Supaya lancar sampai tujuan maka bekal tersebut perlu disiapkan sebaik - baiknya.
Mudik Tidak Kembali
Berbicara tentang mudik, maka kita teringat dengan peristiwa mudik yang akan dialami oleh setiap orang. Setiap orang pasti akan mengalami mudik yang seperti ini bahkan banyak dari kita telah mudik mendahului kita. Mudik yang harus kita lakukan. Tidak peduli kita kaya atau miskin, baik terpaksa mauapun tidak, punya bekal ataupun tidak, hanya menunggu waktu saja.
Yaitu Mudik ke kampung halaman yang abadi. Mudik yang tidak pernah kembali karena disanalah tempat abadi kita. Mudik Ke kampung halaman yang abadi yaitu Kampung Akhirat. Ya, karena kematian akan menjemput kita, pasti menjemput kita. Itulah mudik yang sebenarnya.
“Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata.” (QS. Jum'ah:8).
Rasulullah saw bersabda:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صل الله عليه وسلم : اكثروا ذكر هاذم اللذات : الموت
Rasulullah telah memberitahu kita “Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan yaitu kematian”. Jika mudik di dunia saja perlu mempersiapkan bekal apalagi mudik ke kampung akhirat yang jauh sekali.
Rasulullah Saw bersabda : “Tidak akan bergerak telapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang LIMA perkara; UMURNYA untuk apa dihabiskannya, MASA MUDANYA kemana dipergunakannya, HARTANYA DARIMANA ia memperolehnya dan ke MANA dibelanjakannya, dan ILMUNYA sejauh mana pengamalannya” (HR. Turmudzi).
Sudahkah kita menyiapkan bekal untuk hari akhirat kita? Tentu berbeda, bekal untuk persiapan HARI TUA dengan bekal untuk persiapan di HARI AKHIRAT. Ternyata memang benar bahwa: “MEMPERSIAPKAN BEKAL KEMATIAN LEBIH PENTING DARIPADA MEMPERSIAPKAN HARI TUA” yang belum tentu kita akan sampai pada usia hari tua itu.
Sudah Siapkah Kita?
Allah banyak sekali mengingatkan kita tentang orang yang menyesal karena saat kematian tiba bekal yang dibawanya merasa tidak cukup dan merengek kepada Allah supaya jangan dulu dimatikan atau dikembalikan lagi ke dunia.
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS.: Al-Munafiqun [63] ayat 10).
Pesan Rasulullah: ”Cukuplah kematian itu sebagai penasehat”. Karena itu orang yang cerdas menurut ibnu mas’ud adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan orang yang paling bagus menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Wallau’alam.
He..he.. mudik tidak kembali? Hmmm, jadi takut kalo ngomongin akhirat.... btw, sebenarnya pendapat Sobat memang benar, mudik tak kembali adalah pulang ke kampung yang abadi.. akhirat, entah neraka entah surga......
ReplyDelete