Monday, 1 February 2010

Engkau tahu, Hati-hati ini telah Berkumpul dalam cinta-Mu

Do'a Cinta Sang Imam
Ya Allah Engkau tahu, Hati-hati ini telah Berkumpul dalam cinta-Mu, Bertemu dalam taat-Mu, Menyatu menolong dakwah-Mu, Berjanji perjuangkan syariat-Mu, Maka eratkan ikatannya, Dan abadikan cintanya. (Do'a Rabithah)

Tidak ada penjelasan historis tentang suasana yang melatari Imam Syahid Hasan Al Banna saat menulis potongan doa itu. Ia menyebutnya Wirid Pengikat. Pengikat hati. Hati yang sedang dibangunkan untuk memikul beban kebangkitan umat. Beban mereka berat. Jumlah mereka sedikit. Musuh mereka banyak. Jadi mereka butuh landasan yang kokoh dan pengikat yang kuat. Landasannya adalah iman. Pengikatnya adalah cinta.

Cinta menjalin jiwa-jiwa mereka dalam kelembutan yang menyamankan: maka setiap mereka adalah pernadani sutera yang empuk, setiap orang dengan tipenya bisa duduk santai di situ. Cinta mereka selalu mampu menampung semua bentuk perbedaan: ada kebebasan berpendapat tapi tidak ada sikap yang melukai, ada keterbukaan tapi objektivitas tetap di atas segalanya. Cinta melahirkan pertanggungjawaban: setiap mereka selalu bertanya tentang sejauh mana mereka mampu mempertanggungjawabkan sikap mereka di depan Allah?

Tapi cinta juga melahirkan kelembutan: maka prbedaan-perbedaan mereka terkelola dalam etika yang menyamankan jiwa. Karena setiap pembicaraan mereka selalu berujung amal. Beban. Perbedaan diantara mereka tidak akan mengubah situasi mereka, seperti kata Iqbal, sebagai sapu lidi yang diikat cinta untuk membersihkan kehidupan.

Tapi cinta juga memberi mereka energi: Para pemikul beban kebangkitan itu pastilah akan menempuh jalan perjuangan penuh liku dan pendakian. Pada setiap satu jarak waktu dan tempat beban mereka bertambah. Mereka pasti mengalami penuaan dini, seperti kata Rasulullah saw: "Surat Hud dan saudara-saudaranya telah mengubankan rambutku." Kalau bukan dengan energi yang dahsyat, siapakah yang sanggup mendaki gunung sembari memikul beban? Dan cintalah sumbernya.

Energi cinta memicu mereka untuk bergerak dan bertumbuh dalam tempo yang cepat. Tapi ikatan cinta mengatur irama mereka dalam keserasian yang indah. Itu sebabnya mereka kuat. Nyaman. Dan abadi. Jadi biarkan Sang Imam mengumumkan kembali cintanya dia:

Maka eratkan ikatannya. Dan abadikan cintanya?

(~Anis Matta~, Sumber: http://serialcinta.blogspot.com)

Dikutip dari: http://aktivis02.blogspot.com/


Related Posts:

  • Semangat Hijrah Dalam Menumbuhkan Peran Diri dan Jamaah Ahad, 8/09/2019 – Ba’da Shubuh, Allah mengizinkan saya mengisi pengajian bulanan di Musholla Al Ikhwan, Jl. Patih Nambi Ubung Kaja, Denpasar, Bali. Tepatnya 10 Muharram 1441 H. Saya mengambil judul Semangat Hijrah dalam… Read More
  • Membangun dan Membina Militansi Kita Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cit… Read More
  • Berhenti Berarti MatiOleh: Ustadz Abdul MuizAnas bin Malik mengatakan tentang Abdullah bin Ummi Maktum yang secara kondisi fisik buta. Tapi pada perang Yarmuk, Abdullah bin Ummi Maktum hadir di tengah para mujahidin di medan perang, memakai baju … Read More
  • Bahkan kamipun tidak paham apa yang dimaksud dengan Tajarrud?Sesungguhnya harakah dakwah yang penuh berkah sangat membutuhkan akan hati-hati dan jiwa-jiwa yang memiliki tajarrud yang bersambung kepada Allah, yang tidak selalu melihat pada kenikmatan dunia yang hina dan fana, tidak beke… Read More
  • Menu Wajib para Da'i"Kita memerangi musuh bukan dengan senjata, kekuatan atau pasukan yang banyak. Namun dengan agama, dimana Allah memuliakan kita dengannya." (Abdullah bin Rawahah)Menumpas kezaliman, tegakkan keadilan!Slogan yang amat sering t… Read More

1 komentar:

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"