Strategy Marketing: Sensasi suara lebah
Dengungan lebah adalah suara yang punya banyak makna. Tentu saja buat sang lebah sendiri, bukan buat kita. Bagi lebah, setiap dengung memiliki banyak arti – sekalipun kita menandainya sama. Suara dengungan pada sebuah komunitas – kita sebut sebagai buzzing – menjadi semacam dengungan lebah yang hanya bisa dipahami oleh komunitas itu sendiri.
Menariknya, Buzzing jauh lebih didengar oleh komunitas itu sendiri dibandingkan dengan iklan segencar apapun, semahal apapun, dan sekolosal apa pun. Sekalipun kecil dan tidak beraturan, dengungan suara komunitas memiliki makna yang semakin dalam bagi komunitasnya itu sendiri.Bagi pemilik merek, dengungan itu menjadi sebuah tanda seru besar untuk dipahami. Sebab, begitu suara dengungan komunitas itu bisa teruraikan kodenya, itu berarti penghematan miliaran rupiah untuk anggaran iklan. Sayangnya, tanda seru besar ini belum terbaca sebagai anatomi yang bisa dibedah dan dimanfaatkan untuk keperluan pencitraan merek, dan tentunya pemasaran.Bagaimana cara membaca tanda seru besar dan mengurai kodenya?
Bagaimana Memanfaatkan Buzzing?
ita harus terlebih dahulu Pahami Triple : Character (Karekter produk), Consideration (Komunitas, Masyarakat-sasaran), Communication (Komunitas utama, kelompok pendukung, dan public sebagai konsumen).Buzzing dalam suatu komunitas tidak bisa ditebak-tebak atau dideteksi dengan riset kuantitatif. Kurva normal tidak berlaku untuk buzzing, karena memang keunikan komunitas yang menjadi inti dasar komunikasinya. Mau tidak mau, kita harus tongkrongin untuk memahami anatomi sebuah komunitas.Secara detil, harus kita gambarkan model stimulus-respon yang muncul dari karakter komunitasnya, kemudian bagaimana kata-kata kunci yang bisa menyentuh “hot button” masyarakat untuk merespon buzzing, dan efek domino yang terjadi dalam proses komunikasi di antara komunitas inti, komunitas pendukung dan masyarakat itu sendiri.Dengan memahani anatomi Buzzing, kita akan mendapatkan kata-kata kunci dari masyarakat mengenai ketidaksukaan mereka terhadap kelemahan produk kita dan produk competitor. Kita jadi paham ketika mendengar plesetan-plesetan (negatif) yang berkaitan dengan merek kita. Dan akan menghemat biaya promosi. Asal, ya itu tadi, mau menyempatkan diri untuk nongkrong.Sekali lagi strategi ini hanya sekedar teori sebelum kita lakukan dan dibuktikan sendiri. Wallahu’alamDikutip dari Majalah marketing, Silih Agung Wasesa, Managing Partner Asia PR.
0 komentar:
Post a Comment
Alim Mahdi adalah Founder www.mastersop.com
Konsultan SOP dan Penggagas "GERAKAN PENGUSAHA SADAR SOP"