Thursday 22 January 2009

Hasanudin, 15 Tahun Tidak Berdaya Karena Sakit

HASANUDIN,SAKIT 15 TAHUN, NAFKAH MENGANDALKAN ISTRI

Lengkap sudah derita Hasanudin. 15 tahun ia sakit tak kunjung sembuh. Betapa tabahnya ia. Selama 15 tahun itu pula, ia menggantungkan hidup dan nafkah anak-anaknya kepada sang istri tercinta.

Untuk sampai ke rumah Hasanudin di perlukan waktu 15 menit dari kota Karangasem dengan jalan yang berliku di tengah pematang sawah. Rumah keluarga ini cukup terpencil letaknya. Bahkan ia tidak mempunyai tetangga di sekitar rumahnya.

Hasanudin hidup bersama seorang istri dan 2 orang anak ditambah adik kandungnya yang bernama Sanusi. Walaupun usia Sanusi terus beranjak tua, namun ia belum menikah karena alasan ekonomi. Ketika ditanya dirinya pun dia tidak mau menikah.

Hasanudin sendiri saat ini sudah tidak bisa lagi berkerja, karena sejak 15 tahun lalu dia mengalami sakit pada tenggorokannya. Beberapa penyakit lain yang diidapnya juga terus menggerogotinya. Maka yang menjadi tumpuan hidup keluarga tersebut adalah Sulihat, istrinya. Wanita setia tersebutkarena desakan keadaan akhirnya emikul beban dan tanggung jawab sebagai ‘kepala keluarga’. Sehari-harinya Sulihat bekerja sebagai buruh tani, dengan mengharapkan upah dari para petani lain yang tanahnya dibersihkan atau di cangkul. Karenanya, penghasilanya menjadi sangat tidak menentu.

Menyelamatkan Pendidikan Anak
Bagi Hasanudin, terutama Sulihat yang memang bekerja keras mencari uang, menyelamatkan pendidikan anak-anaknya merupakan tanggung jawab moral orang tua yang harus dipenuhi. Walaupun keluarganya orang tak punya, ia berharap pendudukan Faturahman dapat terus ditempuh hingga ke jenjang yang lebih tinggi.Fatur yang merupakan anak laki-laki pertamnya saat ini masih bisa sekolah di kelas 3 SDN 11 Karangasem.

Bukan karena ada tabungan lantas bisa menyekolahkan anaknya, tapi Fatur bisa sekolah karena mendapat bantuan dana "BOS" dari pemerintah. Jika tidak, mungkin Fatur akan bernasib seperti Nur Hidayati. Adik kandung perempuannya itu bernasib kurang beruntung. Saat kelas tiga Sekolah Dasar, dan ketika itu dana BOS belum muncul, Nur berhenti sekolah. Alasanya sudah bisa ditebak bagi keluarga Hasanudin ini: tak ada uang untuk membiayai Nur Hidayati! Nur yang mulai menjadi remaja itu akhirnya pasrah, setiap hari membantu ibunya sebagai buruh tani dengan ikut mencangkul sawah orang lain. Masa depannya terlihat samar.


Tersengat Kala jengking
Ketika tim kami berkunjung kerumah Hasanudin, Sulihat - istrinya sedang sakit, tangannya tersengat kalajengking.
“Biasanya istri saya dari pagi sampai sore tidak ada di rumah karena keliling menjadi buruh tani. Tapi karena tangannya tersengat kalajengking dan dia tak sanggup menahan rasa sakit akibat sengatan itu, mau nggak mau akhirnya dia sementara diam di rumah.” Tutur Hasan.

Seolah menguatkan pernyataan sang suami, Sulihat pun bercerita tentang sengatn kalajengking itu. “Saya tidak bisa menahan sakit ketika tangan saya disengat ketika mencari kayu bakar. Sampai-sampai saya menangis akibat sengatan itu.” Ungkapnya. “Seandainya saya bisa menahan sakit, mungkin sekarang ini saya tidak tinggal diam di rumah karena harus mencari nafkah keluarga.

Dalam hal mencari nafkah, Sulihat juga dibantu Sanusi. Sanusi biasa berkerja sebagai buruh apa saja. Terkadang menjadi buruh panjat pohon kelapa, atau buruh bangunan. Semua hasil jerih payah mereka, digunakan untuk bertahan hidup.

Rumah Huni yang Tak Layak
Tak hanya susah mencari uang untuk biaya hidup, keluarga Hasanudin pun tinggal dalam sebuah rumah tua dan rapuh. Mungkin lebih tepat disebut gubuk, memperihatinkan!
Rumah yang dihuni itu hanya berupa 1 kamar dengan dinding rumah belakang terbuat dari tanah liat yang sudah roboh. Dinding sampingnya pun tampak retak-retak akibat gempa 5 tahun lalu yang sampai saat ini belum bisa di perbaiki. Demikian juga dengan atap rumahnya yang terbuat dari seng yang sudah berkarat. Sebagian atap seng didapat dari rongsokan pemberian mertuanya. Ketika hujan tiba, kebocoran atap menjadi langganannya.

Tak hanya itu, lantai kamarnya masih terbuat dari tanah alias beralaskan bumi. Ia mempunyai teras rumah ukuran 1 x 3 meter yang sudah di semen. Namun semen itu merupakan sumbangan ketika gempa usmh terjadi 5 tahun silam yang hanya mendapat 1 zak semen. Walaupun begitu, ia berusaha tegar atas penderitaan yang ia alami.

Hasanudin berharap ada dermawan yang bisa membantunya keluar dari kemiskian saat ini. Ia menyerahkan kepada Tuhan melalui DSM dan Koran Tokoh agar harapannya itu bisa terwujud. Adakah yang bisa membantu?

(Dimuat dalam majalah 'Madani' DSM Bali dan Koran Tokoh).


1 komentar:

  1. Sangat meneyentuh skali.. Aku hx bantu lewat doa saja ya..? smga semua harapan dari keluarga tersebut akan tercapai

    ReplyDelete

Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com

Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"