“Ijlis binaa nu’min saa’ah“ - mari duduk sesaat untuk memperbaharui iman. Itulah ungkapan Ibnu Mas’ud ra. seorang sahabat Rasulullah saw. bahwa Penguatan maknawiyah dengan terus menjaga dan memperbaharui iman harus terus dilakukan. Dalam hidup ini kita sering merasakan beratnya beban kehidupan. Serasa dunia itu begitu kejam pada kita. Sepertinya kitalah manusialah manusia yang paling malang di dunia. Namun ketika kita mendengar cerita-cerita dari orang lain disekitar kita yang punya masalah yang lebih berat namun mereka sabar, kita seperti dikuatkan dengan cerita mereka itu apalagi cerita tentang Rasul Allah.
Allah berfirman dalam QS. Yusuf : 111 :
“Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alqur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman“
Tabiat jalan dakwah adalah perjuangan. Suka dan duka, ibarat sisi dua mata uang yang tak pernah terpisahkan. Di sana bukan hanya terdapat kegembiraan dan kebahagiaan saja, tetapi onak duri, jalan yang penuh liku dan tantangan senantiasa menghadang. Kelelahan, kekakuan, penderitaan, dan duka nestapa adalah hal-hal biasa yang senantiasa dihadapi da’i di jalan dakwah. Sabar dan istiqamah adalah kata kunci yang menguatkan posisi da’i dalam keberlangsungan dakwah islam.
Apa itu Tabiat Dakwah?
Para ulama menyebutkan tabiat dakwah sebagai berikut:
• Thulut Thariq (jalannya panjang)
• Karsratu Aqabat (hambatannya banyak)
• Qillatur Rijal (pendukungnya sedikit)
Inilah hakikat dakwah jalan yang penuh kemuliaan disisi Allah. Maka dakwah tidak bisa diusung dengan berleha-leha oleh orang-orang malas. Dakwah hanya bisa diusung oleh orang-orang pilihan yang berkualitas. Selain secara maknawi kokoh, juga harus didukung dengan pemahaman yang benar dan utuh tentang dakwah. Baik menyangkut strategi, prioritas, sarana, maupun metode yang digunakan.
Dalam Surah at-Taubah ayat 42 Allah berfirman yang artinya:
“Sekiranya yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, niscaya mereka mengikutimu, namun tempat yang dituju itu terasa jauh bagi mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah ‘ Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-sama kamu’. Mereka membinasakan diri mereka sendiri (disebabkan sumpah mereka yang palsu itu) dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang- orang yang berdusta“
Dakwah harus difahami sebagai aktifitas mulia dimuka bumi.
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata ‘ sungguh aku termasuk diantara orang-orang yang berserah diri”‘ QS. Fusshilat: 33
Karena itu dakwah hendaklah dilakukan dengan kesadaran, ilmu, hikmah dan pemahaman serta pandangan yang luas.
Sejarah para Rasul membekali kita. Perjalanan dakwah yang panjang dan berat akan terasa lebih menarik, dinamis dan mudah bila kita mengacu pada mereka. Beberapa pelajaran itu antara lain:
1. Memberi prioritas bahasan pada masalah Tauhid ( Aqidah )
“Dan tidaklah kami mengutus sebelummu ( wahai Muhammad ) seorang Rasulpun melainkan kami wahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tiada Ilah yang (berhak disembah) melainkan aku, oleh karena itu beribadahlah kepadaKu“ QS. Al-Anbiyaa’ : 25
2. Menggunakan adab yang baik seperti lemah lembut, juga tak berharap perubahan objek dakwah terlalu cepat atau langsung, tapi memberikan kesempatan kepada mereka memikirkan dan menganalisa dirinya sendiri.
Allah berfirman dalam surah Thaha ayat : 43 – 44
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas, maka bicaralah kamu berdua kepadanya ( Fir’aun ) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sabar atau takut “
Allah perintahkan Musa as dan Harun as untuk menyeru Fir’aun dengan lemah lembut. Jika Nabi yang mulia dengan Fir’aun yang dzalim dan sombong saja disuruh oleh Allah untuk bersikap lemah lembut apalagi kepada orang yang tidak sedzalim dan sesombong Fir’aun, sudah sepantasnya kita lebih bersikap laku yang lemah lembut. Selain itu kita jangan lupa berdo’a kepada Allah dan mengenal kelemahan diri.
Disebutkan dalam Surah Thaha ayat : 25-32
“Dia Musa berkata Ya Rabbku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskan kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu Harun saudaraku, teguhkanlah kekuatanku, dengan adanya dia ( Harun ) dan jadikanlah dia teman dalam urusanku”.
"Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl : 125)
" Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali Imran : 159)
3. Memberi ketenangan dan kekuatan dalam berpegang teguh pada kebenaran.
Dalam sejarah para Rasul kita melihat mereka didzalimi dengan berbagai cara oleh umatnya. Kedzaliman ini mereka terima karena keistiqamaan mereka terhadap kebenaran.
Allah kabarkan hal ini dengan dengan maksud yang jelas seperti dalam Surah Hud ayat : 120
“Dan semua kisah Rasul-rasul kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) agar dengan kisah itu kami teguhkan hatimu (untuk menguatkan kamu) dan telah datang kepadamu dalam berita ini kebenaran dan pengajaran serta peringatan bagi orang-orang yang beriman“.
