Dakwatuna.com - Lebih dari 300 NGO internasional sepakat untuk segera menyelamatkan bangsa Palestina dari kehancuran dan blokade anti kemanusiaan di Gaza yang dilakukan Israil. Itulah yang berlangsung di Konferensi Internasional untuk Kemanusiaan Palestina, di Jakarta mulai hari Jum’at 31 Oktober 2008 ini.
Adalah Gretta Duisenberg, Chariman “Stop the Occupation” Foundation yang bermarkas di Belanda menegaskan: “Israil harus mematuhi resolusi-resolusi PBB yang telah ada, yang intinya adalah perdamaian dan menghormati hak-hak bangsa Palestina. Tapi yang terjadi adalah, mereka tidak pernah satu pun mematuhi resolusi itu. Oleh karena itu, lembaga kami akan terus mengangkat issu kemanusiaan Palestina di dunia internasional, karena infrastruktur Palestina dihancurkan, mulai dari listrik, air, bangunann, kebun dan lainnya. Karena itu Palestina harus diselamatkan oleh dunia. Dan perlu diwaspadai adanya gerakan Zionisme ineternasional yang disokong penuh oleh Amerika. Sokongan dana yang tidak terkira, juga senjata, bahkan sennjata nuklir.”
Ia menambahkan: “Israil harus membayar kerugian yang diderita Palestina. Dan media massa dunia hendaknya menghadirkan informasi yang objektif dan faktual atas apa yang terjadi di Palestina. Ada pelanggaran HAM di Palestina, pembunuhan massal, penghancuran infrasturktur, penistaan kesehatan dan pengkerdilan pendidikan. Media harus membantu memperjuangkan kemerdekaan Palestina.”
Kehadiran beliau dalam konferensi internasional ini bukan tanpa resiko. Ia tahu persis resiko atas dukungannya terhadap bangsa Palestina, karena negerinya sendiri, Belanda berada dalam bayang-bayang lobi Yahudi yang sangat kuat.
Sedangkan Mr. Ibrahim Hewitt, Chairman of The Board of Trustees London menekankan bahwa: “Bencana yang menimpa Palestina adalah bencana kemanusiaan yang seharusnya dicegah dan dihentikan, bukan bencana alam yang tidak bisa dicegah. Karena itu, setiap NGO di manapun berada di dunia ini agar membantu menyelamatkan Palestina, bantuan emergency, recovery dan pembangunan kembali, sampai akhirnya Palestina bangkit kembali menjadi negara merdeka.”
Beliau mengingatkan bahwa permasalahan yang sedang terjadi bukan sekedar permasalahan agama dan wilayah Palestina semata, namun lebih besar lagi, ini adalah permasalahan krusial di dunia internasional, yaitu permasalahan gerakan Zionisme internasional. Gerakan yang ingin menguasi dunia.
Sementara Dr. Ikrimah Shabri, Mufti Besar Al Aqsha menegaskan: “Perkembangan di Palistina sekarang ini tidak mengalami kemajuan berarti, karena Israil selalu mengulur waktu dalam penindasan, penghancuran dan pembunuhan, mereka mengharapkan dari itu semua agar bangsa Palestina menyerah dan mau berunding dengan mereka, berunding atau berdamai dengan Israil, sesuai dengan kepentingan mereka. Padahal dalam sejarahnya mereka tidak pernah memenuhi janji dan perundingan. Karena itu media massa internasional hendaknya berlaku adil dalam memberitakan apa yang terjadi dengan sebenarnya di Palestina secara umum, dan Gaza secara khusus.”
Dalam kesempatan menjawab pertanyaan wartawan tentang kemungkinan pergantian pemimpin Israil dengan adanya pemilu dini, beliau menegaskan: “Kelompok-kelompok yang ada di Israil dan pemimpim-pemimpin mereka boleh jadi berbeda dalam hal yang teknis, namun secara prinsip mereka sama, bahwa Yerusalem adalah wilayah mereka, dan Haikal Sulaiman di bawah masjid Al Aqsha adalah nyata. Sehingga siapapun yang memimpin Israil, tidak akan banyak merubah kebijakan tentang Palestina.