Pelajaran ini semoga menjadi catatan kita, para ikhwah dan bagi jiwa-jiwa yang bergelut dalam bidang dakwah. Ya Allah berikanlah kami kekuatan untuk menghadapi segala ujian yang kami hadapi. Amiin
.::.Alim Mahdi.::.
Allah berfirman dalam QS. Yusuf : 111 :
“Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alqur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman“
Tabiat jalan dakwah adalah perjuangan. Suka dan duka, ibarat sisi dua mata uang yang tak pernah terpisahkan. Di sana bukan hanya terdapat kegembiraan dan kebahagiaan saja, tetapi onak duri, jalan yang penuh liku dan tantangan senantiasa menghadang. Kelelahan, kekakuan, penderitaan, dan duka nestapa adalah hal-hal biasa yang senantiasa dihadapi da’i di jalan dakwah. Sabar dan istiqamah adalah kata kunci yang menguatkan posisi da’i dalam keberlangsungan dakwah islam.
Apa itu Tabiat Dakwah?
Para ulama menyebutkan tabiat dakwah sebagai berikut:
• Thulut Thariq (jalannya panjang)
• Karsratu Aqabat (hambatannya banyak)
• Qillatur Rijal (pendukungnya sedikit)
Inilah hakikat dakwah jalan yang penuh kemuliaan disisi Allah. Maka dakwah tidak bisa diusung dengan berleha-leha oleh orang-orang malas. Dakwah hanya bisa diusung oleh orang-orang pilihan yang berkualitas. Selain secara maknawi kokoh, juga harus didukung dengan pemahaman yang benar dan utuh tentang dakwah. Baik menyangkut strategi, prioritas, sarana, maupun metode yang digunakan.
Dalam Surah at-Taubah ayat 42 Allah berfirman yang artinya:
“Sekiranya yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, niscaya mereka mengikutimu, namun tempat yang dituju itu terasa jauh bagi mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah ‘ Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-sama kamu’. Mereka membinasakan diri mereka sendiri (disebabkan sumpah mereka yang palsu itu) dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang- orang yang berdusta“
Dakwah harus difahami sebagai aktifitas mulia dimuka bumi.
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata ‘ sungguh aku termasuk diantara orang-orang yang berserah diri”‘ QS. Fusshilat: 33
Karena itu dakwah hendaklah dilakukan dengan kesadaran, ilmu, hikmah dan pemahaman serta pandangan yang luas.
Sejarah para Rasul membekali kita. Perjalanan dakwah yang panjang dan berat akan terasa lebih menarik, dinamis dan mudah bila kita mengacu pada mereka. Beberapa pelajaran itu antara lain:
1. Memberi prioritas bahasan pada masalah Tauhid ( Aqidah )
“Dan tidaklah kami mengutus sebelummu ( wahai Muhammad ) seorang Rasulpun melainkan kami wahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tiada Ilah yang (berhak disembah) melainkan aku, oleh karena itu beribadahlah kepadaKu“ QS. Al-Anbiyaa’ : 25
2. Menggunakan adab yang baik seperti lemah lembut, juga tak berharap perubahan objek dakwah terlalu cepat atau langsung, tapi memberikan kesempatan kepada mereka memikirkan dan menganalisa dirinya sendiri.
Allah berfirman dalam surah Thaha ayat : 43 – 44
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas, maka bicaralah kamu berdua kepadanya ( Fir’aun ) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sabar atau takut “
Allah perintahkan Musa as dan Harun as untuk menyeru Fir’aun dengan lemah lembut. Jika Nabi yang mulia dengan Fir’aun yang dzalim dan sombong saja disuruh oleh Allah untuk bersikap lemah lembut apalagi kepada orang yang tidak sedzalim dan sesombong Fir’aun, sudah sepantasnya kita lebih bersikap laku yang lemah lembut. Selain itu kita jangan lupa berdo’a kepada Allah dan mengenal kelemahan diri.
Disebutkan dalam Surah Thaha ayat : 25-32
“Dia Musa berkata Ya Rabbku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskan kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu Harun saudaraku, teguhkanlah kekuatanku, dengan adanya dia ( Harun ) dan jadikanlah dia teman dalam urusanku”.
"Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl : 125)
" Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali Imran : 159)
3. Memberi ketenangan dan kekuatan dalam berpegang teguh pada kebenaran.
Dalam sejarah para Rasul kita melihat mereka didzalimi dengan berbagai cara oleh umatnya. Kedzaliman ini mereka terima karena keistiqamaan mereka terhadap kebenaran.
Allah kabarkan hal ini dengan dengan maksud yang jelas seperti dalam Surah Hud ayat : 120
“Dan semua kisah Rasul-rasul kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) agar dengan kisah itu kami teguhkan hatimu (untuk menguatkan kamu) dan telah datang kepadamu dalam berita ini kebenaran dan pengajaran serta peringatan bagi orang-orang yang beriman“.
Pelajaran ini semoga menjadi catatan kita, para ikhwah dan bagi jiwa-jiwa yang bergelut dalam bidang dakwah. Ya Allah berikanlah kami kekuatan untuk menghadapi segala ujian yang kami hadapi. Amiin
.::.Alim Mahdi.::.
0 komentar:
Post a Comment
Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com
Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"