Karena itu, bangsa Palestina harus bersatu dalam rangka membela hak-hak rakyatnya dan dalam membebaskan tanah suci para Nabi dari kehancuran dan penodaan Zionis.” (ut)
Sumber: dakwatuna.com
Adalah Gretta Duisenberg, Chariman “Stop the Occupation” Foundation yang bermarkas di Belanda menegaskan: “Israil harus mematuhi resolusi-resolusi PBB yang telah ada, yang intinya adalah perdamaian dan menghormati hak-hak bangsa Palestina. Tapi yang terjadi adalah, mereka tidak pernah satu pun mematuhi resolusi itu. Oleh karena itu, lembaga kami akan terus mengangkat issu kemanusiaan Palestina di dunia internasional, karena infrastruktur Palestina dihancurkan, mulai dari listrik, air, bangunann, kebun dan lainnya. Karena itu Palestina harus diselamatkan oleh dunia. Dan perlu diwaspadai adanya gerakan Zionisme ineternasional yang disokong penuh oleh Amerika. Sokongan dana yang tidak terkira, juga senjata, bahkan sennjata nuklir.”
Ia menambahkan: “Israil harus membayar kerugian yang diderita Palestina. Dan media massa dunia hendaknya menghadirkan informasi yang objektif dan faktual atas apa yang terjadi di Palestina. Ada pelanggaran HAM di Palestina, pembunuhan massal, penghancuran infrasturktur, penistaan kesehatan dan pengkerdilan pendidikan. Media harus membantu memperjuangkan kemerdekaan Palestina.”
Kehadiran beliau dalam konferensi internasional ini bukan tanpa resiko. Ia tahu persis resiko atas dukungannya terhadap bangsa Palestina, karena negerinya sendiri, Belanda berada dalam bayang-bayang lobi Yahudi yang sangat kuat.
Sedangkan Mr. Ibrahim Hewitt, Chairman of The Board of Trustees London menekankan bahwa: “Bencana yang menimpa Palestina adalah bencana kemanusiaan yang seharusnya dicegah dan dihentikan, bukan bencana alam yang tidak bisa dicegah. Karena itu, setiap NGO di manapun berada di dunia ini agar membantu menyelamatkan Palestina, bantuan emergency, recovery dan pembangunan kembali, sampai akhirnya Palestina bangkit kembali menjadi negara merdeka.”
Beliau mengingatkan bahwa permasalahan yang sedang terjadi bukan sekedar permasalahan agama dan wilayah Palestina semata, namun lebih besar lagi, ini adalah permasalahan krusial di dunia internasional, yaitu permasalahan gerakan Zionisme internasional. Gerakan yang ingin menguasi dunia.
Sementara Dr. Ikrimah Shabri, Mufti Besar Al Aqsha menegaskan: “Perkembangan di Palistina sekarang ini tidak mengalami kemajuan berarti, karena Israil selalu mengulur waktu dalam penindasan, penghancuran dan pembunuhan, mereka mengharapkan dari itu semua agar bangsa Palestina menyerah dan mau berunding dengan mereka, berunding atau berdamai dengan Israil, sesuai dengan kepentingan mereka. Padahal dalam sejarahnya mereka tidak pernah memenuhi janji dan perundingan. Karena itu media massa internasional hendaknya berlaku adil dalam memberitakan apa yang terjadi dengan sebenarnya di Palestina secara umum, dan Gaza secara khusus.”
Dalam kesempatan menjawab pertanyaan wartawan tentang kemungkinan pergantian pemimpin Israil dengan adanya pemilu dini, beliau menegaskan: “Kelompok-kelompok yang ada di Israil dan pemimpim-pemimpin mereka boleh jadi berbeda dalam hal yang teknis, namun secara prinsip mereka sama, bahwa Yerusalem adalah wilayah mereka, dan Haikal Sulaiman di bawah masjid Al Aqsha adalah nyata. Sehingga siapapun yang memimpin Israil, tidak akan banyak merubah kebijakan tentang Palestina.
Karena itu, bangsa Palestina harus bersatu dalam rangka membela hak-hak rakyatnya dan dalam membebaskan tanah suci para Nabi dari kehancuran dan penodaan Zionis.” (ut)
Sumber: dakwatuna.com